Mohon tunggu...
Chairil Anwar B.
Chairil Anwar B. Mohon Tunggu... Buruh - Pekerja Kasar

Dilihat dari sisi manapun, rasanya tak ada yang menarik dari diri saya. Karena itu, ada baiknya bila saya abaikan saja bagian ini.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Semoga Siswa Kita Gemar Membaca, Bu

2 Februari 2025   23:44 Diperbarui: 3 Februari 2025   00:19 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Begitulah cara B.J Fogg memanfaatkan tindakan sehari-harinya untuk mendapatkan apa yang ia inginkan (aspirasinya). Rumusnya kira-kira seperti ini; setelah saya melakukan..., saya akan....

Metode yang ditawarkan B.J Fogg sebenarnya bukan sesuatu yang baru dan sebagian orang biasa melakukan cara itu selama bulan Ramadhan. Agar dapa membaca satu juz Al-Quran dalam sehari, mereka meluangkan beberapa menit untuk membaca Al-Quran setiap selesai salat. Kalau dalam sekali duduk mereka mampu membaca sebanyak 5 halaman saja, misalnya, maka dalam dari salat Subuh sampai salat Magrib mereka sudah dapat 20 puluh halaman. Sisanya mereka selesaikan sesudah salat Witir.

Murid-murid juga bisa menerapkan cara semacam ini untuk menumbuhkan minat baca. Misalnya, mereka membaca satu halaman buku sesudah sarapan, satu halaman lagi ketika tiba di sekolah, lima belas menit sebelum jam pertama dimulai, setengah lembar lagi pada saat istirahat, setengah lembar lagi sebelum pulang ke rumah, dan satu lembar lagi setelah tiba di rumah. Ada banyak kesempatan untuk membaca buku dan mereka tentu lebih tahu bahwa mereka bisa melakukan lebih dari itu. Kalau mereka merasa kesulitan, ingat kata Ipho Santosa; "Paksa, bisa, terbiasa".

Menulis surat untuk murid juga boleh di coba. Beberapa tahun lalu saya pernah mengirim  surat terbuka -- minimal satu kali seminggu -- di grup Whatsapp yang berisi murid-murid tahun pertama. Melalui surat itu, saya mencoba mengingatkan mereka tentang pentingnya belajar. Kadang-kadang, dengan maksud membuat mereka terbiasa menulis, saya juga meminta mereka membalas surat saya, dan ini membuat saya mendapat satu hal yang tidak terencana; hubungan kami terasa semakin dekat.

Ada juga murid di sekolah kami yang punya cara tersendiri agar dapat membaca buku kapan dan di manapun ia mau. Muhammad Faiz namanya. Ia termasuk siswa yang menjadi bahan perbincangan karena sikapnya yang pendiam dan kegemarannya tidak sekolah yang pada akhirnya membuatnya ketinggalan banyak pelajaran. Untuk menutupi tugas-tugas dan menyelesaikan pelajaran yang terlewatkan, ia mengganti walpaper gawainya dengan foto halaman buku. Ada banyak sekali foto-foto buku dalam gawainya dan masing-masing foto mendapatkan giliran menjadi walpaper. Dengan cara itu, kapapun ia menghidupkan gawai, hal pertama yang lihat adalah foto halaman buku, dan ia akan mebaca halaman itu sebentar sebelum melakukan hal lain -- browsing, misalnya, atau melihat status teman-temannya di Whatapps. Saya pikir, apa yang dilakukan Faiz bisa menjadi contoh bagi murid-murid lain untuk membangun kebiasaan membaca. Jika selama di sekolah saja murid-murid bersedia mengganti walpaper dengan foto halaman buku, itu akan membantu mereka membentuk kebiasaan membaca. 

Namun, saya masih tidak tahu mengapa Dra. Robiyaton mengirimkan saya artikel itu. Untuk mendorong literasi di sekolah, kami, pihak perpustakaan, bekerja sama dengan perpustakaan provinsi dan meminjam sejumlah buku (fiksi dan nonfiksi) dan meletakkannya di setiap rak dengan harapan murid-murid mau membacanya. Kami juga membuat perpustakaan online dan meletakkan Budi (buku digital) di seiap rak, baik buku pelajaran maupun bahan bacaan, yang bergambar maupun yang minus gambar, yang legal maupun ilegal, tetapi bahkan buku yang ditulis oleh penerima hadiah Nobel atau penerima penghargaan Pulitzer atau yang mengisahkan tentang kehidupan di alam akhirat pun tidak membuat murid-murid tertarik. Agaknya kami perlu melakukan terobosan baru seperti meletakkan selembar uang di setiap halaman buku agar murid-murid mau membacanya. Semoga kepala sekolah kami setuju dengan terobosan ini.*

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun