Mohon tunggu...
Chari Satun Niswah
Chari Satun Niswah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Universitas Negeri Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbedaan antara Kurikulum Merdeka Belajar dengan Kurikulum Sebelumnya

8 Juni 2022   00:35 Diperbarui: 8 Juni 2022   00:43 12587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa itu Kurikulum Merdeka Belajar?

Pengertian dari Kurikulum Merdeka Belajar sendiri merupakan suatu kurikulum pembelajaran yang mengacu pada pendekatan minat dan bakat siswa. Di sini, para pelajar (baik siswa maupun mahasiswa) dapat memilih pelajaran apa saja yang ingin dipelajari sesuai dengan bakat dan minatnya. 

Kurikulum ini sudah mulai diterapkan dalam dunia Pendidikan. Mulai tahun ajaran 2022/2023 penerapan kurikulum ini tidak hanya akan ditujukan pada jenjang pendidikan tingkat SMA/sederajat saja. Melainkan mulai digunakan pada jenjang pendidikan tingkat lainnya seperti TK (Taman Kanak-Kanak), SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), hingga PT (Perguruan Tinggi).

Inilah Perbedaan Antara Kurikulum Merdeka Belajar Dengan Kurikulum Sebelumnya!

Pada Tingkat SD (Sekolah Dasar)

Sebelum membahas lebih lanjut terkait perbedaan kurikulum ini di tingkat SD, perlu kita ketahui bersama bahwa Merdeka Belajar pada tingkat PAUD/TK artinya adalah merdeka untuk bermain. Dengan begitu, penerapan Kurikulum Merdeka pada tingkat PAUD/TK yaitu dengan mengajak anak-anak bermain sambil belajar dan tidak terlalu berbeda dengan kurikulum sebelumnya. 

Namun pada tingkat SD, terdapat beberapa perbedaan dalam hal mata pelajaran pada penerapan Kurikulum Merdeka. Perbedaannya adalah mata pelajaran IPA dan IPS digabungkan menjadi satu yaitu Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial. Selain itu juga dijadikannya mata pelajaran Bahasa Inggris yang sebelumnya merupakan mata pelajaran muatan lokal menjadi mata pelajaran pilihan.

Pada Tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama)

Pada tingkat ini hampir sama dengan tingkat SD, Panduan tentang Kurikulum Merdeka Belajar pada tingkat SMP juga terdapat perubahan pada beberapa mata pelajaran. Diantaranya adalah mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi atau yang biasa disebut TIK berubah menjadi mata pelajaran wajib. 

Namun pada kurikulum sebelumnya, mata pelajaran TIK ini hanya dijadikan sebagai mata pelajaran pilihan saja. Maka nantinya di semua jenjang SMP wajib untuk memiliki mata pelajaran Informatika

Pada Tingkat SMA (Sekolah Menengah Atas)

Pada tingkat SMA, penggunaan Kurikulum Merdeka memungkinkan para siswa tidak akan lagi dibeda-bedakan dengan berbagai peminatan seperti IPA, IPS maupun Bahasa. Sementara itu, pada tingkat SMK, model pembelajaran akan dibuat menjadi lebih simple yaitu 70% mata kuliah jurusan dan 30% mata pelajaran umum. 

Selain itu, pada akhir masa pendidikannya nanti, para siswa dituntut untuk menyelesaikan suatu esai ilmiah sebagaimana para mahasiswa yang harus menyelesaikan tugas akhir atau skrispi saat akan meghadapi kelulusan. Hal ini bertujuan untuk melatih kemampuan siswa untuk dapat berpikir kritis, ilmiah dan analitis.

Pada Tingkat Perguruan Tinggi

Pada Tingkat Perguruan Tinggi, Kurikulum Merdeka Belajar terwujud dalam Program Kampus Merdeka. Pada pelaksanaannya terdapat beberapa perbedaan dengan penerapan kurikulum yang sebelumnya. 

Pada Program Kampus Merdeka, mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk mempelajari dan memahami sesuatu di luar program studi yang sedang ditempuhnya. 

Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain praktik kerja atau magang, pertukaran mahasiswa, penelitian, proyek independent, wirausaha, menjadi asisten pengajar dan juga Kuliah Kerja Nyata atau yang biasa disebut KKN tematik untuk membangun sebuah desa.

Dalam suatu penerapan kebijakan, tentunya terdapat kelebihan dan kekurangan yang selalu mengiringinya. Demikian juga dengan penerapan Kuliah Merdeka pada berbagai tingkat satuan pendidikan. Kelebihan dari kurikulum ini yaitu adanya proyek tertentu yang harus dilakukan oleh para peserta didik sehingga dapat membuat mereka menjadi lebih aktif dalam mengeksplorasi dirinya. 

Selain itu, kurikulum ini juga lebih relevan dan interaktif dengan mengikuti perkembangan zaman. Namun, kekurangan pada kurikulum ini adalah persiapan penggunaan kurikulum dinilai masih belum matang. Dapat dilihat dari masih kurangnya kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) untuk melaksanakan kurikulum merdeka belajar ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun