Mohon tunggu...
Catherin Widjaja
Catherin Widjaja Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Semarang

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pasukan Tempur Tubuh

24 November 2017   20:14 Diperbarui: 24 November 2017   20:41 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Setiap hari kita pasti melakukan berbagai aktivitas yang berhubungan dengan lingkungan sekitar misalnya saja bernafas maupun memegang benda. Dengan adanya aktivitas seperti itu pasti tubuh kita akan berinteraksi dengan bakteri. 

Dalam setiap kesempatan, bakteri bisa masuk melalui bagian tubuh mana saja, kemudian berkembangbiak dan merusak kualitas darah. Kalau memang demikian, mungkinkah setiap individu dapat terserang penyakit karena aktivitasnya?

Kita tidak perlu khawatir dengan hal tersebut, karena tubuh kita memiliki benteng pertahanan dan juga pasukan tempur. Pasukan tempur ini tak henti-hentinya bertempur dan memberantas bakteri untuk melindungi tubuh kita. Nah, mungkin kalian bingung dengan kata "pasukan tempur". Pasukan tempur ini tidak lain adalah sel darah putih atau leukosit. 

Ternyata jumlah leukosit dalam darah manusia hanya sekitar 0,5% dari total darah manusia. Seperti yang kita ketahui darah kita terdiri dari eritrosit, trombosit, dan leukosit. Eritrosit atau sel darah merah memiliki jumlah sekitar 4.800.000 sel/mm3dan berbentuk tetap yaitu bikonkaf, sementara trombosit memiliki jumlah sekitar 150.000-400.000 sel/mm3 dan berbentuk kepingan darah, sedangkan sel darah putih memiliki jumlah sekitar 5000-10.000 sel/mm3 dan bentuknya berubah-ubah.

Mengapa leukosit bentuknya berubah-ubah? Hal ini digunakan leukosit untuk mengubah bentuknya untuk memudahkan

Ia untuk menjalankan fungsinya yaitu melawan bakteri yang masuk dalam tubuh kita. Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda asing yang berbahaya bagi tubuh. 

Leukosit memiliki beberapa sifat sebagai sebuah pasukan tempur yaitu fagosit, amoeboid, dan diapedesis. Ketiga sifat itu mendukung leukosit untuk melaksanakan fungsi utamanya. Pasukan tubuh kita ini dibedakan menjadi dua berdasarkan ada tidaknya granula, yaitu granular (memiliki granula) dan agranular (tidak memiliki granula)

Nah, pada artikel kali ini saya akan membahas salah satu sifat leukosit yang sudah saya sebutkan di atas, yaitu diapedesis. Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan sifat diapedesis? 

Diapedesis adalah kemampuan sel darah putih untuk menembus atau keluar dari dinding pembuluh darah kapiler melewati celah antara dua endotel untuk mencapai tempat yang dituju, misalnya saja tempat kuman penyakit yang akan dilawan oleh leukosit. Jadi, diapedesis merupakan salah satu respon dari tubuh dalam proses inflamasi. Siapa yang bisa melakukan sifat tersebut? Apakah hanya granular? Apakah hanya agranular? Atau bahkan keduanya bisa melakukan sifat tersebut? Mari kita mengetahui jawabannya dari penjelasan di bawah ini.

Setelah mengetahui lebih lanjut mengenai leukosit, menurut saya, sifat diapedesis dapat dilakukan oleh granular maupun agranular.

Leukosit merupakan sel darah yang fungsi utamanya sebagai pertahanan diri dan sangat berperan dalam proses inflamasi. Dengan adanya fungsi tersebut, dapat diketahui bahwa di setiap tetes darah kita mengandung leukosit yang akan terus mengalir dan terus diproduksi lagi. Mengapa di setiap tetes darah kita terdapat leukosit? Karena yang perlu untuk dilindungi dari kuman penyakit yang tidak hanya terletak di satu bagian saja tetapi semua bagian sehingga leukosit harus berada di setiap bagian tubuh.

Mungkin muncul pertanyaan mengapa granular dan agranular bisa melakukan diapedesis? Untuk lebih lanjut mari kita simak penjelasan di bawah ini.

Pertama saya akan membahas granular yang bisa melakukan sifat diapedesis. Granular adalah leukosit yang mengandung granula atau butiran pada sitoplasmanya. Jumlahnya hampir 75% dari total sel darah putih dan dibuat di dalam sumsum tulang oleh jaringan retikulo endotelium. Granular sendiri terbagi lagi menjadi 3 jenis berdasarkan reaksi granulanya terhadap zat pewarna, yaitu neutrofil, basofil, dan eosinofil.

Dari 3 jenis granular tersebut yang merupakan pasukan tempur utama adalah neutrofil. Mengapa pasukan tempur utamanya adalah neutrofil? Alasan yang pertama adalah jumlah neutrofil yang berlimpah yaitu sekitar 50-60% dari total leukosit yang diproduksi di sum-sum tulang kuning sehingga jumlah yang banyak dapat membunuh kuman yang banyak pula. Alasan yang kedua adalah neutrofil memiliki senjata yaitu granulanya mengandung antimikroba efektor yang bisa merusak dan membunuh mikroba. Alasan yang ketiga adalah neutrofil merupakan sel pertama yang bermigrasi ke tempat infeksi.

Mungkin sekarang timbul pertanyaan, bagaimana cara neutrofil bermigrasi ke tempat infeksi? Mari kita simak penjelasan di bawah ini.

Ketika kita mengalami luka, misalnya akibat tergores benda tajam, luka ini merupakan media yang paling tepat untuk masuk dan berkembangnya bakteri di dalam tubuh. Bakteri tersebut akan mengeluarkan racun yang akan merusak jaringan tubuh. Kondisi ini akan mengaktifkan pengiriman sel darah putih dari pembuluh darah ke daerah yang mengalami kerusakan jaringan.

Tahapan pengiriman sel darah putih adalah sebagai berikut :

  • Sel darah putih mengalir mendekati endotel pembuluh darah (marginasi).
  • Sel darah putih mendara pada dinding endotel pembuluh darah dengan cara menggelinding.
  • Sel darah putih berhenti dengan melekat pada reseptor di permukaan endotel (adhesi).
  • Sel darah putih mengalami emigrasi dengan cara menembus dinding endotelium dan membran basal di bawah endotelium. Keluarnya sel darah putih ini secara diapedesis.
  • Sel darah putih bermigrasi di jaringan interstisium menuju ke pusat inflamasi karena adanya stimulus kemotaktik.

Alasan mengapa neutrofil bisa melakukan diapedesis adalah karena adanya utiran gelatinase yang membentu neutrofil keluar dari aliran darah dan bermigrasi melalui jaringan untuk sampai ke lokasi infeksi.

Leukosit granular yang kedua adalah basofil. Kadar basofil pada leukosit adalah sekitar 1%. Basofil memiliki banyak granula pada sitoplasmanya, memiliki 2 lobus, dihasilkan di sum-sum tulang kuning. Basofil merupakan bagian dari leukosit granular yang bisa melakukan diapedesis. 

Mengapa basofil bisa melakukan diapedesis? Karena basofil berfungsi mengeluarkan histamin dan heparin ketika terjadi alergi atau benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Hal ini akan menjadi sinyal bagi kita jika tubuh kita sedang terinfeksi benda asing. Nah, dalam membantu tubuh untuk melawan benda asing ini, basofil akan menembus pembuluh darah menuju ke tempat yang terinfeksi untuk memberikan histamin dan heparin tersebut.

Kemudian leukosit granular yang ketiga adalah eosinofil, kadarnya pada leukosit adalah sekitar 1-3% dan diproduksi di sum-sum tulang kuning. Eosinofil memiliki granula pada sitoplasmanya dan memiliki 2 lobus. Eosinofil memiliki fungsi sebagai fagosit walaupun ia merupakan fagosit yang lemah, tidak sekuat neutrofil. 

Ia bertugas untuk membunuh parasit dalam jangka waktu 8-12 hari dan juga berperan dalam detoksifikasi histamin (dapat mengurangi permeabilitas dinding endotelium). Pada waktu menjalankan tugasnya untuk membunuh parasit, eosinofil akan keluar bergerak ke daerah yang meradang tersebut untuk difagosit dan dengan adanya fungsi untuk detoksifikasi histamin, eosinofil juga dapat membunuh parasit tersebut. Dalam pergerakannya tersebut pasti eosinofil keluar dari pembuluh darah dan masuk ke tempat yang dituju. Hal ini dapat membuktikkan bahwa eosinofil bisa diapedesis.

Sekarang saya akan menjelaskan mengapa agranular bisa melakukan sifat diapedesis. Agranular adalah bagian dari sel darah putih yang tidak memiliki granula atau butiran halus pada sitoplasmanya. Agranular sendiri dibagi menjadi dua yaitu limfosit dan monosit.

Kemampuan diapedesis sangat berguna bagi limfosit khususnya limfosit T. Mengapa bisa seperti itu? Karena kemampuan ini digunakan limfosit T untuk masuk ke dalam timus untuk dilakukan proses pematangan dan kemudian masuk ke dalam kelenjar getah bening untuk aktivasi serta digunakan sel limfosit T jenis efektor untuk masuk ke dalam jaringan untuk melawan infeksi.

Proses diapedesis pada limfosit T ini terjadi melalui multi langkah yang di dalamnya terdapat proses rolling, signaling, adhesi, dan transmigrasi. Berikut adalah tahapan dari setiap prosesnya :

- Rolling

   Mulai terjadinya kontak antara limfosit dan endotelium. Hal ini dibantu oleh adanya reaksi antara selectin dan ligan yang ada pada keduanya.                   Selama terjadi perputaran ini, kemokin pada sel endhothelium dapat berinteraksi dengan reseptor kemokin pada permukaan limfosit.

- Signaling

    Sinyal interaksi antara kemokin dan reseptor kemokinnya menyebabkan kejadian sinyal intraselular yang akan mengaktifkan molekul adhesi.

- Adhesi

    Terjadinya pengikatan afinitas tinggi yang berinteraksi dengan molekul adhesi sel pada dinding vascular yang mengakibatkan penghentian limfosit     dan adhesi.

-  Transmigrasi

Pada proses ini limfosit memilih posisi yang sesuai untuk melintasi endotelium dengan dibantu oleh integrin. Proses ini dapat terjadi melalui                   persimpangan antarasel endotelium yang berdekatan maupun sel endotelium tunggal.

Itu merupakan langkah terjadinya diapedesis pada limfosit T. Sifat diapedsis ini juga bisa dibuktikan dari limfosit T yang dihasilkan oleh organ limpa dan akan dimatangkan di organ timus. Untuk mencapai organ tersebut, limfosit T harus keluar dari pembuluh darah dan menuju ke timus.

Kemudian bagian kedua dari leukosit agranuler adalah monosit. Kadar monosit pada leukosit adalah sekitar 3-8% dan diproduksi oleh sum-sum tulang kuning, serta memiliki 1 lobus. Monosit ini bisa dibagi menjadi 4, berdasarkan arah perpindahannya, yaitu makrofag yang berpindah ke jaringan ikat, mikrogilia yang berpindah ke jaringan syaraf, dendritik yang berpindah ke jaringan kulit, dan kuper yang berpindah ke hati. 

Dengan pembagian ini, bisa terbukti bahwa monosit bisa melakukan diapedesis. Mengapa? Karena untuk mencapai tujuan perpindahannya diperlukan kemampuan untuk mencapai tujuan tersebut. Monosit perlu menembus tempat asalnya yaitu sum-sum tulang kuning menuju ke tujuannya. Dalam proses itupun dapat dilihat bahwa monosit dapat menembus pembuluh darah karena pasti dalam proses perpindahannya itu, monosit melewati pembuluh darah.

Ada bukti lain yang membuktikan bahwa monosit bisa melakukan diapedesis. Apa bukti lain tersebut? Pasti kalian tahu apa itu makrofag yang saya sebutkan di atas tadi. Makrofag adalah perkembangan dari monosit. Monosit akan mengalir melalui pembuluh darah dan ketika keluar dari pembuluh darah ini, monosit akan berubah menjadi makrofag. 

Kemudian makrofag ini bersifat fagosit kuat seperti neutrofil. Seperti pembuktian-pembuktian sebelumnya, jika leukositnya merupakan fagosit pasti leukosit tersebut bisa melakukan diapedesis, karena dibutuhkan kemampuan untuk menembus pembuluh darah dalam proses menuju tujuan tersebut.

Dari bukti-bukti di atas, dapat disimpulkan bahwa diapedesis bisa dilakukan oleh leukosit granular dan agranular karena adanya tujuan mengapa mereka keluar dari pembuluh darah. Proses dari diapedesis tersebut didahului dengan pengecilan sel darah putih yang bisa berubah bentuk sehingga dapat melakukan diapedesis. 

Leukosit granular yang pertama yaitu neutrofil yang melakukan diapedesis untuk membantu dalam proses inflamasi yaitu membunuh kuman atau bakteri yang masuk. Kemudian yang kedua adalah basofil yang melakukan diapedesis untuk memberi histamin pada lokasi infeksi agar bisa menjadi sinyal untuk kita dan yang terakhir adalah eosinofil yang berfungsi sebagai fagosit sehingga melakukan diapedesis untuk menuju lokasi infeksi.

Kemudian leukosit agranular yaitu limfosit dan monosit. Limfosit melakukan diapedesis untuk melakukan perlawanan terhadap kuman penyakit yang masuk dan juga untuk perkembangan menjadi limfosit yang matang, sedangkan monosit melakukan diapedesis untuk berpindah sesuai fungsinya dan digunakan untuk perkembangan menjadi makrofag, dan juga untuk melakukan fungsinya sebagai fagosit yang kuat.

Sekian artikel keempat saya ini semoga bermanfaat bagi para pembaca kompasiana. Bagi para pembaca yang ingin bertanya mengenai materi artikel ini atau memberikan kritik dan saran bisa langsung bertanya pada kolom komentar yang ada dibawah agar artikel berikutnya bisa lebih baik dan lebih bermanfaat bagi pembaca setia kompasiana. Akhir kata penulis akan menutup artikel ini dengan sebuah kutipan : "Belajar bukan hanya mengetahui apa yang harus dilakukan, tapi melakukan apa yang sudah kita ketahui."

Daftar Pustaka :

- Irnaningtyas. 2014. Biologi untuk SMA/MA. Jakarta: Erlangga.

- Laila, Siti. 2007. Biologi Sains dalam Kehidupan. Bandung: Yudhistira.

- www.artikelsiana.com

- www.immunology.org

- www.pelajaran.co.id

- www.sciencedirect.com

- www.sridianti.com

- www.wikipedia.org/makrofaga

- www.wikipedia.org/sel_darah_putih

- www.wikipedia.org/neutrofil

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun