Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Maukah Kau Jadi "Ibu"? (Tentang Tangsel di Selembar Batik)

9 April 2017   20:08 Diperbarui: 10 April 2017   06:00 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa contoh batik kontemporer/gambar: dokpri

Selain menyesuaikan dengan psikologi penting diperhatikan faktor lain agar lebih terlihat keren. Memperhatikan karakter badan seperti tinggi dan bentuk tubuh. Serta kecakapan untuk memadupadankan dengan atasan atau jenis pakaian tertentu. 

Leonita Julian dalam busananya menjadi contoh keren dengan batik/foto: Dzulfikar Alala
Leonita Julian dalam busananya menjadi contoh keren dengan batik/foto: Dzulfikar Alala
Menjadi ibu

Kerja kreatif Ibu Nelty bertujuan untuk melestarikan dan mengangkat kearifan lokal Tangsel. Selain berusaha sendiri melalui lini usahanya, ia juga terlibat aktif dalam memberikan pelatih dan pendidikan kewirausahaan kepada masyarakat dan para siswa di sekolah-sekolah dan universitas.

Beberapa kali ia juga diundang oleh Kementerian Pendidikan untuk memberikan pelatihan kepada mahasiswa asing sebagai kenang-kenangan sebelum merea kembali ke negara asalnya.Batik produksi Bu Nelty hampir selalu menjadi langganan hajatan internal pemerintah Tangsel dan Provinsi Banten maupun yang melibatkan para tamu dari luar daerah atau luar negeri.

Meski begitu usaha seperti ini tidak cukup. Ada beberapa pekerjaan rumah yang saya tangkap dari mulut Ibu Nelty. Pertama,campur tangan pemerintah. Selain dalam bentuk modal usaha, pemerintah perlu mengambil sikap untuk mempatenkan motif khas etnis Tangsel. Hal ini penting dengan belajar dari kasus pencaplokan yang sempat heboh beberapa waktu lalu.

“(Batik) perlu dilestarikan. Jangan sampai sudah dicaplok negara lain baru teriak,”tandasnya.

Meski tidak menanggapi hal ini Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangsel, Firdaus mengaku bahwa usaha seperti Ibu Nelty turut mendukung perekonomian daerah. Ia juga memastikan bahwa pemerintah akan selalu mendukung para pelaku usaha seperti ditujukan melalui pembangunan gedung 10 lantai yang bisa dipakai oleh kalangan seperti Ibu Nelty.

Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangsel, Firdaus (bersafari) bersama Ibu Nelty, Ketua Ketapels dan beberapa kompasianer. Gambar: Dzulfikar Alala
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangsel, Firdaus (bersafari) bersama Ibu Nelty, Ketua Ketapels dan beberapa kompasianer. Gambar: Dzulfikar Alala
Kedua,mencintai produk Indonesia seperti batik etnik. Masyarakat perlu disadarkan untuk memilih produk lokal yang dihasilkan daerah sendiri. Bu Nelty sadar bahwa selera tidak bisa dipaksakan tetapi penting untuk mengutamakan karya anak.

Meski menghadapi banyak tantangan komitmen Bu Nelty kepada kearifan lokal tak tergoyahkan. Ia telah bertekad, “Sekalipun tidak ada yang membeli kami terus melestarikan budaya Tangerang Selatan.”

Beberapa patah kata yang ia ucapkan terus mengiang hingga selepas acara. “Seperti ibu yang mempunyai  anak kalau tidak ada yang membanggakan  anaknya ya siapa lagi. Hanya ibu yang tahu seperti apa anaknya.” Maukah kau menjadi “ibu"?

Terima kasih Ketapels, Danamon, Kompasiana dan Ibu Nelty yang menuntun saya menjejaki Tangsel dalam selembar batik. Juga Mas Dzulfikar Alala untuk momen-momen terbaik dalam gambar-gambar. 

Para peserta memamerkan batik yang dikreasi sendiri/Foto: Dzulfikar Alala
Para peserta memamerkan batik yang dikreasi sendiri/Foto: Dzulfikar Alala

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun