Mohon tunggu...
Chaerol Riezal
Chaerol Riezal Mohon Tunggu... Sejarawan - Chaerol Riezal

Lulusan Program Studi Pendidikan Sejarah (S1) Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Program Studi Magister Pendidikan Sejarah (S2) Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan saat ini sedang menempuh Program Studi Doktor Pendidikan Sejarah (S3) Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang hobinya membaca, menulis, mempelajari berbagai sejarah, budaya, politik, sosial kemasyarakatan dan isu-isu terkini. Miliki blog pribadi; http://chaerolriezal.blogspot.co.id/. Bisa dihubungi lewat email: chaerolriezal@gmail.com atau sosial media.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menggambarkan Hermanu Dalam Tiga Kata Menurut Mahasiswanya

11 April 2017   19:01 Diperbarui: 11 April 2017   19:25 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Chaerol Riezal*

Terus terang, judul tulisan diatas saya dapatkan ketika sedang menengak secangkir kopi di sebuah angkringan dekat Rumah Duka China atau tak jauh dari Rumah Sakit Moewardi. Anda tahu, pada saat saya sedang menikmati secangkir kopi, tiba-tiba ingatan saya melayang ke sebuah pernyataan dari Prof. Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd. Ya benar, malam itu pikiran saya dihantui oleh apa yang disampaikan Prof. Hermanu di ruangan kelas. Ia mengatakan bahwa tujuan pembelajaran sejarah telah diambil alih oleh PKN, sehingga roh sejarah seakan hilang. Pernyataan itu pula yang membuat saya merenung dan memikirkan hal itu.

Saya terus memikirkan tentang itu, bahkan sampai terngiang-ngiang dalam pikiran saya. Kopi buatan Mbak Tina pun terasa tidak panas lagi. Tetapi pada saat bersamaan, saya mencoba untuk tidak memikirkannya lagi dan seraya berharap agar masalah itu dapat dipecahkan suatu pada hari nanti. Karenanya, untuk alasan itulah, masalah tersebut telah saya parkirkan untuk sementara waktu. Sebab malam itu tidak ada teman untuk bisa saya ajak diskusi, karena saat itu saya mencicipi kopi sendirian.

Pada malam itu juga, pikiran saya dipenuhi oleh beberapa soal. Pertama, terlintas dalam ingatan saya tentang apa yang disampaikan oleh Hermanu soal tujuan pembelajaran sejarah disekolah telah dicaplok oleh mata pelajaran lain. Kedua, timbul niat dalam hati untuk menuliskan hal tersebut. Dan ketiga, bersamaan itu juga terlintas dalam ingatan saya wajah Prof. Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd.

Semuanya bercampur aduk. Timbul dan tanggelam dalam renungan saya. Memang benar, bahwa tujuan pembelajaran sejarah telah dicaplok oleh, salah satunya adalah mata pelajaran PKN. Anda tahu, PKN bukanlah sebuah disiplin ilmu. Sementara sejarah adalah salah satu disiplin ilmu yang mengkaji bebagai peristiwa masa lalu yang berkaitan erat dengan manusia (termasuk dalam hal karakter manusia dan ideologi). Karenanya, tujuan pembelajaran tentang pembentukan karakter berbangsa dan bernegara telah diambil oleh PKN. Sebaliknya, untuk mata pelajaran sejarah, tentu Anda bisa menarik kesimpulannya sendiri.

Saya ingin menggaris bawahi ya, pernyataan diatas tadi bukanlah untuk menghina apalagi merendahkan PKN. Tetapi menjadi ini persoalan lain, yaitu menyangkut masalah arah tujuan pembelajaran setiap mata pelajaran sehingga tidak saling mendahului atau mengambil yang bukan haknya. Tetapi, sepertinya kita bisa berdamai untuk mendiskusikannya lebih jauh lagi. Tentu saja.

Saya terbangun dari lamunan, dan tiba-tiba saja saya menengok ke arah langit. Di atas langit sana, saya melihat ada empat bintang yang sedang berkedip-kedip. Diantara empat bintang itu, ada satu bintang yang bersinar melebihi bintang lainnya. Lalu apa yang saya bayangkan ketika melihat bintang di atas langit itu? Saya membayangkan wajah Hermanu. Ya, saya terbayang wajah Hermanu. Saya kembali tersentak dari lamunan. Kopi yang saya nikmati tadi sudah habis, namun telah digantikan oleh es jeruk.

Berangkat dari lamunan dan empat bintang tersebut, ada wacana dalam batin saya sendiri. Muncul kemelut dari pikiran tadi: Mengapa tidak, fatamorgana untuk menuliskan Hermanu dalam tiga kata, sedang berpendar-pendar dipikiran saya? Tiba-tiba saja, saya pun tersenyum sendiri. Tetapi saya tidak tahu, mengapa saya tersenyum dengan sendirinya. Mungkin karena saya terbayang wajah Hermanu saat menatap empat bintang itu.

Sementara kegelisahan yang saya alami, atas apa yang disampaikan oleh Hermanu di ruang kelas tentang dicaploknya tujuan pembelajaran sejarah, telah saya parkirkan untuk sementara waktu.

***

Menggambarkan Hermanu dalam tiga kata, itu yang terlitas dalam benak saya. Tetapi tunggu dulu, Anda jangan salah mengartikannya. Menggambarkan Hermanu dalam tiga kata, tidak berarti untuk meremehkan Hermanu. Sebab, asumsi saya adalah: untuk menggambarkan Hermanu seutuhnya (dalam artian lewat kata-kata atau buku), maka perlu diadakan sebuah penelitian agar dapat membuncahkan rasa penasaran. Tentu saja, hal itu menjadi sebuah tugas bagi sejarawan untuk menuliskan perjalanan hidup seorang sejarawan dikemudian hari nanti (terutama bagi sejarawan muda apalagi anak didiknya).

Hermanu Joebagio dikenal sebagai seorang yang bertangan dingin dan tentu saja memiliki segudang ilmu (berwawasan yang luas). Tetapi di sisi lain, – ia yang sudah beberapa kali (tak terhitung oleh saya berapa banyaknya) aktif terlibat langsung dalam pertemuan ilmiah atau forum diskusi dan seminar nasional (Hermanu menyebutnya sebagai mengamen) dibeberapa universitas ternama seperti di Solo, Yogyakarta, Semarang, Bandung, Surabaya, Madiun, dan sebagainya, – adalah orang yang begitu berenergi dan sangat pedas dalam hal mengkritik apapun ketika Anda bertemu langsung atau sambil berdiskusi dengan Hermanu. Terkadang, pembicaraannya sering mengundang gelak tawa atau sering juga ia membuat lelucon tetapi lelucon bertipe tidak lebay. Itulah Hermanu.

Pria yang kini tinggal di Solo dan telah lama menjadi dosen tetap sekaligus guru besar dan Ketua Senat FKIP di Universitas Sebelas Maret ini, juga terkenal dan piawai dalam hal berolah kata. Permainan kata-katanya, entah itu dalam bentuk psw warkepada kubu yang berseberangan dengannya, atau pernyataan lain yang sangat menggelitik untuk di dengar mengenai beberapa hal, bahkan tak jarang ia sering memainkan kata-kata lewat sosial media (akun facebook) miliknya. Ia juga piawai dalam memainkan psikologi mahasiswanya.

Menggambarkan Hermanu dalam tiga kata. Itulah pertanyaan yang coba saya ajukan kepada teman-teman seangkatan (anak didik Hermanu) untuk menggambarkan Hermanu. Siapa saja mereka? Adalah Antar Budiarto, Widia Munira, Dewicca Fatma Nadila, Fida Indra Fauziyyah, Winahyu Adha Yuniyati, Sukardin, Hanida Eris Griyanti, Eko Gatut Febrianto, Abdul Azis, I Putu Adi Saputra, Septian Dwi Yoga, Jona Erwenta, Nurgaha, dan Yunitasari Rusvitaningrum, orang-orang yang saya ajukan pertanyaan itu. Lalu, apa kata mereka?

Nama-nama anak didik Hermanu diatas tadi, memiliki macam-macam panilaian (pandangan) untuk mendeskripsikan Hermanu dalam tiga kata saja. Tetapi dari tiga kata tersebut, saya juga berupaya untuk meminta kepada mereka agar menjelaskan lebih rinci maksud dan arti dari tiga katavtersebut. Dari sekian banyaknya persepsi mereka, ada satu kesamaan: Hermanu Cerdas. Berikut penilaian mereka tentang Hermanu dalam tiga kata.

Antar Budiarto: Simple, Kritis, Pencerahan

Hermanu orangnya simple. Pembawaannya pun sederhana. Simple itu juga dibawakan oleh Hermanu dalam posisi mengajar. Hal itu pun terlihat dari penyampaian materi yang diberikan olehnya. Hermanu jelas orangnya sangat kritis. Ia tak segan-segan untuk mengkritisi apa yang ia anggap salah, entah itu tentang sejarah, pemerintahan, pendidikan, isu-isu terkini, dan lain sebagainya. Ketika ia memberikan pencerahan kepada mahasiswanya, Hermau memulai dari pengalaman yang ia punya. Hermanu mendorong mahasiswa untuk berbuat di bidang sejarah, entah itu berbuat melalui menulis atau memperbanyak bacaan buku.

Widia Munira: Elegan, Buku, Cerdas

Hermanu pantas menyombongkan diri (bukan dalam artian negatif) terhadap apa yang telah ia punya. Maksudnya, kemampuan-kemampuan yang ia punya saat ini diraih ketika masih di bangku perkuliahan sampai sekarang kita kenal Prof Hemanu. Lalu, ketika Anda (penulis) melontarkan pertanyaan gambarkan Hermanu dalam tiga kata, yang terlintas dalam pikiran saya adalah Hermanu itu selalu mengatakan bahwa ia selalu menggilai buku, sampai-sampai isitrinya dirumah marah akibat buku-bukunya tidak disusun rapi. Buku itu seperti istri kedua baginya. Terkahir adalah cerdas. Tak bisa dibantah lagi bahwa Hermanu orangnya cerdas dan itu bisa dilihat lewat pendidikan yang ia peroleh. Gelar Profesornya menunjukkan tingkat kecrdasan Hermanu. Hermanu pintar dan cerdas memiliki brand mars dalam ilmu sejarah.

Hermanu, buat saya adalah seorang dosen yang pintar dalam bidang garapan ilmunya. Dia genius. Hal itu mengalir dalam darahnya dan juga lewat koleksi buku-buku bacaannya. Ia tak terlalu peduli tentang penilaian orang diluar sana. Baginya, meladeni kritikan yang tidak bermanfaat itu sama saja membuang waktu. Ia bukanlah sosok yang disukai banyak orang, tapi Anda tidak bisa membantah rekornya di akademik yang luar biasa. Ia adalah salah satu figur yang dapat dicontohi. Ia juga adalah sosok yang dapat dijadikan penuntun bagi anak-anak didiknya di kampus. Ia bukanlah dosen yang kaku dan anti terhadap kritikan saat proses pembelajaran sedang berlangsung diruang kelas. Tapi saya penasaran kenapa Hermanu selalu menyebut nama Aceh. Sepertinya Hermanu jatuh cinta dengan Aceh, atau jangan-jangan ...(?)

Dewicca Fatma Nadila: Intelek, Tegas, Cerdas

Menurut Wica orang yang cerdas dan intelek itu berbeda ya. Banyak ahli yang telah mencoba untuk mendefinisikan tentang hal tersebut. Hermanu adalah orang yang termasuk dalam dua kategori itu. Tingkat intelektual, akademik dan kecerdasaan dalam penyampaian materi, itu ada dalam diri Hermanu. Ketika beliau menyampaikan materi di dalam ruangan kelas, itu seimbang dengan apa yang beliau emban. Kemudian Hermanu tegas dalam pembawaannya. Beliau membimbing mahasiswanya ke arah yang benar-benar menjadi lebih baik. Kecerdasan Prof. Hermanu memang tidak dapat dibantah lagi. Tak perlu teori untuk membuktikannya. Dalam menyampaikan materi, ia selalu membawa atau dikaitkan dengan isu-isu yang terkini. Tapi diluar kampus, Hermanu seperti memiliki dua sisi yang berbeda. Saya menemukan itu ketika menghadiri acara penulisan buku Dr. Oen dimana Hermanu menjadi pembicara. Diluar sana, Hermanu tampak berbeda sekali. Sungguh berbeda sekali.

Fida Indra Fauziyyah: Tegas, Cerdas, Profesional

Tegas itulah pembawaan Hermanu. Barangkali sikaptegas itu telah ditanamkan sejak dulu. Selain itu, Hermanu mempunyai ilmu yang banyak, namun ia tidak pernah bosan untuk terus belajar. Buktinya, ia selalu mengabarkan kepada kita tentang sebuah buku yang ia anggap layak untuk dibaca. Ia juga telah memiliki nama (ahli) dan banyak mengisi seminar nasional diberbagai tempat serta menjadi ketua senat FKIP. Sebagai seorang dosen, Hermanu mampu menempatkan sikap profesionalnya dalam dunia kampus. Ia adalah orang yang memiliki sifat bertanggung jawab terhadap akademik.

Winahyu Adha Yuniyati: Bijaksana, Cerdas, Wibawa

Prof Hermanu dari sejak awal saya kuliah S1 dan mengenal beliau, sebenarnya ada beberapa poin (penilaian) yang masih tersirat dalam benak saya tentang beliau. Ketika ia menjabat sebagai ketua prodi, saya selalu melihat kebijakan beliau itu selalu baik dan saya merasakan ada ketegasan disana. Cerdas? Saya rasa, Anda (penulis) tahu persis seperti apa kecerdasan yang dipunyai Hermanu. Hermanu membawakan sifat kewibawaan. Setiap kali ia melangkah dan berlajan, kewibawaan Hermanu tergambarkan disana dan itu sangat nampak. Ada nilai-nilai wibawa ketika ia sedang berjalan.

Sukardin: Disiplin, Harmonis, Baik

Terkait pertanyaan yang diajukan oleh penulis, begitu kata Erlan (nama lain dari Sukardin), Hermanu itu orang cukup disiplin, harmonis dan baik untuk menghidupkan suasana di dalam ruangan sebagai motivasi dan dorongan bagi teman-teman yang lain. Hermanu itu orangnya cukup disiplin dalam mengimplementasikan mata kuliah yang ia bawakan di kelas. Ia selalu menampakkan harmonis dengan anak didiknya dan juga bisa diajak bercanda serta tidak terlalu menekankan anak didiknya dalam diskusi. Orangnya cukup mengerti dan mampu menguasai psikologi seseorang. Sementara baik yang dikatakan oleh Erlan adalah Heramanu selalu mengajak mahasiswanya untuk beradaptasi dan duduk bareng di dalam ruangannya guna membicarakan sesuatu.

Hanida Eris Griyanti: Mengerikan, Cerdas, Keras Kepala

Ketika saya kuliah S1 dulu, teman-teman sekelas semuanya takut sama Prof Hermanu, karena mungkin pembawaannya ya. Hermanu cerdas dan pintar sepertinya itu tidak perlu dijelaskan lagi, sebab kita bisa melihat kecerdasannya ketika ia sedang mengajar. Tetapi di sisi lain, menurut saya Hermanu orangnya keras kepala. Itu nampak sekali. Ketika ia sedang berbicara, tampaknya Hermanu sedikit agak menyombongkan diri. Tapi saya rasa ya, Hermanu pantas menyombongkan diri dalam artian tidak negatif, karena apa yang telah ia perjuangkan semenjak ia kuliah hingga menjadikannya seperti yang kita kenal saat ini. Prof. Hermanu kaya akan pengalaman yang telah ia lalui. Tentu saja, itu sangat berharga dan fantastis, tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk semua orang yang dikenal.

Eko Gatut Febrianto: Cerdas, Mudah, Asyik

Sesuai apa yang saya alami ketika kuliah dengan Prof Hermanu, dapat saya katakan bahwa ia tipe orang yang cerdas dan juga tegas. Materi ajar yang diajarkan oleh Hermanu pun mudah dipahami, tetapi ada beberapa materi yang sulit dipahami karena memang materi sulit untuk dipahami. Anda (penulis) bisa lihat, banyak mahasiswanya yang serius mendengar Hermanu berbicara di ruang kelas ketia ia sedang menyampaikan materi, termasuk Anda (penulis) yang sering bertanya kan? Hermanu sering berbicara dan bercerita tentang kejadian-kejadian (isu) kontemporer. Hal itu dilakukan untuk mengaitkan materi ajar sejarah dengan kejadian masa kini. Di sisi lain, Hermanu orangnya asyik. Ya, beliau memang asyik orangnya dan mudah berbaur dengan mahasiswa ketika diajak diskusi.

Abdul Azis: Cerdas, Sosial, Humor

Dengan yang namanya Hermanu, tiba-tiba saja seperti ada sebuah perang dan tidak boleh kalah. Ia menciptakan sebuah intensitas (keadaan) yang tak tertandingi dalam ruangan kelas dan ia amat perhatian terhadap kajadian-kejadian terkini. Ia (Hermanu), mungkin sangat terobsesi dengan pemikiran Soekarno dan itu terlihat dari sikapnya ketika membicarakan tentang Soekarno dan Soeharto (Orde Lama dan Orde Baru). Ia punya cara tersendiri untuk menyampaikan materi ajar kepada mahasiswanya dan ia senang bermain-main dalam benak mahasiswa. Ia juga mempunyai visi dan misi sejarah yang kuat, dan sepertinya itulah yang membuat Hermanu senang.

Hermanu sudah banyak memberikan sumbangan pemikirannya kepada dunia kampus, entah itu kepada mahasiswanya atau pun lewat tulisannya dan ia juga telah banyak mengisi acara seminar dimana-mana. Ada masa-masa menyenangkan di masa depan asalkan para mahasiswanya terus menerima caranya. Hermanu punya tantangan berat untuk mendidikan para mahasiswanya agar mengikuti jejak-jejaknya seperti yang pernah ia lakukan. Jika ia mampu melakukan hal itu, Hermanu mungkin bisa berpikir ulang untuk kembali membuat perubahan. Tapi tak ada keraguan bahwa mereka akan melakukan tugas itu.

Hermanu ingin menunjukkan kepada orang bahwa ia mempunyai skill. Keahliannya kuat dalam penguasaan teori dan banyak membaca buku, termasuk buku-buku terbitan terbaru. Ia juga cerdas dalam menulis jurnal internasional. mungkin ada satu yang kurang lengkap dalam diri Hermanu, yaitu menerbitkan buku. Selain itu, Hermanu juga mempunyai sosial yang tinggi dan bagus. Ia ingin berbaur dengan ke semua orang, apakah itu dengan para dosen atau mahasiswa itu sama bagi dia. Terakhir adalah humor. Hermanu orangnya lucu dan suka membuat orang ketawa. Mungkin ini tidak di dalam kelas, tetapi di tempat lain.

I Putu Adi Saputra: Cermat, Cerdas, Berbahaya

Hermanu sangat cermat dalam mengambil sudut pandang masalah yang tidak pernah orang pikirkan sebelumnya. Dalam hal kecerdasan, Hermanu mampu mengambil berbagai celah dalam ilmu sejarah yang ia pelajari. Di sisi lain, Hermanu adalah yang berbahaya. Tapi itu hanya berlaku bagi orang yang baru pertama berdiskusi dengannya.

Septian Dwi Yoga: Arogan, Egois, Cerdas

Hermanu tampak arogan. Ia selalu ingin menang sendiri dan tidak mau mendengar pendapat lain. Pendapat Hermanu yang pernah ia diungkapkan dalam kelas, memang terdapat unsur kebenaran, dan itu tidak dapat dibantah lagi. Tapi terkadang ada beberapa pendapatnya yang terkesan memaksakan diri. Hermanu memang cerdas. Kecerdasan Hermanu memang luar biasa. Saya yakin, kecerdasan itu hanya bisa diraih lewat membaca dan belajar. Hermanu pun sukses melakukannya.

Jona Erwenta: Cerdas, Wibawa, Tegas

Hermanu cerdas dalam hal akademik dan bidang ilmu garapannya. Ia mengetahui banyak hal dan tentu saja seorang pakar Islam. Hermanu adalah orang yang tahu menempatkan sikap di depan mahasiswanya, para koleganya, dan saat bersama keluarga. Kewibaannya tampak di dalam kelas. Terakhir Hermanu punya sikap yang tegas dalam setiap keputusan.

Nurgaha: Hebat, Cerdas, Cerdik

Hermanu hebat. Orangnya luar biasa dalam hal mendiskriminasikan suatu hal, karena hal itu didukung oleh wawasan beliau yang sangat luas dan disokong pula oleh sumber bacaan yang banyak. Hermanu orangnya memang hebat. Kalau boleh jujur, saya merasa sangat bodoh jika berhadapan dengan Hermanu. Kecerdasannya itulah yang membuat saya agar terus belajar. Ia cerdas dalam memberikan materi ajar kepada mahasiswanya. Metode yang dipakai pun cocok untuk mentransferkan ilmu kepada mahasiswa. Hermanu juga sangat cerdik dalam menyikapi sesuatu, karena beliau menanamkan sikap yang sangat kritis. Seringkali ia mengangkat isu-isu nasional, situasi disekitar lingkungan dan orang-orang sekelilingnya. Meskipun Hermanu berbicara kasar seakan sombong tetapi bukan dalam bentuk makian atau hinaan, jika kita bisa memaknai itu sangat membangun kepribadian kita. Dalam banyak hal, Hermanu membuat saya terinspirasi, terutama saat beliau mengajar.

Yunitasari Rusvitaningrum: Cerdas, Kritis, Sempurna

Hermanu cerdas karena beliau itu profesor yang hebat di bidang ilmu garapannya. Hermanu selalu menanamkan sikap kritis dan ia mampu berpikir apa yang tidak kita pikirkan. Hermanu sempurna. Nah itu, karena Hermanu di dukung oleh tingkat kecerdasan dan sikap kritisnya. Selain itu, perjuangan beliau sejak mengenyam pendidikan telah membuah hasil, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bermanfaat bagi orang kebanyakan, termasuk sumbangan pemikiran Hermanu untuk kampus, bangsa dan negara.

Catatan Penulis

Anda tahu, jika ada seorang dosen yang mampu memainkan psikologi mahasiswa, maka Hermanu termasuk salah satu orangnya. Ia mampu membuat mahasiswa berada dibawah tekanan batin, terutama menyangkut masalah akademik. Bagaimana ia memainkan kata-kata soal jurnal scopus terindex internasional adalah salah satu bentuknya. Bagi saya personal, wajar saja ia berbicara sedemikian, sebab palu sidang sudah diketuk dan SK Rektor pun sudah keluar. Dan yang lebih penting, memang sudah seharusnya mahasiswa sejarah menulis.

Disini saya ingin menggaris bawahi, apa yang saya maksud menulis bukanlah menulis skripsi, tesis atau disertasi. Itu menjadi persoalan lain. Bukankah menulis skripsi, tesis atau disertasi adalah sebuah kewajiban bagi setiap mahasiswa sesuai dengan jenjang pendidikan atau jurusannya? Bahkan hal itu pun diwajibkan untuk mahasiswa yang tidak pernah menulis sekalipun. Untuk apa? Guna memperoleh gelar akademik atau sebagai salah satu syarat kelulusan perguruan tinggi. Karena itu, menulis skripsi tesis dan disertasi tidak hanya bagi mahasiswa sejarah saja, tetapi juga bagi mereka yang menyandang status mahasiswa. Namun, lain halnya jika Anda berbicara atas nama Mahasiswa Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sejarah. Itu sangat jelas, titik. Bahwa mahasiswa sejarah memiliki kewajiban untuk menulis sejarah (historiografi).

Saya berulang kali berbicara demikian, tidak hanya saat ini tapi juga sudah sejak dulu. Saya beranggapan, bahwa tidak ada alasan bagi mahasiswa sejarah untuk tidak menulis. Apapun alasannya, saya tidak bisa menerimanya. Sisi lain, ketika saya masih berada di Aceh, saya mencari-cari seseorang (mahasiswa sejarah) yang mau diajak berduet untuk menulis sejarah. Siapapun orang nya, dengan senang hati saya siap diajak bekerjasama dengannya dalam hal menulis. Jika saja (dulu) hal itu terjadi, maka akan saya hibahkan seluruh buku bacaan saya, tetapi dengan 3 syarat (dibaca, diskusi dan disebarluaskan). Ada sekitar 600 buku yang saya punya dalam bentuk ebook, digital, pdf dan doc. Saya siap dan ikhlas memberikan semua buku itu. Tapi sayangnya, hal itu urung terjadi hingga detik ini.

Pada waktu bersamaan juga, saya menemukan ada puluhan bahkan ratusan mahasiswa sejarah yang menulis sepengkal-pengkal lewat stataus facebook miliknya. Beberapa tulisan mereka (status facebooknya) memang mengundang decak kagum. Hal itu terlihat dari banyaknya orang yang like atau komentar dari pemilik akun facebook lainnya. Tapi hanya sebatas disitu saja. Kasihan kan?

