Kalau mendengar kata 'kecanduan', minimal hati merasa miris. Dibenak sudah terbayang hal-hal yang buruk. Kata ini memunculkan narkoba/obat terlarang dan alkohol di benak. Entah mengapa kecanduan yang ini melintas lebih dahulu di depan.Â
Bisa jadi karena jenis ini lebih sering diekpos dan contohnya di kehidupan sesehari juga sering terlihat. Padahal yang biasa dikaitkan dengan kecanduan juga banyak, mulai dari yang biasa sampai yang berat. Kecanduan makanan tertentu misalnya junkfood. Kecanduan gawai seperti yang sedang marak terjadi pada anak-anak saat ini. Kecanduan film, mulai dari drama-drama Korea sampai film-film atau video pornografi sampai non-pornografi tertentu. Kecanduan lainnya misalnya kecanduan judi, seks, computer, internet, olah raga, termasuk juga kecanduan kerja dan belanja.
Kecanduan adalah satu keadaan atau kondisi yang membuat seseorang kehilangan kontrol diri akan sesuatu. Umumnya dimulai dari rasa suka, kemudian menjadi ketagihan, muncul rasa suka berlebih. Didorong rasa suka yang tumbuh semakin besar dan keinginan yang makin kuat, membuat kondisi ini kadang sulit diterima nalar bagi yang bukan pecandu.Â
Rasa suka yang berlebih ini kemudian berkembang menjadi sebuah kecanduan. Seseorang yang mengalami kecanduan biasanya tidak bisa mengontrol apa yang dilakukannya, apa saja yang dikonsumsi atau digunakannya. Keadaan ini membuat sistem otak mengalami disfungsi kronis yang berdampak pada memori, juga motivasi dan penghargaan diri.
Menurut Kamus besar bahasa Indonesia kata "kecanduan" berasal dari kata "candu" yang mempunyai arti (1) getah kering pahit berwarna cokelat kekuning-kuningan yang diambil dari buah Papaver somniferum, dapat mengurangi rasa nyeri dan merangsang rasa kantuk serta menimbulkan rasa ketagihan bagi yang sering menggunakannya; (2) cairan kental berwarna hitam yang keluar dari rokok yang diisap yang melekat pada pipa; (3) sesuatu yang menjadi kegemaran.
Seorang teman, berbagi pengalaman setelah merasakan perubahan besar pada adiknya.
Dianti, sang adik, adalah gadis yang modis, senang berdandan cantik. Dia juga senang mematut diri dengan perhiasan-perhiasan yang menarik yang unik. Pakaiannya yang selalu cocok, didukung dengan postur tubuhnya yang tinggi semampai, membuat mata senang melihatnya. Tapi sejak dia berada di semester 7 kuliahnya, ada yang berubah dengannya. Alat makeup-nya mungkin tak lagi disentuhnya. Rambutnya yang biasanya rapi, lurus terurai hanya diikat serampangan saja. Pakaian yang dikenakan juga tak karuan.
Pernah dilihatnya, dia mengenakan pakaian yang sama seperti yang dipakainya kemarin. Rasanya diapun tak mandi. Baunya cukup menyengat. Tak pernah lagi berkumpul dengan keluarga. Sekedar makan malampun dia lewatkan. Pulang dari kampus, dia langsung masuk kekamar. Seperti bersembunyi di gua, kamarnya gelap gulita. Tak keluar-keluar, tapi bau asap rokoknya selalu menembus keluar dari bawah pintu. Â Curiga akan perubahan diri adiknya, sang kakak berkonsultasi dengan seorang dokter. Dokter itu membekalinya dengan tanda-tanda untuk mengamati kondisi sang adik lebih seksama.
Secara fisik, berat badan sang adik terlihat lebih kurus. Perawatan diri jelas tak digubris lagi, Temperamennya gampang meledak-ledak, mudah marah. Katanya kepalanya sering nyeri, persendian ngilu yang menyebabkan susah tidur . Wajahnya nampak pucat, matanya cekung dan merah. Karena kurang tidur, dia sering menguap dan mengeluarkan air mata. Â Bibirnya yang dulu cantik dihiasi lipstik, nampak lebih gelap. Dengan alasan sakit kepala ini dia bersembunyi di kamarnya, menghindari perhatian orang.Â
Pulang kuliah, langsung mengunci diri di kamar. Kebiasaan baru lainnya adalah berlama-lama di kamar mandi. Alasannya perutnya sakit. Bekal dari sang dokter mengindikasikan bahwa sang adik mengalami kecanduan. Saat dibawa ke rumah sakit, Dianti positif memakai narkoba.
Keluarga berkumpul dan berembug untuk mencari jalan keluar terbaik. Tak ada waktu untuk saling menyalahkan. Bantuan cepat harus segera diberikan supaya tak terlanjur terjerumus dalam. Dokter menyarankan untuk cuti kuliah. Tujuannya menjauhkannya dari lingkungan yang mungkin mengenalkannya dengan narkobanya.Â
Si adik harus disembunyikan dari kawan-kawannya untuk mengurangi kesempatan memperoleh pasokan obat-obatannya. Menurut sang dokter, biasanya si bandar akan mencarinya terus karena tak rela kehilangan pelanggan. Bandar ini akan berupaya supaya pelanggannya tetap menjadi pembeli setia barang haramnya. Saran ini dilakukan. Kepada teman-temannya keluarga mengatakan Dianti sedang kursus di luar negeri.
Untuk memutus ketergantungannya, dokter akan melakukan rehabilitasi. Sebelum dilakukan tahap-tahap rehabilitasi, dilakukan dulu proses pemeriksaan untuk mengetahui sejauh mana kecanduan yang dialami. Juga untuk mengantisipasi apakah si pecandu ini mengalami gangguan perilaku atau menderita depresi. Jika terindikasi, maka hal-hal ini yang harus dibereskan lebih dahulu.
