Selain menyesuaikan dengan psikologi penting diperhatikan faktor lain agar lebih terlihat keren. Memperhatikan karakter badan seperti tinggi dan bentuk tubuh. Serta kecakapan untuk memadupadankan dengan atasan atau jenis pakaian tertentu.
Kerja kreatif Ibu Nelty bertujuan untuk melestarikan dan mengangkat kearifan lokal Tangsel. Selain berusaha sendiri melalui lini usahanya, ia juga terlibat aktif dalam memberikan pelatih dan pendidikan kewirausahaan kepada masyarakat dan para siswa di sekolah-sekolah dan universitas.
Beberapa kali ia juga diundang oleh Kementerian Pendidikan untuk memberikan pelatihan kepada mahasiswa asing sebagai kenang-kenangan sebelum merea kembali ke negara asalnya.Batik produksi Bu Nelty hampir selalu menjadi langganan hajatan internal pemerintah Tangsel dan Provinsi Banten maupun yang melibatkan para tamu dari luar daerah atau luar negeri.
Meski begitu usaha seperti ini tidak cukup. Ada beberapa pekerjaan rumah yang saya tangkap dari mulut Ibu Nelty. Pertama,campur tangan pemerintah. Selain dalam bentuk modal usaha, pemerintah perlu mengambil sikap untuk mempatenkan motif khas etnis Tangsel. Hal ini penting dengan belajar dari kasus pencaplokan yang sempat heboh beberapa waktu lalu.
“(Batik) perlu dilestarikan. Jangan sampai sudah dicaplok negara lain baru teriak,”tandasnya.
Meski tidak menanggapi hal ini Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangsel, Firdaus mengaku bahwa usaha seperti Ibu Nelty turut mendukung perekonomian daerah. Ia juga memastikan bahwa pemerintah akan selalu mendukung para pelaku usaha seperti ditujukan melalui pembangunan gedung 10 lantai yang bisa dipakai oleh kalangan seperti Ibu Nelty.
Meski menghadapi banyak tantangan komitmen Bu Nelty kepada kearifan lokal tak tergoyahkan. Ia telah bertekad, “Sekalipun tidak ada yang membeli kami terus melestarikan budaya Tangerang Selatan.”
Beberapa patah kata yang ia ucapkan terus mengiang hingga selepas acara. “Seperti ibu yang mempunyai anak kalau tidak ada yang membanggakan anaknya ya siapa lagi. Hanya ibu yang tahu seperti apa anaknya.” Maukah kau menjadi “ibu"?
Terima kasih Ketapels, Danamon, Kompasiana dan Ibu Nelty yang menuntun saya menjejaki Tangsel dalam selembar batik. Juga Mas Dzulfikar Alala untuk momen-momen terbaik dalam gambar-gambar.