Mencintai adalah Kata Kerja
Jatuh cinta tidak membutuhkan usaha apapun dari orang yang mengalaminya, karena itulah disebut "jatuh". Namun untuk mencintai dan menjaga cinta tetap ada bukanlah hal yang mudah.Â
Dibutuhkan banyak pengorbanan dan usaha yang tak pernah putus. Seperti halnya kesuksesan dalam karir, kesuksesan pernikahan juga tidak dapat dicapai dalam semalam.
Membangun pernikahan bahagia tidak semudah jatuh cinta. Orang luar mungkin hanya akan menyaksikan hasil akhir yang dramatis, namun tak pernah ada yang tau betapa berat perjuangan untuk menuju kesana.
Mencintai identik dengan memberi. Kita dapat memberi tanpa mencintai, namun kita tidak pernah bisa mencintai tanpa disertai dengan pemberian.
Banyak orang yang mengatakan bahwa perceraian terjadi karena kita berhenti untuk mencintai. Bukan berarti rasa cintanya yang hilang, namun tindakan untuk memberi rasa cinta itulah yang sudah tidak dilakukan lagi.
Ada keanehan yang muncul di hampir semua pasangan. Saat berpacaran, mereka tampak tidak malu-malu untuk menunjukkan kemesraan di hadapan semua orang.Â
Bergandengan tangan, berpelukan, bahkan berciuman adalah hal yang sering dilakukan, tak peduli berapa banyak orang yang menyaksikannya.
Tapi sebaliknya, saat mereka telah menikah, hal-hal tersebut justru sangat jarang dilakukan, apalagi di depan umum. Para suami enggan untuk menggandeng tangan istrinya dengan alasan malu dilihat orang.Â
Mencium kening atau tangan istrinya dianggap sebagai tindakan yang cheesy, atau kekanak-kanakan. Mengapa demikian? Bukankah seharusnya setelah menikah justru tindakan tersebut adalah hal yang tidak hanya legal, tetapi juga mampu memperkuat ikatan pernikahan.
Yang digandeng dan dicium adalah istri sendiri, bukan anak gadis orang (belum minta izin sama orangtuanya), atau istri orang (amit-amit).