Kembali ke Hermanu. Mengapa ia mampu menguncang psikologi mahasiswa? Jawabannya adalah ia mencoba memanipulasi keadaan. Ya benar, Hermanu mamaikan taktik manipulasi untuk membuat keadaan menjadi lebih baik dan untuk kebaikan mahasiswanya juga. Apalagi bagi Anda yang sudah mengenal dan tahu tentang sosok Hermanu dan apa yang yang ia kehendaki. Ia akan blak-blakan mengatakan langsung di depan Anda tentang apa yang sulit memperoleh jenjang pendidikan. Contohnya jurnal internasional yang terindex scopus.

Beberapa mahasiswa didiknya tercengang mendengar hal itu, bahkan ada syok batin. Hal itu terlihat dari update statusnya di BBM dan Facebook. Bahkan ada pula sindiran dikalangan kami tentang jurnal, jurnal, dan jurnal internasional. Hermanu, bisa saja tidak melakukan hal demkian atau ia bisa saja bersantai-santai. Tapi Hermanu tidak melakukannya. Karena, ketika Hermanu memanipulasi keadaan, ia butuh reaksi fantastis dari mahasiswa didikannya. Tampaknya Hermanu pun sukses telah memainkan taktik manipulasinya. Tapi, yang menjadi persoalannya adalah apakah mahasiswa didikan Hermanu mampu menjawab dengan memberikan reaksi balik yang positif? Sehingga apa yang ..... membuat Hermanu tersenyum.

Memang, harus kita akui bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang, maka semakin deras pula terpaan anginnya saat memperoleh jenjang pendidikan itu. Hermanu benar, bahwa untuk mendapatkan sesuatu harus berjuang. Kita tidak boleh merasa bahwa keadaan ini terasa baik-baik saja, sampai pada akhirnya kita disadarkan oleh masalah dan waktu. Hermanu juga benar, bahwa untuk menjadi orang besar, Anda harus terlihat seperti orang gila dulu; gila belajar, gila membaca, buku dan gila menulis.

Hermanu memang sudah dikenal baik oleh anak-anak didiknya, karena keduanya seringkali bertemu, setidaknya setiap pekan. Sebagai seorang dosen, Hermanu seringkali mengatakan bahwa meskipun kebanyakan orang menilainya sebagai pribadi yang arogan, egois atau semau dirinya, Hermanu tidak terlalu memperdulikan hal tersebut.

Anda harus memahami Hermanu. Ia adalah orang yang lucu dan asyik, terutama saat Anda mengajak diskusi dengannya. Ia adalah orang yang lucu dan asyik, dan jika Anda tidak mengenalnya, mungkin Anda akan berpikir dengan mengambil beberapa kutipan orang atau omongan orang lainnya yang mengatakan bahwa Hermanu agak arogan. Namun, dia adalah orang lucu dan asyik. Tentu saja, kami senang memiliki seorang dosen yang fantastis seperti Hermanu.

Hermanu, saat ini sedang dipusingkan oleh salah satu tugas yang maha mulia: membuka Pogram Studi S3 Pendidikan Sejarah. Pria tua berambut putih ini, sedang memikirkan tujuan untuk dibukanya S3 Pendidikan Sejarah. Di dalam ruangan kelas, dengan tegas Hermanu mengatakan bahwa jika nanti Prodi S3 Pendidikan Sejarah resmi dibuka, ia mendambakan agar lulusan tersebut dapat menyemen pembelajaran sejarah baik di sekolah maupun di perguruan tinggi diseluruh Indonesia, termasuk dalam hal penelitian sejarah. Semoga.

Terlalu sedikit tempat dan waktu untuk menuliskan tentang apa yang pernah dilakukan oleh Hermanu Joebagio selama masa hidupnya. Kalau kita mau jujur, kita seharusnya bangga dan berbesar hati memiliki seorang dosen sekaligus sejarahwan seperti Hermanu Joebagio ini. Salam hangat dari mahasiswamu, Prof.

Selasa, 11 April 2017.

= = = = = = =

**Chaerol Riezal(Penulis) adalah Mahasiswa Pendidikan Sejarah asal dari Desa Alue Bilie, Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh. Saat ini sedang menimba ilmu di bidang pendidikan sejarah. Email: chaerolriezal@gmail.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun