Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Silaturahmi Virtual Tetap Asik di Hari Raya Lebaran Saat Pandemi

14 Mei 2021   03:42 Diperbarui: 14 Mei 2021   03:50 924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Silaturahmi Hari Raya Lebaran saat Pandemi melalui perangkat gadget (Sumber: dokumen pribadi)

Wah, kalau orang Jawa pulang mudik Bali jadi sepi. Untungnya, tahun ini ada larangan mudik. Bali tetap ramai, nyari makanan juga tidak susah.

Kalimat menarik yang saya dapatkan dari perbincangan beberapa pedagang di Pasar Kumbasari Denpasar Bali. Memberi makna mendalam bahwa para perantau dari pulau Jawa sangat berpengaruh terhadap denyut perekonomian di Bali.

Sebelum Pandemi, kondisi Bali terbilang sepi setiap Hari Raya Lebaran. Kondisi lengang, sejak para perantau Jawa atau Lombok pulang ke kampung halaman. Sektor ekonomi informal seperti para pedagang dan pemilik rumah makan libur dalam waktu yang panjang. Bukan itu saja, Bali mengalami masa lengang seperti kota-kota besar di Indonesia.

Namun, berbeda dengan Hari Raya Lebaran tahun 2021. Suasana terasa seperti hari-hari biasa di Bali. Banyak perantau yang enggan pulang kampung karena adanya larangan mudik. Menjelang Hari H saja, banyak warung yang masih buka. Bahkan, kondisi tersebut menjadi keberuntungan bagi masyarakat Bali sendiri. Di mana, para pedagang yang menjual sembako khususnya beras dan kue menjadi laris manis.

Saya melihat penjual beras yang dekat dengan tempat tinggal bak menjual kacang goreng. Para pembeli beras dengan tujuan untuk keperluan zakat hingga menyemut. Begitu juga dengan pedagang kue, parkir kendaraan hingga ke badan jalan. Untungnya, mereka tidak lupa memakai masker.

Dengan kata lain, ada berkah dan rejeki bagi warga Bali. Dengan adanya larangan mudik, bagi para perantau dari Jawa atau Lombok. Maka, Hari Raya Lebaran tahun 2021 sungguh unik. Membawa manfaat bagi penduduk lokal dan perantau. Namun, hal yang paling penting adalah terjaganya kesehatan demi mencegah penyebaran Covid-19.

     

LARANGAN MUDIK

 

Semua tahu bahwa Pemerintah telah mengeluarkan peraturan larangan untuk mudik dari tanggal 6 Mei hingga 17 Mei 2021. Meskipun, faktanya, banyak orang yang memaksa atau bandel untuk mudik. Mereka melakukan segala cara dan trik agar bisa lolos dari barikade polisi dan tim gabungan lainnya. Di beberapa kawasan titik penyekatan yang tersebar di seluruh Indonesia.

Tentu, Pemerintah mempunyai alasan kuat melakukan larangan mudik. Yaitu, mencegah timbulnya penyebaran Covid-19 di kampung-kampung atau tujuan mudik. Pemerintah tidak ingin terjadi lonjakan positif Covid-19 seperti yang terjadi di negara India. Hingga, negara tersebut melakukan  lockdown.

Namun, sepertinya larangan mudik tersebut tidak dipatuhi oleh banyak orang. Dengan alasan, mudik sangat penting karena terjadi setahun sekali. Juga, agar bisa bersilturahmi dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya. Perlu diketahui bahwa orang yang memaksa mudik, tidak peduli apa yang akan terjadi. Jika, terjadi kluster baru penyebaran Covid-19.

Saya pribadi, sudah 2 kali mengalami Hari Raya Idul Fitri di perantauan saat Pandemi. Mematuhi anjuran Pemerintah untuk tidak melakukan mudik ke kampung halaman. Dengan alasan, takut terjadi penularan Covid-19 selama perjalanan mudik. Bukan itu saja, Pemerintah yang melakukan penyekatan di beberapa titik, menjadi barikade ketat untuk pemudik. Dan, pemudik akan dipaksa untuk balik arah ke tempat asal.

Kondisi Pandemi yang masih terjadi hingga sekarang, membuat saya dan keluarga bertahan untuk tidak mudik dulu. Sebenarnya, saya dan keluarga juga kangen dan ingin pulang kampung. Untuk menemui orang tua, keluarga dan teman di kampung halaman. Namun, kesehatan saya dan keluarga di kampung lebih penting dari segalanya.

Bahkan, sholat Idul Fitri pun saya lakukan di rumah saja. Saya benar-benar takut jika terjadi kluster baru penyebaran Covid-19. Apalagi, Pemerintah Kota Denpasar tidak merekomendasikan untuk diadakannya sholat Idul Fitri di masjid atau mushola. Semua demi kebaikan bersama, demi pemulihan ekonomi dan pariwisata Bali.

 

SILATURAHMI VIRTUAL TETAP ASIK

 

Peraturan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas melalui Surat Edaran (SE) Nomor 7 Tahun 2021 Tentang Panduan Penyelenggaraan Salat Idul Fitri Tahun 1442 H/2021 M di Saat Pandemi. Beberapa hal penting dari surat edaran tersebut berisi tentang aturan takbiran.

Di mana, takbir keliling ditiadakan untuk mengantisipasi keramaian. Sebagai gantinya maka kegiatan takbiran dapat disiarkan secara virtual dari masjid atau mushola. Jikalau terpaksa diadakan di masjid atau mushola. Maka, batas maksimal hanya 10 persen dari kapasitas masjid atau mushola. Dengan mengedepankan protokol kesehatan.

Bukan hanya masalah takbir keliling, masalah sholat idul fitri di masjid, mushola atau tanah lapang juga ditiadakan. Tentu, untuk mencegah terjadinya  kerumunan yang berpotensi bisa menyebarkan Covid-19.

Dengan adanya surat edaran dari Menteri Agama RI tersebut tentu  berakibat terhadap kegiatan silaturahmi umat Islam. Seperti tradisi sebelumnya, maka silaturahmi dilakukan umat Islam setelah sholat Idul Fitri selesai. Dan, silaturahmi tersebut dilakukan dengan bersentuhan fisik. Seperti, bersalaman, peluk dan cium antar anggota keluarga.

Kondisi bersentuhan secara fisik tersebut berpeluang besar mampu menyebarkan Covid-19 yang tidak ketahui. Maka, melakukan silaturahmi secara virtual adalah cara asik yang bisa dilakukan oleh umat Islam. Agar, jalinan silaturahmi tetap terjaga.

Saya juga mengikuti anjuran Pemerintah, saat melakukan silaturahmi. Saya dan keluarga hanya bisa bersilaturahmi secara virtual. Dengan perangkat smartphone, maka silaturahmi secara virtual pun tetap asik. Saya bisa mengucapkan "Selamat Hari Raya Idul Fitri" kepada keluarga di berbagai kota di Indonesia.

Melihat mereka bahagia lewat senyum menjadi kebahagiaan saya dan keluarga. Kita paham bahwa kondisi silaturahmi virtual menjadi jalan terbaik. Kita bisa saling berbagi cerita, kabar dan harapan untuk masa mendatang.

            

Silaturahmi virtual ke beberapa keluarga (beberapa kota) di Indonesia (Sumber: dokumen pribadi)
Silaturahmi virtual ke beberapa keluarga (beberapa kota) di Indonesia (Sumber: dokumen pribadi)
Kita merasa bahwa silaturahmi virtual terpisah jarak. Banyak kalangan yang menganggap bahwa silaturahmi virtual kurang greget. Karena, tidak berhadapan langsung secara fisik di tempat kejadian.

Namun, bagi saya, silaturahmi secara virtual adalah alternatif yang harus kita syukuri di saat Pandemi. Silaturahmi secara virtual bisa menghilangkan rasa rindu kita kepada orang tua, keluarga dan teman di kampung halaman.

Tidak ada gunanya, kita bersilaturahmi secara fisik. Karena, kedatangan mudik kita justru membawa atau tertular Covid-19. Jika, kita atau keluarga kita mengalami positif Covid-19 dan akhirnya meninggal. Maka, tidak ada gunanya kita menyesali apa yang telah kita lakukan. Nasi sudah menjadi bubur. Tidak akan bisa memutar waktu ke belakang. 

Maka, silaturahmi virtual adalah jalan yang harus kita tempuh. Ada perasaan yang asik, meskipun saya berhubungan secara tatap muka. Tetapi, terpisah jarak ratusan hingga ribuan kilometer. Saya masih bisa bermaaf-maafan di Hari Kemenangan. Karena, kesehatan saya dan keluarga adalah lebih penting.

Silaturahmi virtual juga menjadi bagian kontribusi saya untuk membantu program Pemerintah. Untuk menekan penyebaran Covid-19. Karena, cara terbaik untuk menurunkan tingkat penyebaran Covid-19 adalah kepedulian yang berasal dari diri kita. Saya sayang diri sendiri, keluarga dan negara. Maka, silaturahmi virtual adalah jalan terbaik untuk menunjukan rasa sayang tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun