(S -- 13 tahun) Bel masuk kelas sudah berbunyi, "Where are they? Ms, I'll call them first." "No need, they know the schedule". Lalu 15 menit kemudian, G, Y, K, M, dan K -- 13 tahun, masuk kelas dengan alasan ga denger bel. "Oh, but I remind you, we have rules. This is the second time, I'll tell you homeroom. And the third one, I'll tell your parents."
(W - 13 tahun) "Ms, I was struggeling in Bahasa. I can't do the test." "Start to practice it with your friends. I know you can. You're Indonesian, you can learn it quickly." " And I still can't delete 'her' from my mind." "her?" "ya, the beautiful one with initial G." "It needs time. Just don't push yourself."Â Ada topik-topik lain juga yang dia sampaikan dalam satu waktu, seperti novel yang ia baca, video science yang ditontonnya, dan rencana dengan teman lain setelah pulang sekolah. Ini seperti percakapan berjam-jam dengan topik yang begitu beragam, yang dipaksa untuk dimampatkan menjadi 5 menit olehnya, di lorong sekolah yang ramai hilir mudik, hanya untuk membuat perasaannya sedikit lebih rileks.
Well, saya percaya, temen-temen pasti juga punya segudang memori percakapan kita dengan anak-anak di kelas, yang akan membuat 1 tahun ajaran bersama mereka ini sungguh berarti, tidak hanya untuk mereka; para murid, tapi juga para guru, seperti kita.
https://www.kompasiana.com/catarina74688/63845df108a8b5511738bd02/liburan-ibu-shock-melepas-anak-remajanya-harus-gimana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H