Dengan piawai siswa SMA Negeri 1 Muara Enim Palembang mengangkat arti penting kejujuran. Hal itu tercermin dari adanya kanting kejujuran yang terlekat di sudut sekolah. Di sana tidak ada penjaga dan tanpa pengawasan sama sekali.
Selain itu, di sekolah ini tidak ada pembedaan terhadap status para siswa. Setiap orang diperlakukan sederajat dan tanpa pandang bulu. Saat hari kedua Aling mendapati seorang siswa bernama Raihan terlambat ke sekolah. Seperti dirinya yang terlambat, Raihan juga mendapat hukuman setimpal. Keduanya diwajibkan memungut daun kering di halaman sekolah.
Hal ini terlihat dari film berjudul “Mata Hati Djoyokardi. Mengambil bentuk dokumenter, film ini berkisah tentang Djoyokardi yang setia membesarkan sang anak yang ternyata difabel.
Meski renta dan hidup sangat sederhana, kakek ini tak kenal lelah mendampingi dan membesarkan sang anak. Peri hidup ini mengajarkan hal penting tentang kesetiaan terutama terhadap tanggung jawab yang diberikan sebagai seorang ayah.
Kesetiaan yang merupakan bentuk lain dari kesabaran itu termasuk terhadap hal-hal yang semula dianggap mustahil. Cacat tidak menjadi halangan untuk meraih impian dan cita-cita. Hal itu yang ditekanan Djoyoardi pada mata hatinya tersebut.
“Ijinkan Saya Menikahinya” dalam cara yang lebih menggelitik membahasakan tentang janji yang tak bisa ditepati Suryono pada Suryani. Janji yang telah diikrarkan Suryono untuk menikahi sang pujaan hati terpaksa bertepuk sebelah tangan. Bukan karena tugas atau alasan pekerjaan yang membuat janji tersebut tak berujung manis.
Latar belaang Suryani berkakek simpatisan PKI membuyarkan semua rencana. Padahal segala persiapan telah dilakuan mulai dari pakaian hingga segala atribut pesta lainnya.
Meski mengiris hati dan mengaduk emosi dengan menampilkan logat Ngapak Banyumasan yang kental selingan bahasa kekinian cukup jitu menghibur. Beberapa kali tawa penonton pecah.
Menghapus prasangka
Selama ini terminal hampir berkonotasi negatif. Berbagai perilaku minor hampir selalu dilekatkan dengan tempat persinggahan itu. Tetapi melalui film “Terminal” pandangan tersebut dibongkar.