Jika sama-sama menjadi anak kos, Â mungkin bisa mempertimbangkan bergabung untuk menyewa apartemen atau rumah yang lebih besar selama menurunkan biaya.Â
Daripada membeli makan sendiri-sendiri, bisa mempertimbangkan untuk membeli sayur dalam porsi lebih besar untuk dibagi-bagi sehingga cukup membeli nasi masing-masing, lagi-lagi selama menghemat biaya. Ketika sakit, relasi ini bisa lebih cepat membantu mengingat posisi keluarga jauh apalagi jika membutuhkan persetujuan untuk tindakan medis.
Modal yang dibutuhkan untuk memulai hari baru di Jakarta
Baik bekerja maupun berbisnis, namanya memulai hari-hari baru mencari peruntungan jelas membutuhkan modal. Sekalipun bekerja, hasilnya baru diterima saat gajian di akhir bulan atau awal bulan berikutnya. Di satu sisi, biaya hidup keluar setiap harinya dengan besaran yang cukup tinggi.
Ditambah lagi, menyewa tempat tinggal di Jakarta umumnya membutuhkan pembayaran awal untuk beberapa bulan sekaligus, bisa tiga, enam, sampai dua belas bulan dan belum termasuk deposit.Â
Jika tempat kerja atau tempat usaha kurang ramah transportasi publik dengan kebutuhan mobilitas yang tinggi dan cepat, paling tidak kendaraan pribadi seperti sepeda motor juga dibutuhkan.Â
Sokongan modal pribadi atau dari keluarga tentu lebih baik agar tidak menimbulkan permasalahan finansial di kemudian hari karena perlu mengembalikan pinjaman dan membayar bunga dari pihak ketiga.Â
Apalagi jika mengalami masalah pembayaran pinjaman, kita tahu bahwa sekarang beberapa tempat kerja menyeleksi calon karyawan berdasarkan hasil penilaian SLIK OJK.
Kenyamanan bagi perantau dan warga lama Jakarta
Kenyamanan itu relatif, mimpi perantau untuk hidup lebih nyaman di Jakarta haruslah terukur dan realistis. Warga lama yang terlihat sejahtera pun banyak yang ekstra hati-hati dalam mengelola pengeluaran dengan cenderung berlibur di rumah, makan dan minum buatan sendiri, menggunakan barang-barang dengan harga terjangkau dari brand yang tidak ternama, sampai bepergian dengan transportasi publik.Â
Jika mimpi calon perantau adalah bisa hidup enak dengan menikmati akhir pekan di kafe mewah, berlibur panjang ke luar negeri, dan menggunakan barang-barang mewah, bisa jadi pandangannya terdistorsi oleh konten-konten berbau angin surga di media sosial. Begitulah peringatan dari mereka, para perantau yang sudah jauh lebih lama makan asam garam di Jakarta.
Selama belum mencapai jabatan tinggi dengan gaji berlimpah dalam karir atau berhasil membesarkan usaha, para perantau harus mengingat kembali tujuan perjuangannya adalah meningkatkan kesejahteraan diri dan keluarga.
Pemenuhan kebutuhan yang lebih terjamin, dana pendidikan anak yang lebih mapan, sampai dana pensiun yang siap menghidupi hari tua tanpa menyusahkan generasi penerus dan juga menjadi beban negara, haruslah menjadi prioritas utama para perantau. Kenyamanan itu sederhana, bisa tercapai jika hati dan pikiran tenang dengan ketersediaan tabungan yang memadai dan kestabilan pendapatan.