"Mei ikut ya", kaget banget karena anak kami tiba-tiba bilang mau ikut dalam pendakian kali ini. Biasanya saat kami tawarkan, dia ga pernah mau naik bareng. Dia lebih suka nonton drakor atau baca novel remajanya. Sebenernya pengen tau juga sih, kenapa dia tiba-tiba mau bareng, tapi ga ah... ga usah ditanya, soalnya.. semakin didesak, entar dia malah batal bareng. Kami hanya begitu happy karena pendakian kali ini full-team.
Baca juga: Pemilihan Carrier yang Pas Sesuai KebutuhanTidak ada perasaan kuatir sama sekali saat anak ikut dalam pendakian kali ini. Jalur yang kami pilih dalam pendakian Gn Ungaran adalah jalur kebun mawar.Â
Semua refrensi yang kami baca menyebutkan bahwa jalur ini landai, treknya jelas dengan 5 pos yang tertudung apik untuk shelter. Jalur ini juga dilengkapi dengan penanda arah yang banyak di sepanjang jalur. Namun, ada yang tidak terpikir sebelumnya; jalur ini memiliki pemandangan hutan yang monoton dan tidak adan signal. Untuk anak remaja seusia anak saya, itu adalah aroma bahaya.
Baca juga: Wisata Kota Gombong: Tempe Mendoan di Sempor dan Goa Jatijaj...
Saat perjalanan pos 1 ke pos 2, dia sempet berhenti lama. Dia suka liat letupan air yang begitu deras dari dalam bak air. Lama dia bermain air disana. Sangat menyenangkan saat melihat dia tertawa terus menerus. Tapi setelah itu, jeng..jeng... saat mengarah ke pos 3, dia aroma bahaya dimulai, ia mulai gontai.Â
Handphone si penyemangat, sudah tidak ia pegang lagi. Ia mulai mengeluh; tidak adanya signal membuatnya tidak bisa update dan bikin status.
Setelah pos 5, jalur mulai tidak manusiawi buatnya. Tanjakan mulai tajam, panas mulai menyengat karena hutan mulai terbuka digantikan dengan geliat batu-batu besar dan ilalang. Dipertigaan ke camp site dan ke puncak, dia memilih berhenti. "Mei mau disini, Bu." "Adik yakin?" "Iya", jawabnya.Â
Saya pastikan dia duduk di tempat yang teduh dan recheck sekali lagi untuk ransumnya, sebelum saya jalan untuk menyusul suami saya yang sudah melambaikan tangannya di Puncak 2.
Keluarga ke Badui Dalam (1) https://www.kompasiana.com/catarina74688/625d0e5def62f64b087ce632/ide-liburan-lebaran-trip-keluarga-ke-badui-dalam-1
Baca juga: Ide Liburan Lebaran: TripSaat saya lepas dari Puncak 2, saya dan suami akhirnya bertemu. Kami bertukar shift. Saya melanjutkan naik, summit ke Puncak Sejati, sedang suami yang sudah summit duluan, turun untuk menjaga anak. Dia janji akan menunggu saya di pos 5.Â
Sedikit membingungkan saat ga ada signal di situasi seperti ini. Setelah summit, pas saya turun dan sampai pos 5, zonk! Kosong. Mereka ga ada. Ga biasanya seperti ini, biasanya kalau sudah janji, mereka pasti ada. Mungkin karena cuaca panas menyengat, ga nyaman untuk istirahat di pos 5.Â
Tapi kemana mereka ya? Pff, garing banget dari tadi nyummit dan turun sendiri.
Eh wait! Pas duduk di kayu, ada sesuatu di sebelah. Â Ada tulisan pake arang di kayu: "Teni turun Pos 4". Horeeee..., liat tulisan gitu berasa dapet surat cinta. Tapi bener, Geiss.. senengnya tuh bukan main, kayag ga sendiri lagi. Saya pun langsung turun dengan semangat. Setengah jam kemudian.. sepertinya saya kenal gesturnya. "Meiraaa!" saya lihat anak saya jalan terseok sendiri.ÂAnak saya terseok, lamban, namun kali ini arah pulang kan? Jadi semangatnya lebih menyala dibanding sebelumnya. "Bu, mau es krim." "Baik." Apa sih yang ga. Dia sudah berjalan 5 jam naik, that's nice.
Baca juga: Yuk Naik Kereta Api: Moda Transportasi yang NyamanBerikut tips mendaki bersama anak remaja.
1. Tetap tawarkan naik bareng, hanya tanpa paksaan. Bila menolak, tetap hargai keputusannya.
2. Beri gambaran jelas tentang jalur pendakian; berapa lama waktu tempuhnya dan karakter jalurnya.
3. Re-check kembali logistik yang dibawanya. Pastikan air dan minuman lengkap, cukup buatnya, namun tidak memberatkannya.
4. Saat perjalanan, beri kesempatan padanya untuk berhenti agak lama di spot yang ia suka. Beri ia ruang untuk menikmati atau menganalisa apa yang ia suka.
5. Hargailah keputusannya saat ia memutuskan untuk berhenti, tidak melanjutkan pendakian karena kondisinya terlalu lelah. Hargai selama kondisi dianggap aman; pastikan ransum dan shelter oke buatnya. Di saat seperti ini, jika kondisi tidak memungkinkan untuk meninggalkannya, bersikaplah bijak, ingatlah tujuan awal jika bepergian bersama anak; keselamatan dan kenyamanan adalah tujuan utama, summit is not the goal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H