Mengamati tren market online, harga kamar selalu dinamis mengikuti pasar. Harga pada pagi dan siang hari bisa jauh beda.
Pagi hari, harga-harga lebih menggiurkan. Belum lagi tawaran paket flash deal di tengah malam, akan penuh kejutan.
Analisa sederhana terkait tren market online:
Pertama, jika harga kamar statis, tak bergerak, signal kamar-kamar tak banyak terjual.
Kedua, absennya staf e-commerce penyebab harga statis di layar. Harga-harga jadi mandek, sepi pengunjung, takada pergerakan.
Ketiga, tak sedikit hotel memasang harga tinggi di OTA dengan alasan prestise. Hal ini biasanya terjadi pada hotel-hotel yang sangat menjaga brand terutama di tengah hotel pesaing (positioning).
Keempat, harga tinggi pada tanggal tertentu, tanda kamar hotel sudah penuh namun menyisakan alokasi kamar. Harga dibandrol tinggi (yielding).
Kelima, jika kamar kosong, coba saja ujug-ujug datang ke hotel. Biasanya masih tersedia, dipatok harga tinggi.
Sebaliknya, jika perubahan harga kamar pada pagi hari, siang, malam semakin atraktif, artinya kamar banyak peminat alias laris manis.
Sebenarnya permohonan Reita agar harga setidaknya sama dengan harga online, hotel masih diuntungkan. Bahkan harga diskon menjadi daya tarik tamu yang akan menjadi pelanggan.
Diskon IDR 50 ribu hingga IDR 100 ribu dari harga online, nilai yang tidak besar dan dapat diterima. Anggap saja sebagai pengganti komisi pada agen.