PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID
Oleh Catur Putri Wibawanti, S.Pd
Calon Guru Penggerak Angkatan 7 Kabupaten Jombang
Â
Banyak hal yang menarik yang dapat dipelajari oleh calon guru penggerak, demikian juga pembelajaran dalam modul ini terutama tentang pengelolaan program yang berdampak pada murid. Sebagai pemimpin pembelajaran, ketika ingin memutuskan untuk menyusun suatu program atau kegiatan dalam pengembangan sekolah, tidak bisa dilakukan begitu saja seperti apa yang diinginkan tanpa didasari oleh pemikiran dan pertimbangan yang matang. Beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan agar keputusan menjadi efektif dalam menyusun suatu program sekolah harus melalui beberapa tahap, dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, mentoring hingga evaluasi.Â
Keterkaitan antar materi yang disajikan dalam modul 3.3 dapat ditarik benang merah yaitu dalam merencanakan suatu program sekolah yang berdampak pada murid, hendaknya tujuan program tersebut mengandung unsur-unsur tahapan BAGJA (Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana dan Atur eksekusi) dan menggunakan strategi MELR (Monitoring, Evaluation, Learning and Reporting) serta Manajemen Resiko. Sebelum menyusun program yang berdampak pada murid melalui tahapan BAGJA, perlu dipahami terlebih dulu hal-hal berikut ini:
Apa itu kepemimpinan murid (student agency)?
Konsep kepemimpinan murid sebenarnya berakar pada prinsip bahwa murid memiliki kemampuan dan keinginan untuk secara positif mempengaruhi kehidupan mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka. Kepemimpinan murid dapat dilihat sebagai kapasitas untuk menetapkan tujuan, melakukan refleksi dan bertindak secara bertanggung jawab untuk menghasilkan perubahan. Kepemimpinan murid adalah tentang murid yang bertindak secara aktif, dan membuat keputusan serta pilihan yang bertanggung jawab, daripada hanya sekedar menerima apa yang ditentukan oleh orang lain.
Ketika murid menunjukkan agency dalam pembelajaran mereka sendiri, yaitu ketika mereka berperan aktif dalam memutuskan apa dan bagaimana mereka akan belajar, maka mereka cenderung menunjukkan motivasi yang lebih besar untuk belajar dan lebih mampu menentukan tujuan belajar mereka sendiri. Lewat proses yang seperti ini, murid-murid akan secara alamiah mempelajari keterampilan belajar (belajar bagaimana belajar). Keterampilan belajar ini adalah sebuah keterampilan yang sangat penting, yang dapat dan akan mereka gunakan sepanjang hidup mereka dan bukan hanya untuk saat ini.
Apa itu pengelolaan program yang berdampak positif pada murid?
Program yang memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik. Pengelolaan program yang berdampak positif pada murid yang mengajak para guru untuk berefleksi dan melihat kembali perspektif atau cara pandang kita tentang program yang berdampak positif pada murid. Program-program sekolah, baik program intrakurikuler, kokurikuler, atau ekstra kurikuler dapat mendorong kepemimpinan murid (student agency).
Mendorong kepemimpinan murid dalam program sekolah tidak hanya murid belajar menjadi individu yang lebih bertanggung jawab, berdaya, dan kontributif tetapi juga memiliki pengalaman dan kebermaknaan diperoleh dari proses belajar selama mengikuti program-program sekolah. Hal ini akan memberikan bekal murid menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat berdampak positif dari proses belajar yang dilalui dan tentunya akan dapat terus dirasakan oleh murid di sepanjang hidupnya.
Bagaimana perasaan Anda setelah mempelajari modul ini?
Sesudah mempelajari materi pengelolaan program yang berdampak positif pada murid, penulis semakin tahu dan sadar bahwa tugas guru adalah membimbing dan menuntun murid agar mereka mampu memimpin proses belajarnya sendiri sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Semakin percaya diri untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada murid untuk menguatkan kepemimpinan murid (student agency) terutama mengaitkan penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Dimana murid mampu mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya.
Guru harus sadar dan terencana terus terbangun dan menguatkan kepemimpinan murid (student agency) dengan memberikan ruang dan melibatkan murid dalam memberikan suara (voice), pilihan (choice) dan kepemilikan (ownership) murid. Memberdayakan murid saat program sekolah direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi sehingga terwujudnya lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid.
Guru menyadari murid sebagai mitra bagi guru dalam pembelajaran, mengupayakan terwujudnya lingkungan sekolah yang mendukung tumbuhnya murid-murid yang mampu menjadi pemimpin dalam proses pembelajarannya sendiri dan menerapkan konsep kepemimpinan murid dalam penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Apa intisari yang Anda dapatkan dari modul ini?
Pentingnya kepemimpinan murid (student agency) dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, yaitu berakhlak mulia, berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif. Murid menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran sebenarnya memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership). Lewat suara, pilihan, dan kepemilikan inilah murid kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri.Â
Tugas guru menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya di mana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dalam apa yang mereka pikirkan, niat yang mereka tetapkan, bagaimana mereka melaksanakan niat mereka, dan bagaimana mereka merefleksikan tindakan mereka.
Lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid memiliki beberapa karakteristik, yaitu 1) Menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif, 2) Keterampilan berinteraksi sosial secara positif, 3) Keterampilan dalam proses pencapaian tujuan akademik maupun non-akademik, 4) Menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya, 5) Membuka wawasan menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun golongan, 6) Menempatkan murid sedemikian rupa sehingga terlibat aktif dalam proses belajarnya sendiri, 7) Menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di tengah kesempitan dan kesulitan.
Apa keterkaitan yang dapat Anda lihat antara Modul ini dengan modul-modul sebelumnya?
Pengelolaan program sekolah tentunya harus berdampak pada murid dengan terlebih dahulu melakukan langkah-langkah berupa merancang dan mengelola program sekolah secara cermat dan tepat. Keterkaitan modul ini dengan modul-modul sebelumnya saling mendukung dan melengkapi dalam proses pembelajaran berpihak pada murid.
Modul 1.1 Filosofi Ki Hajar Dewantara.
Guru mempunyai peran penting untuk menuntun segala tumbuh kembang kodrat yang ada pada anak-anak sehingga mereka dapat bahagia dan selamat sebagai individu masyarakat, sehingga dalam mengelola program sekolah yang berdampak pada murid hendaknya melibatkan murid dan memperhatikan pengembangan potensi atau kodrat murid.
Modul 1.2 Nilai dan peran guru penggerak.
Perlu diingat Kembali bahwa Nilai-nilai yang harus dimiliki seorang guru penggerak ada lima nilai yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Adapun peran seorang guru penggerak selain sebagai pemimpin pembelajaran juga sebagai penggerak komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, dan mewujudkan kepemimpinan murid.
Nilai dan peran dari guru penggerak tentu tidak terlepas dari cita-cita mulia untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila dan merdeka belajar, oleh karena itu guru penggerak seyogyanya melaksanakan seluruh perannya dalam mengembangkan program sekolah yang berdampak pada murid.
Modul 1.3 Visi guru penggerak.Â
Dengan berpengang pada nilai dan peran guru penggerak, Guru harus memiliki visi yang mengarah kepada perubahan, baik perubahan di kelas maupun perubahan di sekolah. Untuk mencapai perubahan tersebut guru perlu mengenal pendekatan manajemen perubahan. Manajemen pendekatan perubahan disebut Inkuiri Apresiatif (IA). Dalam merencanakan dan mengelola program yang berdampak pada murid dilakukan dengan menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif model BAGJA, dengan terlebih dahulu memetakan aset atau sumber daya sekolah beserta pemanfaatannya dan mengembangkan potensi atau aset yang dimilki untuk merencanakan program sekolah yang berdampak pada murid.
Modul 1.4. Budaya Positif.
Lingkungan sangat berperan dalam mendukung perkembangan potensi, minat dan profil belajar murid terutama kekuatan kodrat pada anak-anak. Lingkungan yang positif adalah lingkungan yang memiliki budaya positif yaitu budaya menjunjung nilai-nilai kebajikan universal. Ibarat petani, guru hendaknya dapat mengoptimalkan sumber daya lingkungan positif yang dapat mendukung program yang berdampak pada murid.
Modul 2.1 Pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid.
Guru dapat menggunakan pembelajaran berdiferensiasi untuk memberikan layanan pembelajaran yang berpihak pada murid. Pembelajaran berdiferensiasi ini merupakan solusi atas beragamnya karakteristik dan kecerdasan murid. Sebelum merencanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru hendaknya melakukan pemetaan terhadap kebutuhan belajar, minat dan profil belajar murid. Hal ini dilakukan untuk mengetahui aset atau kekuatan yang dimiliki oleh murid.
Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosisonal.
Guru dilatih dan diasah untuk mampu mengembangkan kompetensi sosial emosional pada diri murid. Teknik kesadaran diri (mindfulness) menjadi strategi pengembangan lima kompetensi sosial emosional yang didasarkan pada program yang berpihak pada murid dan mewujudkan merdeka belajar dan budaya positif di sekolah.
Modul 2.3, Coaching untuk supervisi akademik.
Coaching sebagai teknik atau strategi seorang pemimpin pembelajaran untuk menuntun anak dan menggali potensi yang dimiliki oleh anak. Coaching juga memberikan keleluasaan anak untuk berkembang dan menggali proses berpikirnya.
Dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid, coaching dapat digunakan sebagai strategi untuk mengembangkan sumber daya murid, mengembangkan kepemimpinan murid, menggali potensi murid untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu keselamatan dan kebahagiaan anak setinggi-tingginya. Selain Coaching pada murid, coaching juga dapat digunakan sebagai bagian dari supervise akademik yang bertujuan untuk menggali potensi seorang guru (sebagai coachee) dalam melaksanakan pembelajarannya sehingga juga akan berdampak pada murid.
Modul 3.1 Pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan seorang pemimpin.
Guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat mengambil keputusan secara bijak, yaitu keputusan yang berpihak pada murid. Pengambilan keputusan tersebut hendaknya memperhatikan 3 prinsip berfikir, 4 paradigma pengambilan keputusan dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan terutama berkaitan dengan dilema etika atau bujukan moral. Hal ini untuk mendorong rasa percaya diri, keselamatan dan kebahagiaan murid serta seluruh pihak yang terkait.
Modul 3.2 Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya.
Guru sebagai pemimpin pembelajaran maupun pengelola program sekolah harus dapat memetakan dan mengidentifikasi aset-aset yang ada di sekolah, baik aset yang berupa unsur biotik maupun abiotik. Pendekatan berbasis aset/kekuatan (asset based thinking) akan lebih dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh sekolah sebagai komunitas belajar, dibandingkan dengan pendekatan berbasis masalah/kekurangan (deficit based thinking). Paradigma berpikir harus melihat sisi positif yang dimiliki oleh sekolah. Dengan berfokus pada aset yang dimiliki, maka pengelolaan program yang berdampak pada murid dapat terencana dan terlaksana dengan baik.
Modul 3.3 Pengelolaan program yang berdampak positif pada murid.
Pengembangan sekolah dengan memanfaatkan 7 aset atau modal yang dimiliki sekolah. Yaitu modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial, modal politik, modal agama dan budaya. Dengan mengetahui modal atau sumber daya yang ada di sekolah, maka sebagai pemimpin guru harus bisa memetakan 7 aset tersebut dan mengoptimalkan pengelolaannya untuk peningkatan pembelajaran di sekolah sehingga dapat mewujudkan program yang berdampak positif pada murid.
Jelaskan perspektif program yang berdampak positif pada murid dan bagaimana program atau kegiatan sekolah harus direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi agar program dapat berdampak positif pada murid?
Program yang berdampak positif pada murid adalah inisiasi dan dan pengelolaan sekolah yang melibatkan kepemimpinan murid (student agency) dengan memberikan ruang dan mempromosikan suara, pilihan dan kepemilikan yang akhirnya akan terwujudkan rasa Bahagia, sejahtera (well-being) dan budaya positif di sekolah. Kodrat anak yang memiliki ragam potensi dan bakat dapat tergali dan dituntun untuk memperoleh kebahagian yang setinggi-tingginya.
Mengenali program atau kegiatan sekolah dengan perencanaan, pelaksanaan dan refleksi evaluasi dilakukan secara kolaboratif dan memberdayakan aset/kekuatan sumber daya yang dimiliki sekolah tentu akan berdampak positif pada murid terpenuhi secara menyeluruh.
Perencanaan program hendaknya dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan murid dan beberapa komponen terkait, berdasarkan kebutuhan murid dengan mewujudkan lingkungan yang berkarakteristik dalam menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. Selain itu program tersebut juga harus didukung dengan sumber daya, aset, modal, potensi, kekuatan yang dimiliki sekolah melalui prakarsa perubahan dengan paradigma inkuiri apresiatif BAGJA, memberikan ruang murid pada suara, pilihan dan kepemilikan.
Pelaksanaan program atau kegiatan ini memberdayakan murid untuk menjadi pemimpin dalam proses belajarnya sendiri. Murid mampu mempromosikan suara, pilihan, kepemilikan sendiri melalui proses yang memerdekakan sehingga murid mampu menjadi agen perubahan dan guru menjadi mitra belajar murid dengan menuntun dan memberikan umpan balik (feedback) atas capaian perkembangan belajar murid.
Evaluasi terhadap program atau kegiatan ini maka guru dan murid berkolaboratif melakukan penilaian, refleksi evaluasi secara menyeluruh, sistematis, berkala dan berkelanjutan untuk mengukur seberapa efektif dampak positif yang diharapkan muncul. Kegiatan reflektif evaluasi untuk mengetahui apakah program atau kegiatan sudah efektif memenuhi tujuan yang diharapkan dan apakah program atau kegiatan telah mampu menumbuhkembangkan kepemimpian murid (suara, pilihan, kepemilikan).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H