Ingat, berkurangnya satu pelajaran peminatan itu berpotensi menambah kebutuhan jam belajar mandiri di rumah.
Pelajaran informatika mengapa tidak diwajibkan sampai kelas dua belas?
Setelah sempat hilang dari Kurikulum 2013, kurikulum baru ini mengembalikan status pelajaran informatika menjadi wajib untuk dipelajari selama siswa duduk di kelas tujuh sampai sepuluh.Â
Hal ini jelas merupakan kemajuan mengingat teknologi berperan sangat penting dalam kehidupan saat ini, apalagi kita sedang mengarah menuju metaverse. Akan tetapi, saya merasa bahwa empat tahun belajar informatika itu kurang banyak.
Kuliah di program studi manapun, mahasiswa zaman sekarang akan banyak dihadapkan dengan penggunaan komputer. Berbagai aplikasi dibutuhkan dan kebutuhannya sudah jauh melebihi penggunaan dasar di Word, Excel, serta PowerPoint.Â
Pekerjaan zaman sekarang membutuhkan penguasaan terhadap rumus-rumus di Excel, belum lagi kode macro VBA untuk mengotomatisasi berbagai pekerjaan dengan output berupa spreadsheet.Berbicara mengenai pengolahan data, kebutuhannya lebih banyak lagi.Â
Dengan data berukuran besar, banyak hal yang bisa dipelajari tetapi aplikasi seperti Excel tidak lagi mencukupi. Penyimpanan data di sistem database berbasis SQL dan cara mengunduhnya, melakukan visualisasi data dengan Power BI atau Tableau, sampai menganalisis data dengan metode statistik melalui R atau dengan machine learning melalui Python, menjadi hal yang penting jika ingin mendapatkan pekerjaan yang baik saat ini sekalipun terkait dengan posisi yang umumnya diisi oleh lulusan program studi soshum.
Belum selesai sampai di sana, pemasaran zaman sekarang sudah lebih modern. Membuat konten berbasis audio, grafis, dan video untuk diunggah di media sosial sampai membuat situs web dan aplikasi sendiri dari nol banyak dilakukan.Â
Semua ini memang bisa saja dipelajari secara mandiri oleh siswa di rumah, tetapi tentu akan lebih baik dan maksimal jika dilakukan secara terarah dengan pendampingan guru.
Akan terasa lebih baik jika pelajaran informatika ini diwajibkan sampai kelas dua belas dan dikombinasikan dengan pendidikan logika yang sesuai. Misalnya ketika mempelajari analisis data, guru berlatar belakang matematika ikut terlibat agar siswa tidak asal menggunakan suatu metode.Â
Atau ketika mempelajari content creation, guru berlatar belakang ekonomi dan sosiologi ikut terlibat agar siswa memahami bagaimana cara membuat konten yang menarik sesuai dengan target pasarnya dan memiliki nilai jual. Guru bahasa juga terlibat agar siswa berkomunikasi dengan baik, benar, dan sopan.