Mohon tunggu...
Rijal Fahmi Mohamadi
Rijal Fahmi Mohamadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Traveler | Travel Blogger at catperku.com | Penulis Buku The Traveler Notes : BALI, THE ISLAND OF BEAUTY

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Reklamasi, Mengubah Batuan Menjadi Hutan!

31 Januari 2015   00:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:04 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di depan saya terlihat sebuah mobil yang aneh. Bentuknya mirip dengan mobil pemadam kebakaran, dan baru kali ini saya melihatnya. Untuk memuaskan hasrat ingin tahu, saya pun bertanya kepada karyawan Newmont yang menemani saya waktu itu. Sekaligus memastikan apakah ini yang namanya proses reklamasi.

Saya pun mendapat jawaban, dan rasa penasaran saya terjawab. Mobil yang mirip dengan pemadam kebakaran itu dan sedang menyemprotkan air tadi adalah salah satu alat yang membantu proses reklamasi. Memang mobil tadi sedang menyemprotkan air yang tercampur oleh bibit rumput dan beberapa tumbuhan ilalang. Seperti yang saya duga sebelumnya, ini adalah proses awal reklamasi, sebelum pada akhirnya area ini akan menjadi hutan lagi seperti yang ada di bagian bawah.

[caption id="attachment_348713" align="aligncenter" width="512" caption="Ini adalah salah satu proses reklamasi untuk menghijaukan area pertambangan yang sudah tidak terpakai lagi."]

14226139402133077146
14226139402133077146
[/caption]

Proses reklamasi area tambang yang tidak terpakai sendiri memerlukan beberapa tahapan. Tanah kering dan batuan tandus disebelah kiri saya tadi sebenarnya adalah tahap paling awal dari proses reklamasi. Batuan itu disusun dan ditata sedemikian rupa dan pada kemiringan tertentu. Setelah siap baru ditumpuk lagi dengan lapisan top soil (lapisan tanah). Lapisan top soil yang digunakan adalah tanah yang tidak terpakai ketika dilakukan pembukaan tanah sebelum dimulainya pertambanngan. Jadi tanah itu tidak dibuang, tetapi disimpan untuk proses reklamasi nantinya.

Ketika proses penambahan lapisan tanah sudah selesai, proses selanjutnya adalah dengan penamasangan jejaring yang terbuat dari serabut kelapa (biasa disebut comnet). Fungsi dari jejaring tadi adalah untuk menahan lapisan tanah agar tidak terbawa air dan terkena erosi ketika dilakukan penyemprotan bibit ataupun karena hujan. Karena, apabila tanah tergerus erosi, pastilah proses reklamasi akan gagal.

[caption id="attachment_348714" align="aligncenter" width="512" caption="Sebelum direklamasi (kiri), setelah direklamas (kanan)."]

1422614017603466690
1422614017603466690
[/caption]

Proses selanjutnya sendiri adalah penyebaran bibit tanaman perdu atau rumput. Selain berfungsi sebagai pemulai ekosistem, rumput yang akan tumbuh ini nantinya digunakan penanda apakah area reklamasi ini siap ditanami oleh tumbuhan lain apa belum. Setelahnya pun penyemprotan air juga dilakukan secara teratur.

Jika proses penanaman rumput sukses, dan dapat tumbuh dengan baik, maka secara bertahap tanaman lain akan ditanam. Biasanya bibit yang ditanam akan disesuaikan dengan vegetasi asli yang tumbuh disekitar area tambang. O iya, ternyata proses reklamasi ini lumayan mahal juga loh. Untuk lahan seluas satu hektar akan memerlukan biaya sekitar 1 milyar. Terjawab sudah kenapa banyak perusahan tambang yang tidak didukung dengan dana yang kuat lebih memilih membiarkan alam rusak terbengkalai.

[caption id="attachment_348715" align="aligncenter" width="512" caption="Setelah siap, akan ditanami pepohonan yang disesuaikan dengan vegetasi sekitar."]

1422614112763024598
1422614112763024598
[/caption]

[caption id="attachment_348716" align="aligncenter" width="512" caption="Seorang karyawan sedang menanam pohon di area reklamasi."]

14226143002072232789
14226143002072232789
[/caption]

[caption id="attachment_348717" align="aligncenter" width="512" caption="Bibit pohon yang akan ditanam."]

14226143502133104668
14226143502133104668
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun