Mohon tunggu...
Chairil Ramli
Chairil Ramli Mohon Tunggu... CMO Sanger Production & Sanger Learning, Redaktur Pelaksana Xpresi.co -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dicari Guru di Aceh yang Rajin Menulis

4 September 2018   22:45 Diperbarui: 4 September 2018   23:26 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tingkat kelulusan siswa, hadir di kelas tanpa absen, ini bukan sebuah ukuran untuk mengukur pencapaian seorang guru, tapi ini adalah kegiatan wajib yang harus dilakukan oleh guru. Begitupula dengan mendapatkan sertifikasi, ini juga bukan sebuah prestasi atau pencapaian, karena kebanyakan guru yang mendapatkan sertifikasi adalah guru yang sudah lama masa kerjanya dan usia 50 tahun ke atas.

Oleh karena itu, menulis menjadi prestasi, pencapaian dan juga nilai plus tersendiri bagi guru. Sebesar apapun teori menulis dipelajari, kalau tidak berlatih keras dan membiasakan menuangkan gagasan atau ide ke dalam bentuk tulisan, tetap akan kesulitan menulis. Karena kemampuan menulis, hampir sama dengan berlatih berenang. Teori saja tidak cukup, yang terpenting adalah praktik.

Sampai saat ini, tulisan opini, artikel atau gagasan tentang pendidikan di media massa  terutama media cetak, masih didominasi oleh dosen, pemerhati pendidikan, politisi, mahasiswa dan sebagainya. 

Sementara dari kalangan guru masih sangat sedikit, padahal mereka sehari-hari bergelut dengan dunia pendidikan. Ini yang menjadi salah satu faktor yang membuat pendapat guru nyaris tidak didengar. Padahal, suara--suara guru itu bukan sekedar curhatannya, namun juga pengamatan yang dilapisi dengan pengalaman. Bila guru menulis tentang persoalan pendidikan, diyakini lebih berkualitas dibanding mahasiswa atau politisi, misalnya.

Jika seandainya guru mau menulis, segala problematika dikalangan guru, seperti yang saya sebutkan di atas, diyakini menjadi obat yang mujarab. Bagaimana tidak, ketika guru pelajaran bahasa Indonesia, tentang puisi, opini atau essay misalnya, guru tidak hanya menjelaskan berdasarkan materinya saja, melainkan memperlihatkan contoh puisi, opini atau essay hasil tangannya sendiri.

Begitu juga dengan guru mata pelajaran yang lain seperti kimia, fisika, biologi, dan sebagainya. Guru-guru bidang tersebut dapat menulis ringkasan sebuah bab hasil bacaan dari banyak buku dan dari pengetahuannya sendiri, baik dalam bentuk slide presentasi atau pun dalam bentuk artikel. Ini tentu akan sangat keren, karena jika guru tersebut telah menulis sebuah bab hasil analisisnya, sudah dapat dipastikan dia benar-benar menguasai materi tersebut.

Langkah berikutnya adalah tulisan yang telah dibuat, dipublikasikan ke blog pribadi baik bersifat artikel, pembahasan soal, hasil penelitian, karya ilmiah, slide power point, dan materi ajar lainnya yang mendukung siswa untuk memahami bahan ajar yang dimaksud.

Kedua mengenai kemampuan. Menulis sama dengan mendalami persoalan. Lewat menulis seorang guru bisa lebih menggali ilmu pengetahuan, persoalan tentang energi kinetik untuk ilmu fisika, misalnya.  Jika sistem ini melekat pada guru, berarti guru telah melakukan penelitian tindakan. Sungguh, penelitian tindakan itu sangat sederhana. Hasil penelitian ini kemudian di tulis ulang dalam bentuk karya tulis ilmiah dan akan menjadi karya tulis yang bernilai emas. Jika seandainya sistem ini terus-menurus di terapkan, tak mustahil seorang guru dapat menulis sebuah buku.

Menulis sebuah buku?

Jika guru-guru yang ada di Provinsi Aceh ini gemar menulis, segala persoalan proses belajar mengajar akan berjalan dengan aman dan nyaman. Tidak hanya itu, Aceh juga akan menjadi satu-satunya provinsi penghasil guru penulis. 

Untuk mencapai itu, pemerintah harus menfasilitasi pelatihan pembuatan materi ajar berbasis teknologi informasi, baik slide presentasi maupun blogging berkelanjutan, dengan output guru menyiapkan bahan ajar sendiri. Tidak mesti menyewa orang luar daerah, pemerintah bisa berkoordinasi dengan putra daerah, mahasiswa Universitas Syiah Kuala atau  Uin Ar-raniry misalnya untuk menjadi instruktur. Penulis yakin mahasiswa di Aceh, khusunya yang berdomisili di Banda Aceh ada yang paham mengenai cara buat slide presentasi dan membuat blog.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun