Rasanya aku ikut berdebar-debar, menahan nafas saat ada seorang peserta melaju, memacu diri agar sampai di penghujung tantangan.Â
Mendesah kecewa jika ada peserta yang gagal ditengah jalan. Ikut berteriak senang bila ada yang melaju sampai tiba di atas dan memencet bel tanda selesai.Â
Puluhan orang berlomba, menampakkan kebolehannya mengalahkan rintangan yang sangat menantang. Memanjat, mengayun, berlari menjadi satu. Tak cuma keseimbangan, kekuatan otot tangan dan kaki juga harus prima.Â
Tubuh yang lentur dan strategi untuk melewati tantangan juga membantu. Nama acara ini adalah Australian Ninja Warrior. Meski ini bukan episode terbarunya, tayangan ulang ini masih menarik disaksikan.
Namun bukan itu yang menarik perhatianku. Ada beberapa peserta ternyata bukan orang sehat dan hidup normal. Beberapa mempunyai keterbatasan fisik.Â
Ada yang baru melangkah dari maut karena kecelakaan mobil. Ada pula yang baru  pulih kesehatannya atau mempunyai keterbatasan dengan banyak pin di punggungnya karena suatu penyakit.Â
Mereka mencoba untuk membutikan bahwa diri mereka mampu melakukan apa yang mereka ingin lakukan. Syukur-syukur bisa menang. Jika tidak-pun mereka membuktikan bahwa kelemahan fisik bukan akhir kehidupan.
Ada satu perserta yang membuatku bertahan memperhatikannya. Orang yang bernama James Sayers yang mendaftar ini mengidap suatu sindrom. Pembawa acaranya menyebutkan bahwa peserta ini menderita Sindrom Tourette.Â
Saat akan memulai start, terlihat tubuhnya bergerak-gerak berulang berulang-ulang. Nampak seperti ada energi meledak-ledak setiap waktu di luar kontrolnya.