Saat saya lepas dari Puncak 2, saya dan suami akhirnya bertemu. Kami bertukar shift. Saya melanjutkan naik, summit ke Puncak Sejati, sedang suami yang sudah summit duluan, turun untuk menjaga anak. Dia janji akan menunggu saya di pos 5.Â
Sedikit membingungkan saat ga ada signal di situasi seperti ini. Setelah summit, pas saya turun dan sampai pos 5, zonk! Kosong. Mereka ga ada. Ga biasanya seperti ini, biasanya kalau sudah janji, mereka pasti ada. Mungkin karena cuaca panas menyengat, ga nyaman untuk istirahat di pos 5.Â
Tapi kemana mereka ya? Pff, garing banget dari tadi nyummit dan turun sendiri.
Eh wait! Pas duduk di kayu, ada sesuatu di sebelah. Â Ada tulisan pake arang di kayu: "Teni turun Pos 4". Horeeee..., liat tulisan gitu berasa dapet surat cinta. Tapi bener, Geiss.. senengnya tuh bukan main, kayag ga sendiri lagi. Saya pun langsung turun dengan semangat. Setengah jam kemudian.. sepertinya saya kenal gesturnya. "Meiraaa!" saya lihat anak saya jalan terseok sendiri.ÂAnak saya terseok, lamban, namun kali ini arah pulang kan? Jadi semangatnya lebih menyala dibanding sebelumnya. "Bu, mau es krim." "Baik." Apa sih yang ga. Dia sudah berjalan 5 jam naik, that's nice.
Baca juga: Yuk Naik Kereta Api: Moda Transportasi yang Nyaman
Berikut tips mendaki bersama anak remaja.
1. Tetap tawarkan naik bareng, hanya tanpa paksaan. Bila menolak, tetap hargai keputusannya.
2. Beri gambaran jelas tentang jalur pendakian; berapa lama waktu tempuhnya dan karakter jalurnya.
3. Re-check kembali logistik yang dibawanya. Pastikan air dan minuman lengkap, cukup buatnya, namun tidak memberatkannya.
4. Saat perjalanan, beri kesempatan padanya untuk berhenti agak lama di spot yang ia suka. Beri ia ruang untuk menikmati atau menganalisa apa yang ia suka.
5. Hargailah keputusannya saat ia memutuskan untuk berhenti, tidak melanjutkan pendakian karena kondisinya terlalu lelah. Hargai selama kondisi dianggap aman; pastikan ransum dan shelter oke buatnya. Di saat seperti ini, jika kondisi tidak memungkinkan untuk meninggalkannya, bersikaplah bijak, ingatlah tujuan awal jika bepergian bersama anak; keselamatan dan kenyamanan adalah tujuan utama, summit is not the goal.