Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Christie Damayanti: Kalau Saya Bisa, Mengapa yang Lain Tidak?

2 Mei 2017   09:20 Diperbarui: 2 Mei 2017   09:20 1500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa dari 11 buku yang telah dihasilkan Christie Damayanti/dokpri

Namun Habibie menjadi terkenal seperti sekarang karena perjuangannya mengatasi kekurangan. Ia mengidap kelainan genetik bernama Muscular Dytrophy Tipe Becker. Secara medis penyakit  langka ini bisa dijelaskan sebagai mutasi spontan di gen systropin pada kromosom XP 21. Sementara secara sederhana, penyakit ini secara perlahan membuat otot-otot tubuh melemah dan fisik kian tak berdaya.

Habibie Afsyah sedang membawakan materi/dokpri
Habibie Afsyah sedang membawakan materi/dokpri
Penyait ini merenggut fungsi motorik tubuh sehingga ia nyaris tak bisa menggerakan tubuhnya. Memalingkan wajah saja susah, untuk mengatakan tidak bisa. Satu-satunya bagian tubuh yang bisa berfungsi baik dibanding yang lain adalah satu jari tangan kiri yang membantunya menggerakan mouse.Itulah sumber harapannya dalam menjalankan usaha yang membuatnya terus meraup dollar dari dunia marketing. Sekaligus alat bantu menggerakkan kursi roda sebagai perpanjangan kakinya setiap hari.

Buku berjudul “Kelemahanku adalah Kekuatanku untuk Sukses” adalah percikan refleksi hidup Habibie. Pada salah satu bagian, sosok yang sempat divonis dokter berusia tak lebih dari 25 tahun ini menulis, yang kemudian kerap dikutip, “Kalau Saya yang punya keterbatasan seperti ini saja bisa, Anda pasti bisa! Kemandirian dan kesuksesan adalah kodrat Anda.”

Sementara Amy Atmanto, dalam ketenarannya sebagai seorang desainer kondang, adalah figur yang sangat peduli dengan kaum difabel.  Hasil karya Amy yang menjadi langganan para selebritis dan public figure tanah air lahir dari sentuhan para pekerja tuna rungu.

Amy Atmanto memperlihatkan baju karya tuna rungu yang dibinanya/dokpri
Amy Atmanto memperlihatkan baju karya tuna rungu yang dibinanya/dokpri
Menulis: terapi

Kembali ke Christie Damayanti. Satu panggung dengan kum dan pejuang disabilita sebenarnya menegaskan bahwa Christie adalah juga bagian dari mereka. Saat duduk dan tak melakukan apa-apa Christie terlihat normal. Memang dahulu ia seperti perempuan-perempuan sehat lainnya. Ia adalah seorang arsitek di salah satu perusahaan properti. Dan hasil karyanya kini sudah mewujud salah satu pusat perbelanjaan terkenal di ibu kota.

Pada 2009 setelah rancangannya selesai, ia mendapat libur enam minggu. Kesempatan berlibur, yang sebelumnya nyaris tak pernah ada karena ia lebih memilih bekerja, ia manfaatkan ke Amerika Serikat bersama keluarganya.

Di Negeri Paman Sam itu sejarah hidupnya pun berubah. Dua minggu pertama segala sesuatu berjalan biasa. Tidak ada sesuatu yang berbeda. Namun tepat di minggu keempat, sesuatu yang tak terduga datang. Saat itu sekitar pukul 3 pagi. Christie hendak ke toilet. Saat berdiri dari tempat tidur kaki terasa lemas sekali. Ia tak mampu menjaga keseimbangan dan terjatuh.

Segera ia dibawa ke rumah sakit. Untung saja nyawanya masih tertolong. Tetapi ia harus menerima kenyataan pahit. Dokter memvonis otak kirinya cacat. Di dalam otak kiri ada sejumlah pembuluh darah lunak yang pecah, masing-masing berfungsi untuk menjaga keseimbangan, sensorik dan motorik. Genangan darah di otak kiri itu membuatnya tak bisa berbuat banyak selain harus menjalani terapi.

Kegiatan terapi dilakukan selama dua minggu di Amerika Serikat, lantas kembali ke Indonesia. Awal perjuangannya pun dimulai. Ia tidak bisa berbuat banyak karena separuh tubuhnya tidak berfungsi.

Ia harus sangat hati-hati saat berjalan. Ayunan kakinya diukur sedemikian rupa agar keseimbangan tetap terjaga. Begitu juga saat berbicara. Beberapa kali sempat terhenti seperti mencari kata-kata yang tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun