Namun kondisi bulu tangkis dalam negeri sedang membutuhkan perbaikan serius. Mendengar Hendrawan berkibar di Malaysia hati kita seperti tersayat. Mengapa ia lebih memilih mengasah dan mengembangkan bulu tangkis tetangga sementara kita sedang berjuang merebut supremasi?
Entah mengapa Hendrawan begitu betah di Negeri Jiran. Konon kabarnya ia pernah dipanggil pulang saat Gita Wirjawan mulai menahkodai PBSI. Hanya Hendrawan dan induk organisasi bulu tangkis tanah air itu yang tahu mengapa ajakan tersebut bertepuk sebelah tangan.
Belum lama ini satu pelatih berhasil dibujuk pulang kampung. Meski prestasinya sebagai atlet tak secemerlang Hendrawan, nama Irwansyah cukup dikenal di sejumlah negara Eropa seperti Cyprus, Inggris dan Irlandia. (tulisan selengkapnya bisa baca di sini).
Setelah 15 tahun berkarir di mancanegara, kini Irwansyah mendampingi Hendry Saputra menangani tunggal putra pelatnas. Di tangan mereka masa depan sektor tersebut digantung. Ditambah lagi saat ini Indonesia sudah memiliki bibit unggul dalam diri Jonatan Christie, Anthony Sinisuka Ginting, Ihsan Maulana Mustofa dan Firman Abdul Kholik.
Tiga nama yang disebut pertama kini berada di lingkaran 38 besar dunia. Mereka pun digadang-gadang sebagai penerus tunggal putra senior PBSI, Tommy Sugiarto dan pemain senior non pelatnas yang belum kehilangan semangat, Sony Dwi Kuncoro. Â Namun sejauh mana mereka mengembangkan sayap prestasi, peran penting pelatih tak bisa disepelehkan.
Kita berharap jejak Irwansyah bisa diikuti oleh pelatih-pelatih lainnya yang masih berkarir di mancanegara. Terutama di sektor putri yang benar-benar membutuhkan reformasi teknis dan paradigmatis. Teknik dan metode kepelatihan, serta cara pembibitan tampaknya butuh pembaharuan. Seperti apa cara terbaik memanggil pulang mereka, apakah masih perlu kita bertanya pada rumput yang bergoyang?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H