Tajuk bincang-bincang kali ini adalah "Dukung Orang Tua Capai Berat Badan Ideal Anak." Topik ini sejalan dengan tema nasional yakni "Keluarga Sadar Gizi, Indonesia Sehat dan Produktif". Slogan yang digaungkan adalah "Gizi Seimbang, Prestasi Gemilang".
Hadir pada kesempatan itu sejumlah pembicara yakni Dr. dr. Conny Tanjung, Sp.A(K), dokter spesialis anak konsultan nutrisi dan penyakit metabolik; Ajeng Raviando, psikolog anak dan keluarga, serta artis, Kadhita Ayu bersama suami dan sang buah hati.
Menurut Conny Tanjung, praktik pemberian makan yang salah dan ketidaktahuan orang tua kerap menjadi sebab status gizi kurang pada anak. Minimnya pengetahuan membuat orang tua gagal memberikan asupan gizi yang pas untuk mendukung pertumbuhan anak.
Salah satu indikator tumbuh kembang yang ideal adalah berat badan. Berat badan kurang pada balita bisa menyebabkan berbagai dampak baik jangka pendek, maupun jangka panjang. Penurunan sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan yang tidak optimal, gangguan perkembangan otak dan fisik, hingga rentan terserang berbagai penyakit degeneratif.
Terkadang orang tua menganggap enteng dan salah menilai berat badan anak. "Terkadang anak kurus dibilang kurang gizi, atau badan anak ideal tetapi dibilang kurus," ungkap Conny.
Selain kesalahan persepsi seperti di atas, kesadaran untuk memantau berat badan dan tinggi badan anak secara rutin cukup rendah. Data Riskesdas menunjukkan, selama tahun 2018, baru sekitar 54,6 persen anak balita yang dibawa ke fasilitas kesehatan untuk ditimbang dan diukur tinggi sesuai standar.
Selain hal di atas, ada beberapa poin penting dan praktis yang disampaikan para narasumber. Pertama, selalu memastikan asupan gizi tercukupi, terutama dalam 1000 hari pertama kehidupan. Terhitung sejak terbentuknya janin di dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun. Pada periode ini asupan nutrisi harus benar-benar diperhatikan. Itulah periode yang menentukan fondasi kesehatan jangka panjang anak tersebut.
Jangan sampai anak diberi makan tidak dengan gizi seimbang. Orang tua memberi asupan makanan dengan kandungan nutrisi yang sama. Misalnya, anak disodorkan berbagai jenis sayuran tanpa ada unsur protein.
Kedua, mengajari anak untuk disiplin saat makan. Jangan memaksa anak bila lebih dari 30 menit. "Bila tidak habis makanan jangan dipaksakan. Tunggu jam makan berikutnya baru diberi makan," ungkap dr. Conny sambil menambahkan untuk tidak tergesa-gesa memberi camilan, hal yang sangat dinanti si buah hati.