DRiM yang digagas AAJI tidak lain sebagai bentuk komitmen untuk mendukung program literasi dan inklusi keuangan dari pemerintah dan OJK, serta mendorong pelaku industri asuransi jiwa agar lebih mempersiapkan diri untuk menghadapi peluang dan tantangan yang ada di depan mata. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah manajemen risiko yang sejatinya harus terus dikembangkan.
Seperti dikatakan Christine Setyabudi, Ketua Panitia DRiM, kegiatan ini merupakan terbosoan baru AAJI yang baru pertama kali digelar. Kegiatan ini didukung sepenuhnya oleh para pelaku industri asuransi jiwa yang memiliki tujuan yang sama yakni menjawa cepatnya perkembangan teknologi digital yang bisa berdampak pada industri asuransi jiwa.
"Dengan saling mendukung dan bekerjasama ini, kami yakin dapat memberikan aksi nyata pada kemajuan industri asuransi jiwa," ungkap Christine.
Lebih lanjut Christine mengatakan potensi Indonesia sebagai negara kedelapan terbesar dalam hal penggunaan internet seharusnya dimaksimalkan termasuk mengatasi risiko yang menyertainya.
DRiM diawali dengan hackathon start-up competition.Kompetisi ini dijalankan AAJI bekerja sama dengan "Purwadhika Start-up and Coding School" dan diikuti sekitar 100 orang generasi muda. Mereka akan bersaing untuk melahirkan ide dan karya terbaik terkait webdan aplikasi digitalterkait proteksi asuransi jiwa.
Para partisipan seminar akan mendapatkan 40 Poin Manajemen Program Manajemen Risiko Asuransi dari Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia (AAMAI) dan bagi agen asuransi jiwa, mendapat 2 poin pengembangan profesional berkelanjutan dari AAJI saat hadir mengikuti pameran.
Lebih dari itu sebagaimana dikatakan Christine Setyabudi, ide aplikasi web atau mobile dari para finalis terpilih berpotensi digunakan para anggota AAJI dalam memaksimalkan bisnis dan meningkatkan layanan kepada nasabah.
" Kami sadari tidak semua perusahaan sudah siap untuk transformasi digital, tapi sebagai asosiasi kami ingin bantu," ungkap Christine.
Kita menanti seperti apa karya dan ide-ide terbaik yang akan mengemuka. Saya membayangkan webdan aplikasi digital yang dihasilkan semakin mempermudah calon konsumen untuk mengakses produk-produk asuransi jiwa. Selain itu membuat mereka lebih gampang mengklaim, mencari daftar provider atau rumah sakit rekanan asuransi jiwa. Bila aplikasi itu berbentuk mobile atau mobile apps benar-benar user friendly.
Diharapkan terobosan yang dilakukan bisa memacu para anggota AAJI untuk terus memperkuat lini digital. Tujuannya agar penetrasi pasar produk asuransi jiwa semakin luas. Saat ini, seperti dikatakan Hendrisman Rahim, penetrasi pasar asuransi di Indonesia berjalan lambat. Secara keseluruhan penetrasi asuransi di tanah air terhadap poulasi sekitar 6,8 persen pada akhir 2017.