Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi. Demikian peribahasa yang sekiranya pas disematkan kepada sosok Dato Lee Chong Wei. Di usia 33 tahun, tepatnya menjelang 34 tahun pada 21 Oktober nanti, pendulum kiprah pebulutangkis kebanggaan Malaysia ini malah bergerak berlawanan dengan arus umum. Saat satu per satu pemain senior mulai berguguran, bahkan akhirnya memutuskan gantung raket, Sang Dato malah kian moncer.
Pencapaian di Jepang Terbuka yang baru saja usai menjadi bukti terkini. Â Diajak Jan O Jorgensen bermain tiga set, Lee tak gentar. Dalam tempo 1 jam dan 10 menit, Lee menggagalkan asa tunggal senior Denmark itu untuk naik podium juara. Lee menang 21-18 15-21 dan 21-16.
Bukan kali ini saja suami mantan tunggal putri Malaysia Wong Mew Choo itu berjaya di turnamen level super series itu. Ini merupakan gelar keenam, sekaligus terbanyak sepanjang sejarah pagelaran itu. Sebelumya Lee naik podium utama pada 2007, 2010, 2012, 2013 dan 2014. Jumlah gelar Lee  dua kali lipat dibanding kawan seangkatan sekaligus seteru abadi dari Tiongkok, Lin Dan yang meraih gelar pada 2005, 2006 dan 2015.
Sebelum juara di Jepang Terbuka, Lee tampil baik di Olimpiade Rio pada Agustus lalu. Menyingkirkan sejumlah unggulan, termasuk menjungkalkan Super Dan yang berstatus juara bertahan untuk menggapai partai pamungkas menunjukkan bahwa Lee masih bertaji. Sayang di partai final Lee gagal lagi, seperti dua edisi Olimpiade sebelumnya.
Tiga kali beruntun tampil di partai puncak ajang multievent terakbar itu, Lee harus memendam kekecewaan lantaran berakhir dengan medali perak. Ia kalah straight setdari  jagoan Tiongkok lainnya, Chen Long, 21-18, 21-18. Namun, hasil tersebut tak menggodanya untuk segera berkata cukup.
Titik balik
Lee mulai berkarir sejak 2002. Dalam lembaran sejarah karirnya, nama Mohmed Misbun bin Mohd Sidek pasti mendapat tempat tersendiri. Mantan legenda Harimau Malaysia dengan nama panggilan Misbun Sidek itu pertama kali mencium bakat besar Lee. Sejak usia 17 tahun saudara sekaligus eks pelatih mantan pebulutangkis kawakan Malaysia lainnya, Rashid Sidek itu menempat Lee di tim nasional hingga perlahan tapi pasti berkembang menjadi pemain hebat.
Di tangan Misbun, selanjutnya diteruskan oleh Tey Seu Bock dan Rashid, Lee dan para pemain tunggal putra Malaysia ditempa dan dibesarkan. Tak kurang dari 65 gelar menghuni lemari prestasi ayah dari  Kingston dan Terrance itu.
Namun, di balik kibaran nama besar Lee saat ini, ada sosok penting lainnya. Dia adalah Hendrawan. Mantan tunggal putra Indonesia itu menjadi sosok kunci yang membangkitkan Lee setelah bebas dari jerat  doping pada  Mei 2015.
Bersama  Tey Seu Bock, Hendrawan mendampingi Lee-yang tersanksi doping sejak  September 2014- berjuang dari posisi 100-an dunia. Hebatnya, dalam kurun waktu tak kurang dari 14 bulan, Lee kembali ke jajaran elit dunia.
Mula-mula menjuarai Malaysia Open Super Series Premier, titik balik Lee disempurnakan di Indonesia Open Super Series Premier pada Juni 2016. Lee naik podium utama di Istora Senayan usai menjungkalkan Jan O Jorgensen dalam pertarungan tiga game, 17-21 21-19 dan 21-17.