Film Budi Pekerti merupakan film Indonesia yang disutradarai oleh Wregas Bhanuteja dan diperankan oleh Sha Ine Febriyanti, Dwi Sasono, Prilly Latuconsina dan Angga Yunanda.Â
Film ini menceritakan seorang guru Bk bernama Bu Prani (Sha Ine Febriyanti) yang terlibat cekcok dengan pelanggan di pasar karena menyerobot antrean.Â
Kemudian, video Bu Prani berteriak "ah suwi" menjadi viral, namun terdengar seperti "ah asu".Â
Tindakan Bu Prani yang dianggap tidak mewakili sebagai seorang guru berujung pada cyberbullying bagi dirinya dan keluarganya. Kesalahannya dicari-cari sehingga ia terancam kehilangan pekerjaannya.Â
Ketikapara konten kreator dan oknum yang tidak bertanggung jawab mengembangkan video reaksi dan meme yang menjadikan Bu Prani sebagai korban penindasan, masalahnya menjadi lebih buruk.Â
Kehidupan Bu Prani dan keluarganya tersebut berubah secara dramatis ketika dia diancam akan dipecat.
Pemilihan aktor dan aktris dalam film ini sangat baik. Sha Ine Febriyanti, yang memerankan Bu Prani, benar-benar mendalami perannya dengan baik.Â
Dia menunjukkan usaha yang kuat untuk membersihkan namanya sendiri tanpa dukungan dari teman-temannya, menghadirkan karakter yang kuat dan penuh emosi.Â
Prilly Latuconsina, yang memerankan Tita, berhasil menampilkan karakter dengan bahasa jawa yang medok, tidak berlebihan.Â
Penampilannya sangat pas, memperlihatkan karakter yang autentik tanpa menjadi terlalu berlebihan. Angga Yunanda, yang berperan sebagai Muklas, telah berani mengambil peran yang berbeda dari film-film sebelumnya.Â
Penampilannya yang nyentrik dengan rambut berponi pirang dan bertindik menambah dimensi baru pada perannya, menghadirkan nuansa yang unik dan menarik.Â
Secara keseluruhan, Pemilihan aktor dan aktris untuk memerankan film ini terbukti berhasil karena masing-masing aktor dan aktris telah memberikan kontribusi signifikan terhadap penggambaran karakter mereka dengan mendalam dan meyakinkan yang dapat dipercaya dan bernuansa, yang dihidupkan dengan penampilan yang luar biasa.Â
Di sisi lain, latar film ini menggunakan dialog yang hampir seluruhnya berbahasa Jawa.Â
Film ini berhasil memastikan semua karakternya dapat berkomunikasi secara luwes, meski berlogat medok.Â
Menurut saya, film ini sangat baru di dalam dunia perfilman Indonesia, mengangkat isu perundungan di Media Sosial.Â
Film ini mengedepankan fenomena sosial budaya masa kini dimana banyak individu yang merekam dan memviralkan kejadian disekitarnya, menurut saya cukup sesuai dengan realita kehidupan di sekitar kita.Â
Namun, banyak orang yang jarang mempertimbangkan dampaknya terhadap kehidupan orang-orang yang terekam dalam video tersebut dan menjadi viral.Â
menceritakan kisah asumsi yang dibuat oleh netizen yang senang berspekulasi hanya berdasarkan satu komentar jahat.Â
Media kemudian berlomba-lomba menciptakan headline yang menarik perhatian, dan anggapan jahat serta ceroboh yang dilontarkan netizen berpotensi menghancurkan karier seseorang.
Pesan Moral Film Budi Pekerti
1. Jangan pernah membantah perintah orang tua
Sebelum konflik terjadi, awal film ini memperlihatkan adegan dimana Bu Prani meminta anak-anaknya, Tita dan Muklas, membelikan kue putu untuk bapaknya karena terlalu asik dengan dunia mereka sendiri yaitu membuat konten-konten di media sosial, Tita dan Muklas mengabaikan perintah ibunya.Â
Film ini memberikan pesan kepada kita bahwa media sosial telah membuat diri kita cuek/tidak peduli terhadap lingkungan sekitar tanpa menyadarinya.Â
Kecanduan media sosial membuat kita sulit melihat dan memperhatikan hal-hal yang seharusnya diprioritaskan dalam dunia nyata, seperti kewajiban keluarga dan keinginan orang tua.
2. Harus berani untuk mengungkapkan kebenaranÂ
Dalam film ini, Bu Prani digambarkan sebagai karakter yang memiliki keberanian untuk mengungkapkan kebenaran meskipun harus menghadapi kesulitan besar.Â
Dia tidak gentar menghadapi masalah yang berat demi membersihkan namanya, bahkan saat orang-orang tidak banyak mendukungnya.
Film ini menyoroti pandangan bahwa kebenaran seringkali tampaknya dimiliki oleh sekelompok tertentu. Ada nuansa bahwa kebenaran dianggap valid berdasarkan seberapa banyak orang yang mendukung pandangan yang sama, seperti suatu bentuk adu kekuatan.Â
Seperti salah satu dialog yang diuntarkan oleh Muklas, "Bener atau salah itu perkara siapa yang paling banyak omong."
Bu Prani di film ini menunjukkan bahwa kejujuran tidak harus selaras dengan anggapan atau pandangan netizen.Â
Dalam menghadapi tekanan sosial, karakternya menunjukkan bahwa kebenaran sering kali memerlukan ketegasan dan keberanian untuk bertindak sesuai dengan apa yang diyakini benar, terlepas dari seberapa sulitnya situasi yang dihadapi.Â
3. Bijak Memanfaat Media Sosial dengan Tidak Mudah Terhasut Orang Lain.
Dalam film ini, menceritakan sebuah video berdurasi 20 detik yang menampilkan Bu Prani seakan-akan sedang memarahi dan mengumpat seorang ibu penjual kue putu. Namun, akibat provokasi yang tak bertanggung jawab dan tanpa mempertimbangkan konteks sebenanrnya, Bu Prani dan keluarganya harus menghadapi perundungan.Â
Pesan yang disampaikan melalui film ini adalah perlu pintar-pintar dalam menerima informasi di media sosial. Terlalu sering, netizen terjebak dan terhasut oleh informasi yang tidak jelas atau potongan video yang tidak lengkap.Â
Satu komentar yang diambil dari konteks sebenarnya dapat menciptakan persepsi yang salah dan berdampak besar pada kehidupan seseorang.
Sebagai pengguna media sosial, penting bagi kita untuk memiliki sikap kritis dan tidak langsung terpengaruh oleh informasi yang tidak jelas atau provokatif.Â
Dengan lebih bijak dalam menerima dan mengevaluasi informasi, kita dapat mencegah tersebarnya kesalahpahaman atau penyebaran berita hoax yang dapat merugikan kehidupan seseorang.Â
Film Budi Pekerti tidak hanya sebagai hiburan semata, tetapi juga memiliki kontribusi positif bagi sinema lokal. Melalui ceritanya, film ini berhasil membuka ruang untuk berdiskusi tentang nilai-nilai kebaikan, moralitas, dan budi pekerti yang penting dalam masyarakat.Â
Wregas Bhanuteja sebagai sutradara berharap bahwa karya ini dapat menjadi pemicu bagi lahirnya lebih banyak karya film yang juga mengangkat nilai-nilai positif serupa.Â
Dengan fokus pada pesan moral dan kebaikan dapat memberikan inspirasi dan refleksi kepada penonton tentang pentingnya nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Harapannya, film ini dapat menjadi pendorong bagi perkembangan industri film lokal untukmemproduksi karya-karya yang memiliki dampak positif bagi masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H