Mohon tunggu...
Chandra Budiarso
Chandra Budiarso Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Iseng

Buah Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Papan Tulis Ajaib di Usia 40 Tahun (tentang Pensiun Dini)

29 Mei 2021   13:41 Diperbarui: 29 Mei 2021   13:50 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kalian adalah penggemar serial kartun Chalkzone yang tayang di TV pukul 5 pagi sebelum Spongebob di mulai, maka kalian pasti tahu soal papan tulis ajaib yang saya maksud.

Dalam keseharian, manusia membuatnya nyata dalam ilusi bernama Pensiun Dini.

Pensiun dini adalah hal yang sejak dulu menjadi tujuan hidup saya (bahkan mungkin semua orang). Selama duduk di bangku sekolah, saya selalu membayangkan betapa membahagiakannya memiliki uang yang banyak sehingga tidak perlu lagi bekerja seumur hidup. Foto-foto di Menara Eiffel, naik ke puncak tertinggi Burj Khalifa, hingga nonton langsung pertandingan Manchester United di Old Trafford. Betapa indahnya. Masih bekerja di usia 40 tahun keatas (apalagi dengan gaji seadanya) bisa dibilang sebuah kegagalan yang perlu dihindari.

Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Itulah motto yang saya pegang. Saya berfikir untuk menghabiskan 39 tahun pertama hidup saya untuk bersusah payah, sehingga saya tidak harus merasakannya lagi mulai dari usia 40 hingga akhir hayat.

Seiring perjalanan waktu, saya mulai berfikir bahwa alih-alih memotivasi, ide tentang pensiun dini malah memejarakan orang dalam ilusi yang mereka ciptakan sendiri. Mereka yang mengejar pensiun dini cenderung membagi hidup dalam dua fase: hidup senang dan hidup susah, secara keliru. Ide tersebut membuat kita berfikir bahwa usia 0 sampai 39  adalah fase hidup "susah" dan usia 40 sampai ajal menjemput adalah fase hidup "senang", seolah-olah ada papan tulis ajaib seperti yang ada di dalam kartun Chalkzone yang memisahkan dua dunia berbeda. Padahal, papan tulis ajaib itu tidak pernah ada.

Bayangkan menjadi orang dewasa di usia 40 tahun dan merasa gagal hanya karena tidak bisa melewati papan tulis ajaib itu yang membawanya dari fase hidup "susah" ke fase hidup "senang". Betapa malang sisa hidupnya, merasa diri gagal padahal tidak sama sekali.

Bagi seorang remaja (Katakanlah SMA) mengejar pensiun dini mungkin ide yang bagus, mungkin juga tidak. Bagi kebanyakan orang, barangkali begini gambarannya:

Berhubung di usia 40 tahun saya harus bebas secara finansial, maka berarti saya harus membangun karir begitu lulus kuliah, yang berarti saya juga harus sudah menemukan passion saya di usia 17 tahun (agar tidak salah jurusan). Setelah memilih jurusan kuliah, maka saya tidak bisa kembali. Saya harus disana hingga usia 40 dan menjadi kaya.

Setelah selesai kuliah dan lulus pada usia 22 tahun, maka saya harus fokus membangun karir. Tunggu! Jangan lupakan juga soal menikah di usia 27 tahun. Maka saat lulus kuliah, setidaknya saya harus sudah punya pacar dan mempersiapkan pernikahan sejak usia 25 tahun. Artinya, tiga tahun sejak saya berstatus freshgraduate.

Bagaimana dengan rumah? Berarti kalau begitu setidaknya disaat yang bersamaan dengan persiapan menikah, saya juga harus sudah mengumpulkan uang untuk membayar DP rumah. Bagaimana dengan mobil? Motor? Budget selama pacaran? Maskawin? Bagaimana jika sudah punya anak? Biaya hidupnya berapa? Biaya pendidikannya berapa? Apakah saya masih punya jatah untuk diri sendiri? Bagaimana dengan mimpi pensiun dini di usia 40 dengan istri dan dua orang anak? Berapa uang yang harus saya kumpulkan? Sekeras apa saya harus bekerja?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun