Mohon tunggu...
Chantika NurAsyfa
Chantika NurAsyfa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Blog/situs pribadi

Chantika Nur

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Seni dalam Hidup

23 Februari 2022   18:15 Diperbarui: 23 Februari 2022   18:26 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kamu ingin tahu letak kekurangan gambarmu? Baik aku akan mengatakannya, Gambaranmu tidak memiliki rasa yang kuat dan mudah dilupakan!." Juri itu pergi

Seperti dipanah dengan begitu kuat, hatiku terasa sakit saat mendengar ucapannya, aku marah kepada diriku sendiri dan kepada juri itu, aku merasa ini tidak adil, jika sebuah gambar hanya mendalkan rasa untuk apa ketelitian sebuah garis diperlihatkan? Kenapa tidak menonton film saja? Agar bisa merasakan rasanya!.

Aku turun ke bawah menghampiri adikku, dede tidak banyak berbicara, ia tidak bisa menghiburku tapi dia mengerti aku tidak baik-baik saja. Aku membawa gambarku pulang. Ini adalah awalan yang buruk untukku, saat aku sudah menyimpan banyak ekspetasi kepada diriku sendiri tapi juri itu mematahkannya.
Aku mengikuti perlombaan-perlombaan lagi, aku akan membuktikan kepada juri itu bahwa juri itu salah menilai gambaranku. Sudah mengikuti lebih dari tiga perlombaan aku tetap tidak pernah mendapatkan kejuaraan, aku selalu mendapati di urutan ke empat atau ke lima, aku hampir menyerah dengan semua kerja kerasku. Aku merasa aku gagal dalam semua hal, aku membenci diriku yang tak pernah mempunyai kemajuan dalam melakukan segala hal.
Setelah mengikuti perlombaan yang kuyakini itu adalah perlombaan terakhir yang aku ikuti, aku dipanggil oleh seorang dosen universitas. Aku hampir tidak akan menjumpainya, karena aku tidak mempunyai sertifikat apapun untuk mendaftarkan beasiswa, aku selalu membenci momen dimana saat ini semuanya terjadi, saat ayahku mengalami semua ini sehingga aku harus merasa khawatir akan masa depan yang akan aku jalani.

Aku dan dosen itu bertemu di sebuah kafe, dia memperkenalkan diri terlebih dahulu, ia adalah seorang dosen universitas yang aku cita-citakan. Entah merasa senang atau sedih, aku sadar diri karena aku sekarang tidak bisa mengikuti tes beasiswa untuk masuk ke universitas itu. Dia mengobrol basa-basi denganku cukup lama hingga pada akhirnya ia mulai berbicara kepada inti dari pertemuan kami hari ini.

"Akan saya ceritakan sebuah kisahku untukmu ya, sebelum menjadi dosen saya sama sepertimu, saya selalu gagal dalam hal perlombaan. Kasusku sama disetiap gambarku, aku tidak mempunyai rasa tersendiri dalam sebuah gambar. Aku sangat membenci diriku saat itu, apakah aku seseorang dengan mati rasa? Sehingga semua gambar yang aku buat itu sangat tidak menarik, se detail apapun gambarku, aku tidak pernah memenangkan sebuah perlombaan. Hingga suatu hari aku kembali melihat kenang-kenangan yang membuat hatiku tenang kembali, aku mengingat semua momen dimana aku merasa disayangi oleh orang-orang yang aku cintai, aku mulai mengenali diriku sendiri, bagaimana hidupku selama ini. Sampai pada akhirnya aku menemukan sebuah kesalahan besar dalam diriku, aku selalu merasa tidak apa -apa dan tidak peduli dalam hal apapun, yang ada pada diriku ini hanya sebuah ambisi tidak dengan niat baik. Mulai saat itu, aku mulai mencintai diriku sendiri, gambar yang pertama aku buat kembali adalah dimana aku ingin kembali ke momen itu. Karena meskipun itu adalah sebuah gambar yang jika kita menggambar gunung, maka hanya terlihat seperti gunung tanpa membuat orang itu merasa penasaran apa yang ada di dalam gunung itu, atau cerita ada di dalam gunung itu saya rasa sebuah gambar itu percuma diperlihatkan, kita juga hanya capek-capek membuatnya. Dengarlah nak, kau senang membuat gambar sebuah bangunan yang didominasi oleh sebuah garis-garis dan perspektif, tetapi guratan sebuah garis itu harus menjelaskan sesuatu nak, cobalah memperhatikan sesuatu yang kecil, meskipun itu adalah sebuah coretan, semoga nak Elinia paham apa yang saya sampaikan ya, maaf jika saya malah bertele-tele menceritakan kisah saya, tetap semangat atas mimpimu karena rezeki itu bisa datang dari mana saja, akankah bisa jadi suatu hari Elinia ini lebih sukses dari pada saya? Bisa jadi saya nanti tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan nak Elinia, tetap semangat saya izin pamit." Ucap dosen itu dan langsung pergi meninggalkan saya di kafe itu.

Pukul 19.50 : Inilah garis start ku dimulai

Beberapa minggu setelah bertemu dengan dosen itu aku tetap menjalankan hobi ku, akan tetapi aku bingung dengan apa yang harus aku lakukan, karena aku sudah lulus sekolah dan aku tidak berkuliah karena aku tidak mempunyai cukup biaya, dan aku gagal untuk mengikuti beasiswa. Malam hari ini aku berniat untuk mempublikasikan karyaku disebuah blog khusus karya-karya seni, aku mulai mengupload beberapa gambarku, aku menamakan situsku adalah E'E itu adalah awal dari namaku dan adikku.

Aku berniat bekerja paruh waktu karena aku rasa uangku sudah sangat menipis, karena dede sudah masuk tahun ajaran baru banyak yang harus dibeli, sewaktu aku mencari lowongan pekerjaan di blog khusus, tiba-tiba ada notifikasi dirrect message, aku merasa kaget karena yang mengirim pesan kepadaku adalah seseorang yang memiliki akun bercentang biru, yang berarti orang ini sudah diakui oleh masyarakat banyak dan mempunyai nama atau citra yang cukup baik di mata masyarakat.

Setelah kami berkirim pesan yang sangat panjang, artis ini berniat membeli sebuah karya gambarku, lebih tepatnya adalah gambar rumahku yang dahulu, ia membeli dengan harga yang sangat mahal yang diperkirakan itu dapat mencukupi kebutuhan hidup saya dan adik saya selama 5tahun kedepan.

Setelah saat itu, akun saya menjadi sangat terkenal setelah artis itu memposting lukisan saya dan menandai saya dipostingannya. Meskipun banyak orang yang ingin mewawancarai saya, saya tidak ingin wajah saya dipublikasikan terlebih dahulu dan nama saya pun tidak boleh diketahui oleh siapapun, sehingga beberapa saat ini saya dipanggil dengan sebutan Seniman E'E, aku dan dede belum sempat berpindah lagi dari rumah yang kami sewa sekarang. Saya berniat ingin membeli lagi rumah saya dahulu, akan tetapi saya rasa uang kami lebih baik ditabung terlebih dahulu sebelum kami membelikan yang lain-lain.

Hingga pada akhirnya aku mulai memamerkan karyaku disebuah pameran seni, lukisanku memiliki harga jual yang sangat tinggi, karena beberapa kali ini saya banyak menggambarkan sebuah bangunan milik seseorang yang sangat terkenal di negara kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun