Mohon tunggu...
Giande HIkki
Giande HIkki Mohon Tunggu... -

seorang pengangguran yang demen nulis dan nonton

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sang Peniup

31 Mei 2011   06:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:01 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Cerita sang peniup sangat mempesona, dia mampu membawa anak – anak kedalam ceritanya.

“ Terus – terus apa yang terjadi kemudian? Apakah Pria gemuk itu hidup bahagia dengan sang putri? “ Tanya seorang anak saat cerita mendekati akhir

“ Tentu saja, bahkan mereka dikaruniai banyak anak yang lucu – lucu seperti kalian “

Hari sudah sore ketika Sang peniup selesai bercerita. Para orang tua datang memanggil anak – anak pulang. Sang peniup juga memutuskan sudah saatnya dia pulang kerumah. Saat perjalanan pulang, sang peniup bertemu dengan seorang pengelana yang tidak ia kenal sedang kebingungan di pintu gerbang kota. Sang peniup langsung sadar kalau pengelana sedang dilanda keraguan. Iapun langsung menghampiri pengelana itu

“ Selamat sore pengelana? Kulihat kamu sedang dilanda keraguan? “ sapa Sang peniup, walaupun tidak bertanya ia sudah tahu kalau pengelana itu sedang dilanda keraguan kecil. Bola keraguan itu terllihat dipundak si pengelana.

“ Oh, halo. Iya aku sedang ragu – ragu memutuskan harus menginap dimana. “ Balas si pengelana

“ Mungkin bisa aku bantu? “

“ Oh tidak…tidak perlu. Aku punya uang untuk menginap, hanya saja ada beberapa hal yang membuatku ragu “ Tolak si pengelana

“ Ah aku lupa kamu bukan warga sini. Begini aku adalah sang peniup. Pekerjaanku adalah meniup semua keraguan. Nah kebetulan sekali kamu sedang mengalami keraguan, aku bisa meniup keraguan itu, jadi kamu bisa mengambil keputusan. “ Kata Sang peniup menjelaskan

“ Apa ? meniup keraguan? Hebat sekali, dunia memang luas, aku baru tahu kalau ada orang yang bisa meniup keraguan yang ada didiri kita. “

“ Baiklah akan kutiup keraguanmu. “ Kata Sang peniup. Ia bersiap meniup tapi si pengelana buru – buru menghentikannya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun