Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menjadi Titik-titik Air pada Batu Keras Patriarki

13 Maret 2017   13:30 Diperbarui: 14 Maret 2017   18:01 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sini kerja keras laki-laki ditutut karena pekerjaan untuk membongkar kemapanan dan cara pandang keliru yang telah tertanam dalam diri. Laki-laki yang menjadi pangkal persoalan harus menjadi bagian dari penyelesaian terhadap persoalan itu.

Ketiga,selain melalui praktik hidup sehari-hari, terus mengkampanyekan gerakan kesetaraan gender menjadi penting. Mengkampanyekan ide, gagasan, bahkan meluangkan waktu hingga donasi untuk membantu gerakan-gerakan yang memperjuangkan nasib perempuan dan masa depan laki-laki harus digalakkan dan didukung.

Patut diingan keterlibatan kita dalam aksi seperti itu tidak hendak menceburkan kita pada praktik aktivisme tetapi kita bisa mengambil bagian dengan cara kita masing-masing. Dengan tanpa menjadi aktivis kita bisa berbuat sesuatu untuk membentuk tatanan hidup yang adil.

Pada titik ini Ladisiana bisa ambil bagian. Sebagaimana media berperan besar dalam pelanggengan dikotimi itu, dengan wadah strategis yang telah tersedia, Kompasiana bisa dimanfaatan sebagai ruang kampanye, tempat bertukar ide dan gagasan  tandingan hingga mengambil langkah nyata melalui aksi-aksi kreatif konstruktif seperti yang dilakukan komunitas-komunitas lain di Kompasiana.

Bila ada KPK (Kompasianer Penggila Kuliner) yang rutin “menggerebek” sentra-sentra kuliner, mengapa Ladisiana tidak turut serta “menggerebek” institusi-institusi pendidikan dan pusat-pusat pengambil kebijakan untuk mengadvokasi feminisme. Bila ada KOMiK (Kompasianers Only Movie enthus(i)ast Klub) yang rajin berburu film-film terbaru, mengapa tidak mengajak mereka untuk turut serta berburu film-film yang membangun kesetaraan.

Bila ada Koteka (Komunitas Traveler Kompasiana) yang merayakan petualangan sebagai kegembiraan utama, mengapa Ladiesiana tidak bisa berpetualang menambah ilmu dan laku yang telah lama dihidupi dan diperjuangkan komunitas-komunitas penggiat kesetaraan. Mulailah dari komunitas kecil, lantas merangkul Kompasianer lebih luas dan lebih banyak.

Gagasan ini bisa saja terlalu ideal, bahkan garing.Bisa saja dianggap mirip laku sisifus yang tak berujung hasil karena terbelenggu pada anggapan bahwa realitas itu sulit berubah, bahkan dianggap statis, dan tetap. Tetapi tidak berbuat apa-apa sama saja melanggengkan praktik yang ada karena perjuangan kita demi kepentingan bersama. Dan saya kira Ladiesiana ada dan mengada tidak hanya untuk memaknai Hari Perempuan Internasional saban 8 Maret, dan terlecut oleh protes besar Women's March  beberapa waktu sebelumnya, misalnya, tetapi lebih dari itu: berbuat sesutu lebih tekun dan berkesinambungan. Ibarat menghancurkan sebongkah batu keras dengan tetes-tetes kecil air secara terus-menerus.

Mari berjuang bersama Ladiesiana!

Facebook

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun