Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

KompasTV dan FFPI 2016, Antara Pembalikan Mitos dan Artikulasi Kreatif Kemanusiaan

27 Januari 2017   22:54 Diperbarui: 27 Januari 2017   23:09 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antuasiasme penonton yang tinggi/@KompasTV

Bukan rahasia lagi bahwa saat ini hidup kita sudah banyak berpindah dari dunia nyata ke dunia maya. Bahkan dunia kedua itu hampi menarik seluruh diri kita. “I Love Me” menggambarkan seorang perempuan muda yang sibuk bergaul di sosial media. Segala sesuatu yang terjadi di dunia nyata di bawa masuk melalui gambar dan postingan di berbagai jejaring sosial. Dunia seperti hanya dihuni oleh dirinya sendiri.

Dalam situasi ini perempuan itu terlihat asing dan sendiri. Ia lebih sibuk dengan diri sendiri dan dengan telepon genggamnya itu. Namun betapa mewahnya dunia maya tidak bisa memenuhi kebutuhan kita secara paripurna.

Justru melalui orang di sekitar hal-hal yang tidak kita temukan di dunia maya kita peroleh. Ternyata dalam penggembaraan mencari momen-momen menarik untuk dibagi di jejaring sosial wanita tersebut tak bisa memastikan baterai telepon tersebut selalu terisi penuh. Ia butuh tuang nasi goreng untuk mengisi kembali daya di telepon genggamnya.

Film lainnya “Di Ujung Jari” dari sudut berbeda menggambarkan realitas serupa. Smarthpone benar-benar memangsa seluruh hidup seorang lelaki muda. Dalam perjalanan pulang pada suatu malam telepon genggam kesayangannya dijambret. Saat ia kehilangan benda tersebut ia mendapatkan sesuatu yang lain yang lebih berarti yakni kasih sayang dan perhatian dari sang ibu.sedekat-dekatnya kita dengan teknologi tetap tak bisa menggantikan manusia. Malah nilai-nilai kemanusiaan itu membuat hidup kita menjadi lebih terasa berarti.

Mencetak sineas

Mengutip pendiri Kompas Gramedia, Jacob Oetama, Rosiana mengaku bahwa Kompas TV pun berkewajiban untuk terus menumbuhkan harapan. Tidak hanya concernpada berita dan informasi tetapi juga pada hal-hal penting seperti ini.

Atas dasar itu Rosi berharap festival film ini bisa menjadi jalan bagi lahirnya para sineas-sineas handal suatu hari nanti. Setidaknya dari hasil karya para pemenang terlihat bahwa harapan tersebut bukan isapan jempol.

“Saya bayangkan para finalis pelajar dan mahasiswa pasti bisa jadi sineas-sineas terkenal yang akan membanggakan Indonesia di kancah internasional,” tandas Rosiana.

Meski demikian patut diakui bahwa jalan tersebut tidak selalu lurus. Dalam konteks Indonesia iklim positif bagi para insan kreatif harus terus dibangun. Bertemu setelah acara, Ifa Isfansyah mengaku bahwa dibutuhkan banyak hal untuk mencetak para sineas. Salah satunya adalah melalui komunitas film.

Sejauh ini di kota-kota besar sudah berdiri banyak komunitas film termasuk yang hadir pada malam itu. Diharapkan para finalis ajang ini bisa membawa harapan bagi berdirinya komunitas-komunitas film di daerah-daerah sehingga di tahun mendatang saat ajang serupa digelar lagi makin banyak yang ikut berpartisipasi.

Para juara kategori pelajar saat mendapat hadiah/@KompasTV
Para juara kategori pelajar saat mendapat hadiah/@KompasTV
Daftar pemenang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun