Hal lain lagi patut diangkat. Promosi terkait perhelatan ini masih minim. Â Bahkan Presiden Joko Widodo mengakuinya . Pengakuan Jokowi itu langsung menyentil Inasgoc selaku penyelenggara Asian Games.
Erick Thohir mengaku biaya promosi Asian Games sangat minim. Dari total biaya penyelenggaraan sebesar Rp 6,6 triliun, hanya Rp 165 miliar atau 2,5 persen untuk promosi. Untuk itu dibutuhkan peran serta berbagai pihak agar tanggung jawab ini tidak terkesan semata-mata menjadi tugas pemerintah dan penyelenggara di Jakarta dan Palembang.
Saya baru saja kembali dari Kupang, ibu kota provinsi Nusa Tenggara Timur. Hampir tidak saya temukan hal serupa. Dalam hati saya bergumam. Apakah Asian Games ini hanya patut disambut oleh pemerintah dan warga Jakarta dan Palembang? Apakah Asian Games tidak perlu dirayakan oleh masyarakat dan penduduk di sudut-sudut Indonesia?
Bila situasi seperti ini, apakah kita terus berpangku tangan menunggu kapan tiba waktu penyelenggaraan?
Kita sudah punya banyak alasan untuk bangga sebagai tuan rumah Asian Games. Kita punya banyak alasan untuk semringah, bahagia dan bergairah untuk menyambutnya. Tetapi kita masih kurang "berkorban" dan "bela-belain" menunjukkannya secara nyata.
Masih ada waktu untuk ambil bagian menggaungkan Asian Games lebih keras. Jokowi misalnya memilih cara tersendiri dengan mengenakan jaket hitam dengan logo Asian Games 2018 cukup besar di bagian depan dan lengan. Cara ini kemudian diikuti oleh orang-orang penting di negeri ini. Tidak hanya jaket tetapi juga kaos dan jenis pakaian lainnya.
Tidak hanya itu. Masih ada cara kreatif lain, selain memperbanyak banner, spanduk dan poster yang bisa disediakan secara swadaya baik oleh organisasi, kelompok atau masyarakat secara luas. Menggelar aneka perlombaan seperti blog, foto, video bahkan gapura di berbagai level dan dengan cakupan yang lebih luas.
Sementara masyarakat luas tidak kehilangan kesempatan. Potensi 100 juta pengguna smartphone di tanah air seturut data kominfo.go.id bisa dimanfaatkan untuk ikut mendemamkan Asian Games melalui gawai dan sosial media yang dimiliki. Dengan tanpa menanti bayaran dan menunggu perintah bisa ikut ambil bagian. Sehari beberapa kicauan tentang Asian Games sudah lebih dari cukup. Tentu pengorbanan ini tidak seberapa dibandingkan sumber daya yang telah dikeluarkan untuk menyemarakan dan menyukseskan Piala Dunia 2018, bukan?