Setelah gangguan itu diselesaikan, dimulailah proses detoksifikasi. Menurut dokter, ini adalah proses yang paling menyakitkan. Pada tahap ini, narkoba yang digunakan distop sepenuhnya. Dampaknya bisa mual atau rasa sakit yang sangat karena tak ada narkoba yang bisa dikonsumsinya seperti biasa. Penderita bisa berguling-guling dan berkeringat banyak untuk menahannya. Istilah yang biasa didengar adalah sakaw. Menurut pencandu yang sudah sembuh, sakitnya seperti kuku yang sehat dipaksa dicabut. Biasanya dokter akan membantu meringankannya dengan obat, yang tentunya tidak akan menghalangi proses detoksikasi.
Agar terhindar dari dehidrasi, konsumsi air putih juga diperbanyak saat detoksifikasi ini. Makanan sehat dan bergizi baik juga diberikan agar kondisi tubuh bisa terjaga. Lama detoksifikasi tergantung dari seberapa dalam kecanduan yang dialaminya juga seberapa kuat keinginan si pecandu sendiri untuk sembuh.
Setelah tahap detoksifikasi selesai dilakukan, tibalah pada tahap stabilisasi yakni pemulihan jangka panjang. Dokter bisa memberi resep obat-obatan karena biasanya pemakai narkoba mempunyai penyakit karena penggunaan obat-obatan yang berlebihan sebelumnya.
Yang paling penting dalam masa ini adalah pendampingan keluarga. Peran keluarga sangat besar dan sangat diperlukan disini. Tak boleh bekas pecandu ini di biarkan sendiri di keramaian.Â
Bila kuliah dilanjutkan, umumnya, yang dilakukan adalah pindah tempat kuliah. Bila ingin kuliah ditempat yang sebelumnya, harus ada yang berdedikasi ketat untuk mengantar jemput untuk menghalangi bandar atau pengedar mendekati lagi. Bila ditempat keramaian, mall misalnya, jangan dibiarkan mantan pencandu ini sendirian. Bahkan bila akan masuk ke toilet, perlu pendampingan di awalnya. Bisa saja ditoilet ada pemicu yang memantik ingatan otak untuk kembali mencari narkoba.Â
Dianti, sempat kembali harus didetoksifikasi ulang. Ini terjadi karena di toilet wanita di sebuah mall, dia mendengar suara 'klik-klik' korek api dinyalakan. Suara ini memantik ingatan diotaknya dan memicunya untuk mendapatkan narkoba yang baginya bisa membantunya tenang. Pemicu bagi masing-masing mantan pecandu berbeda-beda. Pengawasan ketat perlu dilakukan. Lengah sedikit, akibatnya bisa panjang. Mengulang proses rehabilitasi dari awal lagi. Â
Setelah hampir dua tahun yang berat dan biaya yang tak sedikit. Dari coba-coba untuk menjaga tetap langsing seperti artis idolanya, namun tak sanggup berhenti, akhirnya Dianti dinyatakan sembuh dari ketergantungannya.
Bila mendapati prestasi kuliah atau kerja anjlok tiba-tiba atau ada anggota keluarga mengalami tanda-tanda yang dialami Dianti, waspadalah. Â Sebaiknya dilakukan pengamatan yang lebih detil. Bila yakin ada keanehan, segera konsultasikan kepada dokter atau pihak yang memahami kondisi seperti ini.Â
Lebih baik berjaga-jaga. Bila sudah kecanduan, upaya melepaskannya menguras waktu, biaya dan tenaga.  Belum lagi hal negatif yang muncul. Biasanya pecandu sudah tak memiliki rasa malu atau rasa tanggung jawab. Pada kasus Dianti, ternyata dia menggadaikan  mobil yang diberikan ayahnya untuk kuliah. Perhiasan yang diberikan orang tua juga sudah lenyap entah kemana. Barang berharga milik ibunya juga menghilang tanpa bekas. Anak ini rela mencuri barang-barang berharga yang ada di rumah. Segala cara dilakukan untuk mendapatkan uang pembeli narkobanya.
Yang pasti berperan penting dalam proses ini adalah keluarga. Keluarga yang bersedia terus mendampingi dan memberi dukungan merupakan faktor penting dalam proses pemulihan. Setiap pencandu membutuhkan dukungan dan bantuan dari pihak lain terutama keluarga.
Umumnya mereka mengalami perubahan emosi dan kondisi psikis yang tak stabil, selain keadaan fisik yang berubah drastis. Disorientasi ruang dan waktu juga menyertai pada periode ini. Untuk itu, diperlukan sesi konseling dan rehabilitasi, baik rehabilitasi medik maupun rehabilitasi sosial. Tak hanya fisik yang harus disembuhkan, tapi mental juga harus dikuatkan. Penguatan rohani juga sangat membantu. Mengisi hari dengan kegiatan-kegiatan yang berguna dan positif sangat dibutuhkan.
Keluarga yang tidak menghakimi, mau mendengar, saling mendukung, tak saling menyalahkan akan menumbuhkan keinginan pecandu untuk lepas dari kecanduannya.
Terimakasih RA
Sumber Referensi :
- https://kbbi.web.id/candu
- 4 Langkah Cara Mengatasi Kecanduan Narkoba https://bnn.go.id/4-langkah-cara-mengatasi-kecanduan-narkoba/
- https://bnn.go.id/keluarga-miliki-peran-strategis-bantu-pemulihan-penyalah-guna-narkoba-2/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H