Pertanyaan kini, setelah peristiwa kelam itu pergi, apa yan harus kita lakukan? Apakah setelah energi Pertamina kembali menerangi Sulawesi Tengah kita lantas segera melupakan kejadian beberapa bulan silam? Tentu tidak.
Laporan tersebut sebenarnya menyentil kita. Meski ia menjadi fenomena alam, peristiwa yang kerap tersaji semestinya membuat kita awas. Pertama, melakukan riset dan pendalaman agar mampu mendapatkan sebuah pemetaan yang komprehensif terhadap fenomena tersebut. Tujuannya satu. Agar kita bisa menghindarinya secepat mungkin.
Dari peristiwa di Flores, Aceh, hingga kini di Sulawesi Tengah, diketahui bahwa gempa dengan kekuatan besar tidak menjadi sebab tunggal banyaknya korban. "Mesin pembunuh" sebenarnya terangkai dalam dampak ikutan akibat gempa mulai dari tsunami, longsor hingga likuifaksi atau pencairan tanah. Karena itu untuk menghindari risiko, masyarakat perlu memahami, sekaligus diingatkan segera mungkin untuk mengambil tindakan menyelamatkan diri.
Kedua, runtuhnya bangunan juga ikut andil memakan banyak korban. Karena itu dalam membangun infrastruktur, perlu dipikirkan konsturksi yang tahan terhadap guncangan gempa.
Ketiga, tidak cukup dengan mempersiapkan infrastruktur yang tangguh. Perlu disadari bahwa longsor akibat gempa perlu diantisipasi dengan tidak membuat rumah di daerah yang berpotensi longsor.
Pada gilirannya studi yang teliti dan komprehensif akan membuat kita lebih dini menghindari akibat yang bisa ditimbulkan. Indonesia merupakan daerah rawan gempa dan tsunami. Buktinya kejadian serupa sudah beberapa kali terjadi. Sudah saatnya kita mengambil langkah-langkah antisipatif sedini mungkin.
Kita tentu tidak ingin peristiwa naas yang terjadi di Flores, Aceh hingga kini di Palu dan sekitarnya kembali mengemuka dalam bentuk berbeda. Kita tidak ingin air mata duka kembali mengalir di bumi pertiwi.
Mari kita bersama belajar dari Sulawesi Tengah, dengan tidak lupa memberi apresiasi pada Pertamina dan pihak lainnya yang sudah ikut ambil bagian membangkitkan daerah tersebut dari keterpurukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H