Entah mengapa Denmark khususnya selalu tak bersahabat bagi Indonesia. Sejak pertama kali dihelat pada 1935, wakil-wakil Merah Putih yang berhasil menginjak podium juara bisa dihitung dengan jari. Dengan tanpa terlalu panjang membaca daftar, coba kita lihat prestasi Indonesia di turnamen tersebut dalam sepuluh tahun terakhir.
Dalam rentang satu dekade terakhir baru dua pemain Indonesia yang Berjaya di sana. Tahun 2008 Indonesia membawa pulang satu gelar dari sektor ganda putra melalui Markis Kido/Hendra Setiawan. Peraih emas Olimpiade 2008 ini berhasil menyejajarkan diri dengan Peter Gade (Denmark/tunggal putra), Wang Lin  (Tiongkok/tunggal putri), Wong Pei Tty/Chin Eei Hui (Malaysia/tunggal putri) dan Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen (Denmark/ganda campuran).
Indonesia kembali membawa pulang satu gelar di tahun berikutnya. Waktu itu tunggal putra Simon Santoso menjadi penyelamat wajah Indonesia. Markis Kido/Hendra Setiawan gagal mempertahankan gelar mengikuti langkah pasangan tuan rumah Joachim Fischer/Christinna Pedersen. Gelar ganda putra jatuh ke tangan pasangan Malaysia, Koo Kien Keat/Tan Boon Heong. Sementara itu gelar ganda putri berpindah tangan ke wakil Tiongkok, Pan Pan Zhang Yawen. Denmark pun merajai tunggal putri lewat Tine Rasmussen.
Tahun berganti tahu setelah Simon Santoso Indonesia selalu pulang dengan tangan hampa. Situasi ini berbanding terbalik dengan sang raksasa Tiongkok yang begitu digdaya. Bahkan tahun lalu, Tiongkok sapu bersih seluruh gelar.
Apakah tahun ini Indonesia kembali apes?
Peluang Â
Tahun ini, di turnamen bintang lima ini, Indonesia berkekuatan 11 pemain. Tunggal putra diwakili Tommy Sugiarto, Dionysius Hayom Rumbaka dan Andre Kurniawan Tedjono. Sektor tunggal putri dan ganda putra masing-masing berkekuatan dua wakil. Lindaweni Fanetri dan Maria Febe Kusumastuti di tunggap putri. Sementara ganda putra diwaliki Hendra Setiawan/Hohammad Ahsan dan Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi.
Ganda putri sepenuhnya berharap pada Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari. Wakil terbanyak, seperti tunggal putra, terjadi di sektor ganda campuran yang berkekuatan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, Riky Widianto/Richi Puspita Dili serta Praveen Jordan/Debby Susanto.
Pertama, sektor tunggal putri tumpuan terbesar diletakkan kepada Lindaweni Fanetri. Namun langkah pebulutangkis 25 tahun ini tak bakal mudah. Ia sudah harus berhadapan dengan rintangan besar di babak pertama. Lindaweni harus menantang unggulan empat asal Tiongkok Li Xuerui.
Di atas kertas Lindaweni kurang diunggulkan saat berhadapan dengan pebulutangkis rangking enam dunia itu. Secara peringkat Lindaweni (urutan 22 dunia) berada jauh di belakang Li  . Statistik pertemuan keduanya pun masih dipegang Li. Lindaweni hanya mampu meraih kemenangan di pertemuan perdana pada tahun 2010. Namun di tiga pertemuan selanjutnya Lindaweni selalu kalah.
Selain Lindaweni, Maria Febe juga akan menghadapi tantangan berat. Wakil India P.Venkata Sindhu menanti. Keduanya sudah tiga kali bertemu dan Maria baru menang sekali. Pertemuan terakhir terjadi di Djarum Indonesia Open Super Series Premier 2012. Bermain ketat tiga set, Maria pada akhirnya harus menyerah.
Kedua, ganda campuran diharapkan mampu berbicara banyak. Namun para pemain unggulan siap menghadang Owi/Butet. Tahun lalu ganda campuran terbaik tanah air ini hanya mampu menjadi finalis setelah kalah dari Xu Chen/Ma Jin di partai puncak.
Melihat track record Owi/Butet di turnamen sebelumnya, lawan terberat tentu pasangan nomor satu dunia, Zang Nan/Zhao Yunlei. Jika melangkah mulus kedua pasangan itu berpeluang besar saling berhadap-hadapan kembali.
Selain Owi/Butet, sektor ganda campuran masih memiliki harapan pada Praveen/Debby. Pasangan nomor sembilan dunia ini  sedang on fire seperti terlihat di Thailand Open GP beberapa waktu lalu.
Ketiga, selain ganda campuran, ganda putra juga menjadi tumpuan harapan. Pasangan senior Hendra/Ahsan diharapkan tampil maksimal. Lawan pertama yang akan dihadapi adalah pasangan non unggulan Adam Cwalina/Przemyslaw Wacha dari Polandia. Di atas kertas Hendra/Ahsan yang menempati unggulan kedua diprediksi mampu melaju. Namun lagi-lagi tantangan berat menghadang di babak-babak berikutnya. Unggulan pertama asal Korea Selatan Lee Yong Dae/Yoo Yeon Seong tetapi menjadi lawan terberat.
Keempat, ganda putri, Greysia/Nitya diharapkan tampil konsisten seperti pada turnamen Chinese Taipei Open Grand Prix Gold. Pada partai final, ganda putri nomor lima dunia ini mampu menggulung pasangan kembar Tiongkok Luo Ying/Luo Yu.
Tentu, pada turnamen kali ini pasangan yang sama tetap menjadi tantangan. Selain itu masih ada wakil tuan rumah yang saat ini berada satu tingkat di atas Greysia/Nitya yakni Kamilla Rytter Juhl/Christinna Pedersen. Unggulan teratas asal Jepang Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi dan ganda nomor dua dunia dari Tiongkok, Wang Xiaoli/Yu Yang bakal menjadi lawan terberat.
Kelima, sebagaimana tunggal putri, sektor tunggal putra, patut diakui dengan lapan dada, harapan terbesar diletakkan pada Tommy Sugiarto. Putra mantan atlet bulutangkis nasional Icuk Sigiarto ini menjadi satu-satunya tunggal putra Indonesia yang menghuni peringkat 20 besar dunia. Tommy yang kini berada di rangking 12 dunia akan menemui lawan-lawan berat baik dari Tiongkok, Denmark, Korea dan Jepang. Pengalaman mengalahkan Lin Dan di Indonesia Open Super Series Premier beberapa waktu lalu diharapkan menjadi bekal untuk menantang para unggulan. Namun konsistensi Tommy kerap dipertanyakan. Dengan kualitas yang dimiliki, diharapkan tunggal terbaik tanah air ini bisa berbicara banyak.
Akhirnya, melihat peta kekuatan yang ada, hemat saya Indonesia masih tetap mengandalkan sektor ganda dan diharapkan para duta bangsa ini bisa mengakhiri sejarah buruk dan mengakhiri paceklik gelar sejak 2009 lalu.
 Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H