“Cuma aku sama mas Hadi.”
“trus pulangnya kapan ?”
“rencananya besok pagi, karena jadwalnya nanti sore sampai malam ma”
Dita hanya mengangguk lalu segera bangkit untuk segera mempersiapkan segala kebutuahan dapurnya, membuatkan sarapan untuk suaminya. Ghani kini berada di samping buah hatinya yang masih tertidur pulas. Dipeluknya bocah itu. Anak yang menjadi harapannya kelak. Pikirannya menerawang. Sambil melihat bocah kecil itu tertidur pulas. Ia teringat akan keputusannnya untuk mengubur dalam masa lalu, menyanggupi sumpah setia perkawinan serta janji untuk membahagiakan keluarga kecilnya itu.
Jam telah menunjukkan pukul 8 pagi, Di depan rumah ini Ghani bersiap – siap untuk berangkat. Dita sedang menggendong anaknya sambil mengantar Ghani di depan pintu Rumah.
“Hati – hati ya Pa, jangan lupa nanti hubungi mama kalau sudah di jakarta” Dita berpesan
“Ia nanti pasti papa kabari kalau sudah nyampe. Putra jaga mama di rumah ya, besok papa pulang, Papa nyari duit dulu ” Kata Ghani sambil mencium putra. kemudian ia berlalu, namun sebelum sampai garasi mobilnya ia mendengar sebuah suara yang ditunggu – tunggunya selama ini.
“Pa...paaa” terdengar suara putra dari belakang.
Ghani berbalik sebentar, dengan senyum kecil ia melambaikan tangan dan segera menuju bandara dengan rasa haru didadanya.
***
Tak berapa lama kemudian sampailah Ghani di Juanda, di Lobby depan bandara terlihat seorang pria tampan berperawakan gempal yang memakai kemeja lengan panjang berwarna biru telah menunggunya. Itulah hadi. Hadi adalah marketing manager di perusahaan tempat ghani bekerja. Sosok rekan kerja yang baik yang selama ini banyak membantu ghani. Darinyalah Ghani belajar banyak hal tentang ilmu praktis marketing. Dari parkiran mobil di depan bandara Ghani sudah melihat sosok hadi. Ia merasa ragu untuk segera melangkah, ia takut dengan pikirannya sendiri, ia takut pertahanannya selama ini akan runtuh bersamanya. sebab ia tau bahwa ada sedikit benih suka di dalam hatinya kepada Hadi. Sungguh tak ingin masa lalu yang dikubur itu akan terkuak lagi. Namun Apalah dikata, ini adalah kewajiban terhadap perusahaan dan juga kepada keluargannya. haruslah profesional. Ia hanya berdoa dan menguatkan hatinya.