Asian Games pun menjadi ajang pembuktian sekaligus momen yang pas untuk promosi. Bahwa keamanan di Indonesia tidak seburuk yang dibayangkan. Bahwa bangsa Indonesia benar-benar bangsa majemuk dan multikultural dan bisa menjaga keberagaman dan merayakannya setiap hari. Bahwa alam Indonesia dan segala kekayaannya adalah nikmat yang tak boleh dilewati.
Ketiga, melanjutkan poin sebelumnya, Asian Games adalah kesempatan emas untuk menunjukkan kepada dunia siapa dan seperti apa Indonesia masa kini. Indonesia yang tidak hanya banyak dalam jumlah penduduk. Tetapi Indonesia yang sudah jauh berkembang dalam segala aspek. Dengan segala kelebihannya, Indonesia adalah tempat yang aman dan medan yang menguntungkan untuk berinvestasi dan berbisnis. Indonesia adalah tempat yang nyaman dan romantis untuk berwisata. Tempat di mana masyarakatnya berkebudayaan tinggi.
Keempat, tentu dua poin terakhir masih menuntuk pembuktian. Tetapi tidak salahnya menaruh harapan tersebut mengingat inilah kesempatan terbaik itu. Jangan sampai momentum itu lewat begitu saja. Bukan hanya Jakarta dan Palembang yang harus berubah dan berbenah untuk menjadi etalase Indonesia. Tetapi seluruh daerah dan masyarakatnya perlu ikut berpartisipasi.
Sudah saatnya untuk berubah ke arah yang lebih baik tidak hanya fasilitas dan infrastruktur olahraga. Menyusul kehadiran berbagai arena olahraga bertaraf internasional, diharapkan mampu mendongkrak semangat olahraga dan menanamkan nilai-nilai positif dari olahraga pada kehidupan sehari-hari.
Olahraga adalah bagian dari kebudayaan sehingga sudah saatnya perhelatan akbar ini turut membentuk masyarakat Indonesia semakin berbudaya. Tidak sebatas menjaga dan memanfaatkan arena dan setiap sarana pasca pelaksanaan.
Selentingan Ketua Panitia Penyelenggara Asian Games (INASGOC) Erick Thohir menarik dicerna. Menurutnya sebelum menjadi tuan rumah Olimpide, masyarakat China memiliki kebiasaan membuang ludah sembarangan di jalan.
"Tapi sejak ada Olimpiade sekarang mereka jauh lebih bersih. Nah, saya ingin dengan adanya Asian Games, kebiasaan negara kita juga berubah. Itu kenapa saya selalu saya bilang, yang namanya Gelora Bung Karno, atau nanti Jakabaring nanti akan ditutup, harus pakai kendaraan umum. Jadi masyarakat kita siap jalan, siap antre, dan siap angkutan umum karena ini menjadi bagian dari kebiasaan. Jika tidak ingin macet ya harus berubah."
Peran bersama
Mengingat pentingnya Asian Games ini maka tanggung jawab persiapan, pelaksanaan dan setelah itu tidak semata-mata berada di tangan pemerintah dan panitia penyelenggara. Patut diakui euforia masyarakat Indonesia menyambut perhelatan ini masih kurang.
Di lingkungan paling kecil, seperti keluarga misalnya, kita lebih suka berbicara tentang Piala Dunia ketimbang Asian Games. Kita lebih gampang berbagi informasi tentang Piala Dunia. Kita lebih nikmat membicarakan sepak bola. Kita lebih antusias berbicara tentang Rusia dan segala seluk beluknya.