Di depan saya terlihat sebuah mobil yang aneh. Bentuknya mirip dengan mobil pemadam kebakaran, dan baru kali ini saya melihatnya. Untuk memuaskan hasrat ingin tahu, saya pun bertanya kepada karyawan Newmont yang menemani saya waktu itu. Sekaligus memastikan apakah ini yang namanya proses reklamasi.
Saya pun mendapat jawaban, dan rasa penasaran saya terjawab. Mobil yang mirip dengan pemadam kebakaran itu dan sedang menyemprotkan air tadi adalah salah satu alat yang membantu proses reklamasi. Memang mobil tadi sedang menyemprotkan air yang tercampur oleh bibit rumput dan beberapa tumbuhan ilalang. Seperti yang saya duga sebelumnya, ini adalah proses awal reklamasi, sebelum pada akhirnya area ini akan menjadi hutan lagi seperti yang ada di bagian bawah.
[caption id="attachment_348713" align="aligncenter" width="512" caption="Ini adalah salah satu proses reklamasi untuk menghijaukan area pertambangan yang sudah tidak terpakai lagi."]
Proses reklamasi area tambang yang tidak terpakai sendiri memerlukan beberapa tahapan. Tanah kering dan batuan tandus disebelah kiri saya tadi sebenarnya adalah tahap paling awal dari proses reklamasi. Batuan itu disusun dan ditata sedemikian rupa dan pada kemiringan tertentu. Setelah siap baru ditumpuk lagi dengan lapisan top soil (lapisan tanah). Lapisan top soil yang digunakan adalah tanah yang tidak terpakai ketika dilakukan pembukaan tanah sebelum dimulainya pertambanngan. Jadi tanah itu tidak dibuang, tetapi disimpan untuk proses reklamasi nantinya.
Ketika proses penambahan lapisan tanah sudah selesai, proses selanjutnya adalah dengan penamasangan jejaring yang terbuat dari serabut kelapa (biasa disebut comnet). Fungsi dari jejaring tadi adalah untuk menahan lapisan tanah agar tidak terbawa air dan terkena erosi ketika dilakukan penyemprotan bibit ataupun karena hujan. Karena, apabila tanah tergerus erosi, pastilah proses reklamasi akan gagal.
[caption id="attachment_348714" align="aligncenter" width="512" caption="Sebelum direklamasi (kiri), setelah direklamas (kanan)."]
Proses selanjutnya sendiri adalah penyebaran bibit tanaman perdu atau rumput. Selain berfungsi sebagai pemulai ekosistem, rumput yang akan tumbuh ini nantinya digunakan penanda apakah area reklamasi ini siap ditanami oleh tumbuhan lain apa belum. Setelahnya pun penyemprotan air juga dilakukan secara teratur.
Jika proses penanaman rumput sukses, dan dapat tumbuh dengan baik, maka secara bertahap tanaman lain akan ditanam. Biasanya bibit yang ditanam akan disesuaikan dengan vegetasi asli yang tumbuh disekitar area tambang. O iya, ternyata proses reklamasi ini lumayan mahal juga loh. Untuk lahan seluas satu hektar akan memerlukan biaya sekitar 1 milyar. Terjawab sudah kenapa banyak perusahan tambang yang tidak didukung dengan dana yang kuat lebih memilih membiarkan alam rusak terbengkalai.
[caption id="attachment_348715" align="aligncenter" width="512" caption="Setelah siap, akan ditanami pepohonan yang disesuaikan dengan vegetasi sekitar."]
[caption id="attachment_348716" align="aligncenter" width="512" caption="Seorang karyawan sedang menanam pohon di area reklamasi."]
[caption id="attachment_348717" align="aligncenter" width="512" caption="Bibit pohon yang akan ditanam."]