Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Apakah Kurikulum 2022 Benar-benar Menarik untuk Siswa SMA?

29 Desember 2021   23:22 Diperbarui: 30 Desember 2021   08:23 2576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika melihat daftar mata pelajaran wajib di kurikulum 2013 dan kurikulum prototipe, hanya ada satu pengurangan yaitu prakarya dan kewirausahaan. 

Terus terang saya senang-senang saja dengan hal ini karena tidak merasakan manfaat yang signifikan ketika harus mempelajarinya dulu. Ditambah lagi, proyek yang diberikan terasa kurang sesuai dengan perkembangan zaman.

Kurang lebih sekitar enam tahun yang lalu, pelajaran itu mengharuskan kami untuk membuat seperangkat radio FM dengan bentuk seperti tape compo jadul. Ditambah lagi, tidak ada slot untuk memutar musik dari CD, tape, dan USB storage. Kami harus membeli FM tuner, speaker, dan perangkat elektronik lainnya, ditambah lagi harus membuat sasis perangkat dari nol. 

Setelah perangkatnya jadi, kami menyadari bahwa biaya produksi perangkat ini lebih mahal dari harga USB music player yang sudah dilengkapi dengan FM tuner, speaker bawaan, jack 3.5 mm, dan storage berkapasitas 512 MB. 

Ditambah lagi, perangkat tersebut berujung jadi rongsokan karena siaran radio bisa didengar dari ponsel baik dengan keberadaan FM tuner maupun live streaming.

Untuk membatasi pengeluaran yang muncul, kami dibagi ke dalam kelompok besar dan seingat saya isinya ada enam orang. Karena perangkat elektronik yang disolder tidak banyak, cukup satu orang saja yang melakukannya. 

Membuat sasis juga hanya membutuhkan dua orang, satu untuk pekerjaan kasarnya dan satu untuk mempercantik desainnya. 

Sisanya, ya cheerleaders. Kebetulan saya adalah orang yang berurusan dengan desain dan ketika ujian praktik di kelas dua belas tetap saja harus belajar menyolder dari nol karena tidak pernah kebagian selama tiga tahun bersekolah. Untunglah ujian praktik berlangsung dengan baik.

Mengubah status pelajaran yang satu ini menjadi pelajaran opsional memang menghemat pengeluaran dan waktu hingga satu setengah jam per pekan. 

Setelah ditambah dengan penghematan waktu atas berkurangnya satu pelajaran peminatan, kita lupa bahwa jam belajar tidak berkurang sama sekali karena adanya tambahan alokasi waktu terkait pengerjaan proyek. Tujuannya bagus demi penguatan karakter siswa yang lebih mampu mengamalkan Pancasila sekaligus siap kerja.

Semoga saja guru bisa menerjemahkan niat baik ini dengan positif dan tidak dijadikan ajang buang-buang waktu oleh siswa plus "dikerjainya" siswa rajin oleh siswa malas dalam proyek berkelompok. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun