Di partai keempat, ganda putra Muhammad Fachrikar/Bagas Maulana gagal memperpanjang nafas Merah Putih. Menghadapi Tang Jie Chen/Wei Chong Man, Muhammad/Bagas bertekuk lutut dua game langsung 19-21 dan 17-21.
Kekalahan telak ini cukup mengejutkan. Pasalnya di pertandingan sebelumnya yang dihelat pada pagi hari Indonesia tampil digadaya saat menghadapi tim kuat Korea Selatan. Anak-anak asuh Fung Permadi menang dengan skor meyakinkan 3-0. Namun penampilan kontra Negeri Ginseng itu seperti menjadi klimaks, padahal jalan menuju partai puncak masih beberapa tangga lagi.
“Dalam dunia bulutangkis memang ada banyak hal tak terduga, tadi pagi kita bisa berhasil mengalahkan Korea dengan 3-0, ini kejutan yang menyenangkan dan malam ini kita juga agak surprise karena kita kalah, dan kalah pun seharusnya kita bisa sampai partai kelima,” beber Fung dikutip dari badmintonindonesia.org.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya di mana Indonesia setidaknya mampu melangkah hingga partai pamungkas, kali nasib berbicara lain. Menurut penilaian Fung, salah satu sebab yakni penampilan para pemain yang kurang maksimal. Beberapa strategi yang telah dipasang tak diterjemahkan secara baik di lapangan pertandingan.
Meski kandas di delapan besar, tim Indonesia masih berpeluang merebut posisi 5-8. Sabtu (5/11) petang waktu Bilbao atau pukul 21.30 WIB, Indonesia akan menghadapi India yang di pertandingan sebelumnya kalah dari Thailand dengan skor tipis2-3.
Selain itu masih ada harapan bagi para pemain Indonesia untuk berjaya di nomor-nomor individu memperebutkan Piala Eye Level. Perburuan lima Piala Eye Level akan dimulai Selasa (8/11) hingga Minggu (13/11).
Peluang para pemain Indonesia untuk merebut trofi individual itu tetap terbuka lebar meski tantangan berat bakal menghadang. Kiprah mereka di partai beregu memberikan sedikit gambaran terkait para lawan yang akan dihadapi. Peta kekuatan lawan sudah sedikit tersingkap walau belum menghadapi wakil-wakil unggulan dari Thailand, Jepang, maupun Tiongkok.
Di samping itu kekalahan tersebut perlu dimaknai sebagai evaluasi untuk melecut semangat dan daya juang. Jangan sampai nasib buruk di Piala Suhandinata berlanjut di kategori individu. Sebagai tambahan Indonesia sudah lama menanti gelar individual ini setelah terakhir kali dimenangkan pasangan ganda campuran Edi Subaktiar/Melati Daeva Oktavianti pada 2012 silam di Chiba, Jepang.
“Dari kekalahan hari ini, mereka juga harus berlajar bagaiman mereka bisa bangkit dari kekalahan, karena seperti kita ketahui besok (5/11) kita masih akan bertanding lagi, dan setelah itu kami juga harus bersiap untuk nomor individual. Dan mudah-mudahan dengan pelajaran hari ini bisa membuat mereka lebih matang dalam menghadapi pertandingan-pertandingan yang akan datang,” tandas Fung.
N.B