“Bila orang membaca tulisan pada suatu blog, dan dia meng-klik iklan yang ada, maka blogger bersangkutan akan mendapatkan komisi dari Google,”terang Kang Maman.
Bila tak mau repot mengurus blog pribadi, Kompasiana adalah ruang yang tepat bagi para penulis warga lainnya untuk menulis. Ada banyak manfaat yang bisa dipetik di sana.
Seperti diutarakan Mas Isjet, saat ini Kompasiana merupakan blog keroyokan terbesar di Indonesia dengan jumlah pembaca mencapai angka 30 juta per bulan.
“Saat ini pembaca Kompasiana, mencapai 30 juta per bulan dengan 800 jumlah artikel masuk per hari. Kompasiana pure opini warga, tanpa diembel-embeli kepentingan," paparnya.
"Bagi pembaca di Kompasiana bisa dijamin, bahwa yang dibaca adalah tulisan bagus. Sistem verifikasi warna hijau dan biru atau belum verifikasi, sebagai cara membedakan reputasi si penulis.”lanjut Isjet yang sangat getol mengkampanyekan gerakan #ayomenulis.
Terlepas dari tujuan material tersebut, menulis sebenarnya memiliki tujuan adiluhung. Dari setiap tulisan yang kita lahirkan kita sebenarnya sedang terlibat dalam proyek sejarah yang bernilai abadi. Seperti diungkapkan Kang Maman mengutip pernyataan sastrawan Indonesia, Pramoedia Ananta Toer, menulis adalah kerja keabadian yang dampaknya bisa melintas ruang dan waktu.
"Menulis bekerja untuk keabadian, untuk melawan kebisingan kita perlu teriak keras. Tapi dengan menulis, kita bisa teriak baik dalam diam atau bersuara," tandas Kang Maman yang pernah merasakan susahnya menulis pada rezim otorian Orde Baru itu.
Jadi siapapun bisa berdaya dan diberdayakan sebagai penulis warga. Dan sebagai penulis wargapun bisa berdaya. Termasuk pula seperti kata Pramoedya, dikenal dunia dan ambil bagian dalam proyek keabadian itu.
So, #ayomenulis.