Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ceritaku Mendapatkan Vaksinasi Dosis Kedua di Jakarta dan Sedikit Saran untuk Perbaikannya

14 Agustus 2021   21:24 Diperbarui: 16 Agustus 2021   15:19 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi vaksin covid-19. Foto: Shutterstock via Kompas.com

Setelah kita selesai menerima dosis vaksinasi, kita akan mengantre untuk menyerahkan kartu kendali. Bukan kartu yang dicetak dari JAKI, karena tidak semua penerima dosis sudah mendaftarkan diri sebelumnya, melainkan sebuah formulir baru yang disediakan di tempat. Seharusnya dari sana kita terlebih dulu duduk atau berdiri di area observasi selama sepuluh menit untuk memastikan kondisi tubuh baik-baik saja.

Akan tetapi, saya ketika menyerahkan formulir:
"Body oke? Nomor HP di sini sudah oke? Nomor NIK oke?"
"Oke, Pak. Semua oke."
"Pulanglah!"

Ibu saya yang mengantre tepat di belakang saya menyerahkan kartunya ke petugas yang sama dan disuruh bertahan dulu selama sepuluh menit. Aneh ya, padahal petunjuk observasi tersebut tertulis jelas dengan ukuran besar dan seharusnya petugas tentu mengingatnya dengan baik. Durasi sepuluh menit ini pun sudah dipotong dari lima belas menit dengan revisi manual berbekal spidol permanen.

Ditambah lagi dengan tidak dijaganya penerima vaksin untuk memastikan mereka menjalani observasi dengan baik, tidak heran para pengemudi ojek online yang divaksin bersama kami langsung pulang setelah menyerahkan formulir. 

Waktu sepuluh menit tentu sangat berharga bagi mereka yang pendapatannya tidak pasti, tetapi sayang sekali jika ada kondisi kesehatan serius sesaat setelah menerima vaksin kan masih ada tenaga kesehatan dan fasilitas mini ICU yang bisa menyelamatkan.

Kursi boleh terbatas, tetapi ruang yang disediakan untuk observasi sambil berdiri tersedia cukup luas. Foto: dokpri
Kursi boleh terbatas, tetapi ruang yang disediakan untuk observasi sambil berdiri tersedia cukup luas. Foto: dokpri

Ketika saya bercerita ke rekan kerja, beliau hanya bertanya, "Mengapa kartu vaksinnya tidak ditahan dulu ya sebelum menyelesaikan observasi?" Ya kali sekitar seribu orang per jam ini, yang dalam suatu waktu bersamaan terdapat kurang lebih dua puluh orang yang disuntikkan vaksin, bisa dijaga ketat oleh pengawas yang berjumlah jauh lebih sedikit.

Peserta peduli kesehatan? Meragukan!

Sebagaimana kita tahu, terlebih untuk melindungi diri dari paparan varian delta, kita perlu menjaga jarak sekalipun sudah menggunakan masker dua lapis. Hal ini sayangnya diabaikan banyak peserta, baik ketika mengantre untuk memasuki ruang tunggu maupun ketika mengantre untuk bisa berfoto bersama poster "saya sudah divaksin" yang disediakan kurang lebih di tiga posisi berbeda. 

Di area outdoor pun, mereka tidak segan melepas masker dan merokok untuk melepas penat sambil menunggu antrean. Sudah tidak peduli kesehatan diri sendiri, tidak peduli kesehatan orang lain. 

Apalagi soal observasi yang tadi diabaikan, itu jangan ditanya! Jika ada pembaca yang merasa keresahan saya ini berlebihan, setidaknya ada warganet lain yang sepikiran dengan saya seperti tweet di bawah ini.

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun