Mohon tunggu...
Chandra Budiarso
Chandra Budiarso Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Iseng

Buah Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Papan Tulis Ajaib di Usia 40 Tahun (tentang Pensiun Dini)

29 Mei 2021   13:41 Diperbarui: 29 Mei 2021   13:50 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oh lihat, kakak kelas yang lebih tua dua tahun diatas saya sudah bisa keliling dunia dengan bisnis MLM nya. Sepupu saya yang saya temui saat kumpul keluarga sudah bekerja di perusahaan minyak. Om saya, bahkan, sudah pensiun di usia 35 tahun dengan bisnis propertinya. Oh tidak, barusan pula saya lihat postingan di twitter bahwa idealnya seseorang punya tabungan 100 juta di usia 25 tahun. Di laman TikTok, barusan saya melihat seorang milyarder usia 20 tahunan berkata: "kalau saya bisa, kalian juga pasti bisa". Percayalah, dalam hati saya yang paling dalam saya hanya bisa menjawab dengan lesu: "saya tidak bisa"

Lihat bagaimana seorang freshgraduate dibebankan dengan begitu banyak hal yang pasti kebanyakan orang tidak akan bisa menanggungnya. Alih-alih termotivasi, kebanyakan remaja malah akan terbebani dan merasa dipenjara. Tidak terbayang betapa banyak orang yang sudah merasa diri gagal hanya karena tidak bisa mengikuti society's timeline dan membiarkan mimpinya mati. Ketika mimpinya mati, bukan tidak mungkin semua mimpi-mimpi itu dibebankan kepada anaknya, dan begitu seterusnya sampai semua ini menjadi lingkaran setan.

Ada hal menarik lain yang saya percaya. Dalam banyak hal, ketakutan seringkali menjadi kenyataan dan itu terjadi kepada orang yang takut kehabisan waktu. Mereka yang takut kehabisan waktu sehingga sebagian energinya hilang terhadap kekhawatiranya dan oleh karena itu ia malah semakin kehabisan waktu. Lihat bagaimana lingkaran setan ini bekerja. Ini seringkali terjadi dalam hal obsesi terhadap pensiun dini.

Itulah mengapa pensiun dini adalah ide yang buruk (setidaknya untuk sebagian besar orang).

Pensiun tentu perlu, namun menempatkannya dalam waktu yang cepat adalah sebuah bencana. Usia 20an memang jadi momentum untuk menata karir, tetapi begitu pula halnya dengan usia 30an bahkan 40an. Bahkan jika setelah membaca ini dan kalian masih berfikir bahwa papan tulis ajaib itu masih ada, maka percayalah bahwa papan tulis itu tidak hanya tersedia/terbuka di usia 40. Ia ada dan terbuka setiap tahun, setiap bulan, setiap minggu, setiap hari, setiap jam, setiap menit, bahkan setiap detik.

Tulisan ini bukan  untuk mengajak orang untuk berhenti bermimpi, pesimis, atau menjadi lambat. Sebaliknya, tulisan ini justru ditujukan agar orang tetap berani bermimpi, optimis, dan cepat tanpa terburu-buru. Tulisan ini juga ditujukan untuk remaja yang merasa gagal hanya (ya, ini benar-benar hanya) karena belum menemukan passionnya. Lagian, siapa kita sampai-sampai harus sudah menemukan passion di usia 17-18-19-20 tahun? Pun demikian saya berani mengatakan bahwa sampai sekarang saya belum tahu apa yang menjadi passion saya, dan kedepannya saya akan mencari passion saya tanpa (ini perlu dicatat) membebankan dan memenjara diri saya.

Saya tidak mau menulis terlalu dalam karena minimnya pengalaman hidup yang saya miliki. Bahkan saya berfikir tulisan ini hendaknya ditulis oleh orang yang sudah berusia lebih dari 40 tahun, yang barangkali sudah mengalami sendiri apa rasanya hidup di usia 40an. Namun setidaknya coretan singkat ini adalah pola pikir yang perlu saya bentuk dan akan saya perjuangkan dalam menyongsong hari-hari penuh kesulitan untuk menjadi orang dewasa.

Dibanding mengejar pensiun dini, ada baiknya fokus pada hal-hal yang bisa dikerjakan sekarang. Barangkali anda membencinya sekarang, lakukan saja sebaik mungkin sambil mencari peluang-peluang lain. Ada yang mengatakan bahwa jika anda tidak bisa mendapat pekerjaan yang anda cintai, ada baiknya anda mencintai pekerjaan yang anda dapatkan. Ingat, selalu masih ada waktu. Anda tidak semerta-merta menjadi gagal hanya karena teman anda sudah mendapatkan perkejaan impiannya sedangkan anda membenci pekerjaan anda sekarang.

Lagi pula, apakah sebenarnya sukses dan gagal itu benar-benar ada?

Hope it helps. Cheers!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun