Mohon tunggu...
Cerpen

Selembut Nidaa Ankhofiyya

23 November 2016   11:33 Diperbarui: 23 November 2016   11:38 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“ Ya ,terserah Ibu dong memang nya salah?dan kalian kira tidak ada hubungannya pelajaran  Bahasa dan sastra Indonesia dengan PAI ?dalam hal ini khususnya Alqur`an? Ya ada,  dari alqur`an itu kita dapat banyak belajar mengenai sastra,coba kalian resapi bahasa yang agung yang terdapat dalam alqur`an, yang mengandung gaya bahasa yang tertinggi gaya bahasa yang agung, yang santun, tiada tertandingi, sebagaimana para penyair puisi yang mempunyai gaya bahasa dan diksi yang indah, nah alqur`an adalah seindah indahnya seni dan keindahan di atas keindahan…”

Subhaanalloh…murid-muridku terdiam mendengarkan penjelasanku.

Nidaa ankhofiyya…hmmm..nama yang cantik, secantik namanya dan secantik orangnya, yang mungkin tidak dia sadari,namun mengenai sifatnya selama ini sungguh sangat bertolak belakang dengan arti dari namanya yang indah itu.

“Baiklah Nida, kamu mau kan mengerjakan tugas Ibu kali ini? Coba kamu baca surat itu dan cobalah perlahan-lahan kamu baca artinya, kamu punya kan alqur`an terjemahan?”

“Iya Bu, baiklah saya akan mengerjakannya”

“Ya, dan supaya lebih baik lagi nilainya, coba kamu hafalkan lima ayat itu,jangan lupa ditulis ya, kemudian tulis pula artinya dan jangan lupa cari disitu kira-kira ada kata-kata yang pasti tidak asing di telinga kamu,dan merupakan kata-kata dalam bahasa yang sangat indah,dan itu mungkin merupakan sebuah hadiah untuk mu dan doa untuk mu dari orang tua mu”. Mendengar kata-kata ku Nida hanya terbengong dan berkata” Ah Ibu ada-ada saja, orangtua ku mana sayang padaku Bu,Papa ku saja sudah tak sayang padaku”

“ Ya, sudah , Nida salah, mana ada orang tua yang tidak sayang sama anaknya “

Dari semua percakapn ku bersama Nida semakin menambah rasa penasaran ku ada apa sebenarnya dengan Nida.

Dan ketika ada kesempatan aku mengobrol bersama Nida, ternyata hati Nida tak seliar sifat dan tingkahnya selama ini, hatinya tak sebandel tingkahnya, .hatinya ternyata lembut dan mudah rapuh.dan ketika bel istirahat berbunyi menandakan waktu istirahat yang ditunggu-tunggu semua murid tiba,  tiba waktunya aku menggunakan kesempatan untuk mengetahui apa sebenarnya yang terjadi dengan Nida,kebetulan dia sendiri yang telah memberi sinyal dari kemarin untuk menumpahkan semua kegundahan hatinya,hanya aku sendiri merasa tidak enak kalau mendengarkan curhatnya di dalam kelas,dan alternatifnya ya di perpustakaan inilah kiranya tempat untuk sharing bersma Nida.

“Assalamualaikum, Bu”

Baru kali ini rasanya mendengar Nida mengucap salam padaku, biasanya dia hanya mencibir dan menjauh ketika yang lain mengucap salam dan berebut tuk bersalaman dengan ku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun