Mohon tunggu...
Catarina Tenny Setiastri
Catarina Tenny Setiastri Mohon Tunggu... Guru - Ibu, guru, dan pejalan.

ig: catarinatenny22 Saya Ibu dan guru, yang memiliki minat melakukan perjalanan ke tempat-tempat baru, yang cenderung senyap. Mengalami dan meresapi dengan berinteraksi dengan orang lokal, dengan penggiat alam atau pejalan lainnya. Destinasi bukan satu-satunya tujuan dalam perjalanannya; ia puaskan dirinya dengan pengalaman baru bersama keluarga, mencari letupan-letupan keajaiban di tiap pengalaman yang singgah. Keajaiban yang ia percaya selalu ada dariNya, yang membuat ia bertumbuh menjadi lebih baik dan lebih berguna, pun tumbuh dalam imannya yang ga seberapa.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pendakian Gn. Ungaran via (Kebun) Mawar: Tips Mendaki Bersama Anak Remaja

10 Mei 2022   15:02 Diperbarui: 3 Desember 2022   21:39 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Posisi awal, Mei berjalan di belakang Bapaknya. Dokpri

Baca juga: Gn. Merbabu Jalur Suwanting: Aksi Minus dan Efeknya dalam Pe... https://www.kompasiana.com/catarina74688/624d1e8ebb44865fc353e8b3/gn-merbabu-jalur-suwanting-aksi-minus-dan-efeknya-dalam-pendakian

"Mei ikut ya", kaget banget karena anak kami tiba-tiba bilang mau ikut dalam pendakian kali ini. Biasanya saat kami tawarkan, dia ga pernah mau naik bareng. Dia lebih suka nonton drakor atau baca novel remajanya. Sebenernya pengen tau juga sih, kenapa dia tiba-tiba mau bareng, tapi ga ah... ga usah ditanya, soalnya.. semakin didesak, entar dia malah batal bareng. Kami hanya begitu happy karena pendakian kali ini full-team.

Tiap pos dilengkapi atap. Dokpri
Tiap pos dilengkapi atap. Dokpri
Baca juga: Pemilihan Carrier yang Pas Sesuai Kebutuhan https://www.kompasiana.com/catarina74688/624fe5733794d12d4845d572/pemilihan-carrier-yang-pas-sesuai-kebutuhan

Tidak ada perasaan kuatir sama sekali saat anak ikut dalam pendakian kali ini. Jalur yang kami pilih dalam pendakian Gn Ungaran adalah jalur kebun mawar. 

Semua refrensi yang kami baca menyebutkan bahwa jalur ini landai, treknya jelas dengan 5 pos yang tertudung apik untuk shelter. Jalur ini juga dilengkapi dengan penanda arah yang banyak di sepanjang jalur. Namun, ada yang tidak terpikir sebelumnya; jalur ini memiliki pemandangan hutan yang monoton dan tidak adan signal. Untuk anak remaja seusia anak saya, itu adalah aroma bahaya.

Mei suka banget liat air yang menyebul. Ulang-ulang memainkannya,
Mei suka banget liat air yang menyebul. Ulang-ulang memainkannya, "seger, Bu". Dokpri
Baca juga: Wisata Kota Gombong: Tempe Mendoan di Sempor dan Goa Jatijaj... https://www.kompasiana.com/catarina74688/62563e713794d17667539732/wisata-kota-gombong-tempe-mendoan-di-sempor-dan-goa-jatijajar

Saat perjalanan pos 1 ke pos 2, dia sempet berhenti lama. Dia suka liat letupan air yang begitu deras dari dalam bak air. Lama dia bermain air disana. Sangat menyenangkan saat melihat dia tertawa terus menerus. Tapi setelah itu, jeng..jeng... saat mengarah ke pos 3, dia aroma bahaya dimulai, ia mulai gontai. 

Handphone si penyemangat, sudah tidak ia pegang lagi. Ia mulai mengeluh; tidak adanya signal membuatnya tidak bisa update dan bikin status.

Jalur yang tidak manusiawi buatnya :). Dokpri
Jalur yang tidak manusiawi buatnya :). Dokpri
Setelah pos 5, jalur mulai tidak manusiawi buatnya. Tanjakan mulai tajam, panas mulai menyengat karena hutan mulai terbuka digantikan dengan geliat batu-batu besar dan ilalang. Dipertigaan ke camp site dan ke puncak, dia memilih berhenti. "Mei mau disini, Bu." "Adik yakin?" "Iya", jawabnya. 

Saya pastikan dia duduk di tempat yang teduh dan recheck sekali lagi untuk ransumnya, sebelum saya jalan untuk menyusul suami saya yang sudah melambaikan tangannya di Puncak 2.

Sebelum ketemu Mas untuk tukar shift :). Dokpri
Sebelum ketemu Mas untuk tukar shift :). Dokpri
Baca juga: Ide Liburan Lebaran: Trip Keluarga ke Badui Dalam (1) https://www.kompasiana.com/catarina74688/625d0e5def62f64b087ce632/ide-liburan-lebaran-trip-keluarga-ke-badui-dalam-1

Saat saya lepas dari Puncak 2, saya dan suami akhirnya bertemu. Kami bertukar shift. Saya melanjutkan naik, summit ke Puncak Sejati, sedang suami yang sudah summit duluan, turun untuk menjaga anak. Dia janji akan menunggu saya di pos 5. 

Sedikit membingungkan saat ga ada signal di situasi seperti ini. Setelah summit, pas saya turun dan sampai pos 5, zonk! Kosong. Mereka ga ada. Ga biasanya seperti ini, biasanya kalau sudah janji, mereka pasti ada. Mungkin karena cuaca panas menyengat, ga nyaman untuk istirahat di pos 5. 

Tapi kemana mereka ya? Pff, garing banget dari tadi nyummit dan turun sendiri.

Suami tulis pesan di kayu. Dokpri
Suami tulis pesan di kayu. Dokpri
Eh wait! Pas duduk di kayu, ada sesuatu di sebelah.  Ada tulisan pake arang di kayu: "Teni turun Pos 4". Horeeee..., liat tulisan gitu berasa dapet surat cinta. Tapi bener, Geiss.. senengnya tuh bukan main, kayag ga sendiri lagi. Saya pun langsung turun dengan semangat. Setengah jam kemudian.. sepertinya saya kenal gesturnya. "Meiraaa!" saya lihat anak saya jalan terseok sendiri. 

Anak saya terseok, lamban, namun kali ini arah pulang kan? Jadi semangatnya lebih menyala dibanding sebelumnya. "Bu, mau es krim." "Baik." Apa sih yang ga. Dia sudah berjalan 5 jam naik, that's nice.

Kami bersama lagi pas jalan turun. Dokpri
Kami bersama lagi pas jalan turun. Dokpri
Baca juga: Yuk Naik Kereta Api: Moda Transportasi yang Nyaman https://www.kompasiana.com/catarina74688/625682233794d16cab381c24/yuk-naik-kereta-api-moda-transportasi-yang-nyaman

Berikut tips mendaki bersama anak remaja.

1. Tetap tawarkan naik bareng, hanya tanpa paksaan. Bila menolak, tetap hargai keputusannya.

2. Beri gambaran jelas tentang jalur pendakian; berapa lama waktu tempuhnya dan karakter jalurnya.

3. Re-check kembali logistik yang dibawanya. Pastikan air dan minuman lengkap, cukup buatnya, namun tidak memberatkannya.

4. Saat perjalanan, beri kesempatan padanya untuk berhenti agak lama di spot yang ia suka. Beri ia ruang untuk menikmati atau menganalisa apa yang ia suka.

5. Hargailah keputusannya saat ia memutuskan untuk berhenti, tidak melanjutkan pendakian karena kondisinya terlalu lelah. Hargai selama kondisi dianggap aman; pastikan ransum dan shelter oke buatnya. Di saat seperti ini, jika kondisi tidak memungkinkan untuk meninggalkannya, bersikaplah bijak, ingatlah tujuan awal jika bepergian bersama anak; keselamatan dan kenyamanan adalah tujuan utama, summit is not the goal.

Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun