Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Christie Damayanti: Kalau Saya Bisa, Mengapa yang Lain Tidak?

2 Mei 2017   09:20 Diperbarui: 2 Mei 2017   09:20 1500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Christie Damayanti bersama sang ibu dan perwakilan dari Mall @Basurra (atas) dan kedua buku terbaru/facebook Christie Damayanti

Dengan menulis dan berbicara merangsang otaknya untuk tetap berfungsi. “Saya menulis adalah untuk mengeluarkan apa yang ada di otak. Syaraf di otak kiri saya sebagian besar mati, sakit atau lemah. Kalau tidak terapi kata dokter, otak saya akan mengecil.”

Menulis bagi Christie telah membantunya perlahan-lahan mengembalikan fungsi otak kiri. Bila otak tidak bisa kembali normal setidaknya ukuran yang ada sekarang tetap dipertahankan. Menulis adalah terapi bagi kesembuhannya.

“Bagi saya tulisan adalah terapi. Tidak penting berapa orang yang baca, nggak masalah. Ternyata kekuatannya luar biasa. Justru dari menulis itu saya bisa berada di sini.”

Buah perjuangan

Buah perjuangan Christie dalam menulis sudah menyata 11 buku. Substansi empat buku terakhir adalah perjalanan mengelilingi Eropa selama sebulan. Itulah seri perjalanan seorang ibu di atas kursi roda didampingi kedua anaknya.

Perjalanan ini tidak mudah. Kedua buah hatinya, Dennis dan Clarensia Michelle belum punya pengalaman ke Eropa. Sementara sang ibu tidak bisa berbuat banyak di atas kursi rodanya. Segala urusan ditangani Dennis dan adiknya. Saat berurusan dengan uang barulah mereka datang kepada sang ibu.

Nihil pengalaman itu membuat mereka tak kuasa mengelak cobaan. Salah satu tantangan besar terjadi saat di Paris. Ibu kota negara Prancis itu meninggalkan kesan berbeda kepada tiga pelancong ini. Dennis pernah mengalami pengalaman tak mengenakkan sampai-sampai membuat mereka kesulitan uang.

Bagi Christie dan anak-anak Paris tidak seromantis yang diceritakan banyak orang. Di buku ini Christie memberi tanda petik pada kata romantis. “Anak saya bialang Ma saya nggap mau ke Paris lagi,” celetuk Christie meniru ucapan sang anak.

Sementara buku lainnya berkisah tentang sejarah masa lalu kota Roma. Tidak ada yang meragukan terang dan gelap Roma dahulu kala saat masih menjalani masa kekaisaran. Sisa-sisa kekelaman masih menyata di antaranya dalam rupa Colloseum dan ruang-ruang bawah tanah.

Beberapa dari 11 buku yang telah dihasilkan Christie Damayanti/dokpri
Beberapa dari 11 buku yang telah dihasilkan Christie Damayanti/dokpri
Pepih Nugraha, salah satu mentor Christie dalam menulis, sama sekali tidak membantah isi kedua buku. Ia juga pernah beranjangsana ke Eropa. Namun pengalaman mantan bos Kompasiana ini berbeda dengan Christie sekeluarga.

“Apa yang ditulis Christie sah-sah saja. Apalagi ini bukan karya jurnalistik,” tegas Kang Pepih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun