Kisah ini tidak hanya tentang cinta, tetapi juga tentang ketahanan, kebijaksanaan, dan kehidupan yang tak terduga di kota yang memikat, Parijs van Java.
Judul buku : Parijs van Java
Penulis : Remy Sylado
Penerbit : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Desain Sampul : Fitriana Hadi
Cetakan : Cetakan ketiga, Maret 2023
Tebal : v + 592 hlm.; 14 cm x 21 cm
ISBN : 978-602-481-879-1
ISBN Digital : 978-602-481-880-7
RESENSI
Pada awalnya, terasa tidak perlu ekspektasi yang banyak terhadap alur dari novel ini karena penggambaran isi buku pada bagian sampul belakang terkesan mengandung konflik dan jalan cerita yang terlalu biasa.
Namun ketika selesai membaca satu buku penuh, akan terasa bahwa alur ataupun konflik pada buku ini tergolong cukup berat, serta ada begitu banyak hal yang menurut kami menarik.
Salah satunya dalam aspek bahasa, yang menggunakan gaya bahasa semi baku di setiap halaman nya, juga terdapat banyak percampuran antara bahasa Indonesia - Belanda.
“Sedalam Noord Zee?” (hlm 72)
“Itu artinya sarjana-sarjana Belanda mencoba berpihak pada kebenaran yang onzin itu” (hlm 248)
“Kejadian-kejadian itu semua adalah liefdadigheid” (hlm 454)
Ditemukan juga ada beberapa penggunaan bahasa Sunda seperti “Mangga dilieueut, Mepro” (hlm 436), bahasa Inggris di beberapa dialog Rumondt dan Van der Wijk, dan bahasa Ibrani saat Gertruida mencoba menjawab pertanyaan Rob mengenai bahasa Ibrani dari ‘Ibunda Perawan’.
Selain aspek bahasa, pembaca juga akan mendapatkan pengetahuan baru saat narasi penjelasan Gertruida tentang bagaimana orang Belanda gemar membuat singkatan terhadap nama-nama mereka, misalnya J.S.B.L Olberg dan kemudian kebiasaan tersebut mempengaruhi juga orang-orang di negeri jajahan Belanda di Asia terutama orang asal Minahasa seperti Dr G.S.S.J. Ratoelangi.