Ketiga, terjadinya kesulitan likuiditas karena ketidakpercayaan publik terhadap sistem keuangan yang membuat para investor terpengaruh. Paniknya para investor membuat mereka segera menarik dananya dari dalam negeri dan memilih menaruh dananya di luar negeri.
Hal lain yang tak kalah penting adalah tingginya biaya penyelamatan terhadap sistem keuangan bila sampai terjadi krisis yang bersifat sistemik. Tentu tidak hanya membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak, anggaran tidak sedikit tentu akan dikeluarkan untuk mengatasi situasi tersebut.
Untuk itu upaya pengurangan dan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya ketidakstabilan terhadap sistem keuangan amat penting. Pada titik ini, peran penting BI tak terbantahkan.
Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, BI berperan penting dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Pada waktu bersamaan, BI juga berperan dalam menjaga stabilitas moneter. Stabilitas moneter dan stabilitas keuangan adalah dua hal yang saling berpengaruh. Ibarat dua sisi dari mata uang untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Untuk menjaga stabilitas keuangan, BI memainkan lima peran penting. Pertama, BI menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang. Menerapkan suku bunga yang terlalu ketat bakal mematikan kegiatan ekonomi. Begitu pula sebaliknya. Kebijakan "inflation targeting framework" adalah acuan untuk menciptakan stabilitas moneter.
Kedua, memainkan peran pengawasan dan regulasi secara efektif serta penegakan hukum untuk melindungi perbankan dan stakeholder sekaligus mendorong kepercayaan terhadap sistem keuangan.
Ketiga, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran dengan menerapkan sistem pembayaran yang bersifat real time (Real Time Gross Settlement).
BI juga memainkan peran dan fungsi dalam riset dan pemantauan. Pemantauan yang dilakukan secara makroprudential, BI bisa memonitor kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi potensi kejutan yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan. Hasil riset dan pemantauan itu akan menjadi masukan bagi otoritas terkait untuk mengambil langkah-langkah dalam meredam gangguan dalam sektor keuangan.
Ada hal penting yang patut digarisbawahi yakni terkait makroprudential. Istilah ini terasa penting setelah terjadinya krisis keuangan global. Krisis tersebut membuat banyak pihak menilai penting untuk menerapkan kebijakan makroprudential secara efektif. Â
Untuk mengurai hal yang satu ini Bank Indonesia mengeluarkan buku berjudul "Mengupas Kebijakan Makroprudensial." Dalam buku yang diluncurkan 2017 lalu disebutkan sejumlah hal penting untuk memaknai istilah ini.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!