Mahkota tunggal putra yang dikenakan pemain keturunan India itu mengikuti jejak Steve Baddelley pada tahun 1990. Setelah itu belum ada pemain Inggris yang mampu menggusur dominasi Denmark.
"Saya berada di atas bulan untuk memenangkan gelar ini," ungkap Ouseph sambil menambahkan bahwa ia sempat tergelincir tetapi berhasil memanfaatkan kesempatan untuk bangkit dan tidak ingin kesempatan berharga itu lepas.
Berbeda ketika Caro bertemu para pemain putri dari Asia, di Eropa belum ada pemain putri yang mampu menandinginya. Bila Caro harus bekerja ekstra keras menghadapi P.V.Sindhu dari India, dan selalu apes ketika bertemu Tai Tzu-ying, tidak demikian di benuanya.
Selama belum ada lawan sepadan, dominasi Caro spertinya akan berlanjut. Apalagi tahun depan event ini akan berlangsung di negaranya.
“Saya melihat ke depan untuk mempertahankan gelar di kota asal saya tahun depan di hadapan keluarga dan teman-teman saya.”
Terlepas dari nama besar Denmark, di kejuaraan ini Eropa mulai menghasilkan penerus. Meski berjalan lambat dan masih seputar negara-negara yang sama, setidaknya beberapa pemain mulai menunjukkan diri sebagai calon pemenang setelah generasi tua berakhir.
Ada Anders Antonsen yang mengalahkan seniornya Viktor Axelsen di babak sebelumnya. Begitu juga Gabriela Stoeva/Stefani Stoeva yang semakin baik. Bila ganda putri ini terus meningkatkan kemampuan, bukan mustahil, saat para pemain veteran Denmark gantung raket, Bulgaria akan menorehkan sejarah baru di level Eropa.
Bahkan pintu masuk ke jajaran elit dunia sudah terbuka. Saat ini Gabriela, 22 tahun dan Stevani, 21 perlahan tetapi pasti mulai merangksek dari peringkat 13 dunia.
Setali tiga uang
Seperti Eropa dengan Denmark, begitu juga Asia dengan China. Tahun ini China mendominasi.Dari lima wakilnya di partai puncak, tuan rumah mengunci tiga gelar. Lu Kai/Huang Yaqiong, unggulan tiga, merebut emas ganda campuran usai menyisihkan satu-satunya wakil Thailand, Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanacahai, 21-18 dan 21-11.