Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kisah Remaja Mandiri Community dari Kaki Kelimutu

8 Desember 2018   23:54 Diperbarui: 9 Desember 2018   10:52 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu sudut Detusoko/decotourism.com

Koro Dagalai dalam kemasan siap dijual/foto dari tutehtravel.blogspot.com
Koro Dagalai dalam kemasan siap dijual/foto dari tutehtravel.blogspot.com
Masih ada produk lain yang layak disebut yakni kopi Detusoko. Daerah ini terkenal dengan jenis kopi Arabica dan Robusta yang khas. Dari hasil para petani, kopi kemudian diolah dan diproduksi secara organik. Kaum muda setempat menjadi aktor utama dalam pengolahan tersebut.

Ada beragam cara memproses bahan dasar mulai dari honey, natural, wine, hingga full washed. Perbedaan pengolahan tentu menghasilkan aneka cita rasa. Mari kita lihat bagaimana kopi diolah dengan teknik full washed.

Buah kopi yang sudah dipetik dan dipilah direndam dalam wadah penuh air. Ini menjadi cara alami untuk memilah buah kopi yang berkualitas baik dan tidak. Buah kopi yang mengapung akan dibuang.

Sementara kopi yang lolos seleksi akan ditiriskan hingga kering. Selanjutnya, ditumbuk  dan didiamkan selama satu malam, sebelum dijemur selama kurang lebih dua minggu.

Setelah kopi tersebut benar-benar kering, proses selanjutnya adalah memisahkan menjadi biji kopi mentah (raw green bean). Caranya pun masih manual yakni ditumbuk. Hasilnya, siap untuk di-roasting.

Kopi Detusoko/Decotourism.com
Kopi Detusoko/Decotourism.com
Roasting atau sangrai adalah proses mengubah biji kopi mentah yang memiliki karakteristik soft, "grassy" smell dan sedikit atau tidak memiliki rasa sama sekali menjadi roasted bean dengan karakteristik aroma yang unik dan rasa yang kaya.

Sebelum dikemas, Kopi Detusoko yang sudah di-roasting akan digiling menjadi bubuk. Tujuannya, tentu untuk membuat para penikmat kopi bisa mendapatkan pengalaman yang lebih kuat usai menyeduh bubuk Kopi Detusoko.

Berpikir dengan Otak, Berkarya dengan Hati

Di sisi salah satu ruas jalan di Detusoko berdiri bangunan dengan luas beberapa meter persegi. Interiornya diberi sentuhan natural dengan bahan dari bambu, kayu, dan alang-alang. Di salah satu sisi terpampang ragam produk mulai dari berbagai kemasan kopi, sambal hingga sorgum.

Tak sampai sepelempar batu dari situ terhampar area persawahan. Sehari-hari Nando dan teman-temannya menjadikan tempat tersebut sebagai "pondok" bagi para pengunjung melepas lelah sambil menikmati ragam produk lokal.

Gambar dari decotourism.com
Gambar dari decotourism.com
Nando menamai tempat itu sebagai Lepa Lio Cafe. "Lepa" berasal dari bahasa setempat yang berarti pondok tempat para petani beristirahat. Meski letaknya jauh dari ibu kota kabupaten, Lepa Lio Cafe tetap mendapat sentuhan modern sebagai tempat nongkrong kekinian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun