Mohon tunggu...
Cataleya Arojali
Cataleya Arojali Mohon Tunggu... Buruh -

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Kucing Melly yang Cemumut (1, 2, dan 3)

16 April 2016   22:01 Diperbarui: 4 Mei 2016   18:53 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sudah Nak, Ayahmu sudah tenang di alam sana!" ujar sang Bunda sambil menciumi moncong bibir anak-anaknya.

Tiba-tiba anak Tikus yang kedua sedikit menyeleneh, "Ibu, aku nangis bukan karena Ayah!" 

Sang Bunda berkerenyit, "Lalu apa, yang membuatmu nangis anakku?"

"Perutku lapar, Bu!" jawab anak Tikus ke 2.

"Dasar Rakus!" celetuk anak Tikus Ke 3 menghardik.

Lalu sang Bunda berkata dengan bijak. "Ya sudah, ibu carikan makanan dulu yah. Ibu mau intip dulu apakah laci tempat Noni nyimpan makanan masih ada makanan yang akan ibu curi."

Mendengar itu, Anak Tikus ke 2 tersenyum sumringah sambil angguk-anggukan kepala lalu bola matanya dimainkan memutar-mutar. "Hore ...."

Malam memang sangat dingin dan sejuk sehingga membuat isi rumah terutama keluarga Noni pemilik Kucing Melly terlelap dalam mimpinya, begitupun dengan Noni. Ia tidur sangat lelap sekali. Kesempatan itu digunakan oleh sang Tikus mengendap menuju rak makanan yang berada di dapur. Rak makanan itu berisi makanan yang akan  di santroni sang Tikus.

"Aku harus hati-hati agar tidak menjatuhkan sesuatu!" batin sang Tikus sembari celalingak-celinguk dengan mata terbelalak lebar. "Ah- aku harus lewat kolong rak itu. Aku akan merambat melalui tembok lalu naik ke atas tempat penyucian piring lalu menuju rak itu."

Khuf ... Cukcukcukcuk...

Sang Tikus merayap ke tembok dengan cepat. Ketika mau melompat, ketempat penyucian, ia hampir terperanjat jatuh 'pssst...' saking terkejutnya mau jatuh, sang Tikus menguarkan kentut curut. "Sialan!" rutuknya dalam hati sambil terus bertahan agar tidak jatuh dan menyebabkan suara gaduh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun