Mohon tunggu...
Chari Satun Niswah
Chari Satun Niswah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Universitas Negeri Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbedaan antara Kurikulum Merdeka Belajar dengan Kurikulum Sebelumnya

8 Juni 2022   00:35 Diperbarui: 8 Juni 2022   00:43 12587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada Tingkat SMA (Sekolah Menengah Atas)

Pada tingkat SMA, penggunaan Kurikulum Merdeka memungkinkan para siswa tidak akan lagi dibeda-bedakan dengan berbagai peminatan seperti IPA, IPS maupun Bahasa. Sementara itu, pada tingkat SMK, model pembelajaran akan dibuat menjadi lebih simple yaitu 70% mata kuliah jurusan dan 30% mata pelajaran umum. 

Selain itu, pada akhir masa pendidikannya nanti, para siswa dituntut untuk menyelesaikan suatu esai ilmiah sebagaimana para mahasiswa yang harus menyelesaikan tugas akhir atau skrispi saat akan meghadapi kelulusan. Hal ini bertujuan untuk melatih kemampuan siswa untuk dapat berpikir kritis, ilmiah dan analitis.

Pada Tingkat Perguruan Tinggi

Pada Tingkat Perguruan Tinggi, Kurikulum Merdeka Belajar terwujud dalam Program Kampus Merdeka. Pada pelaksanaannya terdapat beberapa perbedaan dengan penerapan kurikulum yang sebelumnya. 

Pada Program Kampus Merdeka, mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk mempelajari dan memahami sesuatu di luar program studi yang sedang ditempuhnya. 

Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain praktik kerja atau magang, pertukaran mahasiswa, penelitian, proyek independent, wirausaha, menjadi asisten pengajar dan juga Kuliah Kerja Nyata atau yang biasa disebut KKN tematik untuk membangun sebuah desa.

Dalam suatu penerapan kebijakan, tentunya terdapat kelebihan dan kekurangan yang selalu mengiringinya. Demikian juga dengan penerapan Kuliah Merdeka pada berbagai tingkat satuan pendidikan. Kelebihan dari kurikulum ini yaitu adanya proyek tertentu yang harus dilakukan oleh para peserta didik sehingga dapat membuat mereka menjadi lebih aktif dalam mengeksplorasi dirinya. 

Selain itu, kurikulum ini juga lebih relevan dan interaktif dengan mengikuti perkembangan zaman. Namun, kekurangan pada kurikulum ini adalah persiapan penggunaan kurikulum dinilai masih belum matang. Dapat dilihat dari masih kurangnya kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) untuk melaksanakan kurikulum merdeka belajar ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun